Iwan's Pov
"Mas Iwan!" Seru gadis itu riang.
"Hai, Ki. Apa kabar?" Aku juga tidak dapat menyembunyikan rasa senangku.
"Baik, mas sendiri apa kabar? Long time no see ya."
"Aku juga baik. Kamu, makin cantik aja."
"EHMM!!" Dua sahabatku itu berdehem dan menatap penuh selidik kearahku.
"Kalian gimana bisa saling kenal?" Tanya Kevin kemudian.
Aku dan gadis kecil itu hanya tersenyum dan sama-sama menunduk. Aku sempat menangkap semburat merah muda di pipi putihnya sebelum ia menunduk.
Tiga hal yang dapat kusimpulkan dari pertemuanku dengan gadis kecil itu, di kali kedua. Yang pertama, gadis kecil itu kini beranjak remaja. Yang kedua, gadis kecil itu, ternyata adik dari sahabatku. Dan yang ketiga, jantungku berdetak tak beraturan saat ada di dekatnya. Aku .... jatuh cinta padanya.
****
"Bisa nggak sih jangan gangguin aku terus. Bosen tau, liat kamu lagi, kamu lagi." Usai bekerja, dan bergegas untuk pulang, Kiki mendapati Iwan tengah berdiri di depan meja resepsionis rumah sakit.
"Jangan gitu yang, sama pacar sendiri judes banget. Makan bareng yuk." Gadis itu nampak memijat pelipisnya. Ia melanjutkan langkahnya.
"Yang, aku tau tempat makan yang enak disini. Seafood, kesukaan kamu."
"Kamu disini satgas kan?"
"Iya lah, ngapain lagi."
"Terus ngapain kamu ngikutin aku terus?"
"Dih, ge-er amat, aku bukan ngikutin kamu, yang. Kebetulan aja kamu lewat pas aku lagi disini. Aku nganterin Wahyu kontrol."
"Modus banget. Kamu nganterin om Wahyu kontrol kan? Ya udah temenin dia sana, ngapain disini?"
"Yang, boleh nggak kalo kita ngobrol bentar? Bentar aja. Please." mendadak lelaki itu bernada serius dan memasang wajah memelas. Mau tak mau Kiki mengiyakan permintaan Iwan.
"Yaudah bentar aja."
"Sambil makan, ya."
"Ditempat yang kemarin?"
"Kamu suka tempat itu?"
"Hmm,"
"Oke, kita kesana."
****
Untuk kedua kalinya Kiki menapakkan kakinya di pantai Tanjung Kasuari. Ia telah jatuh cinta pada tempat ini. Hamparan laut lepas berwarna biru kehijauan, pasir putih yang lembut dan hangat, ditambah pemandangan sunset yang memesona. Sungguh memanjakan mata dan otaknya yang rindu akan ketenangan.
Keduanya duduk diatas sebatang pohon yang sudah lama tumbang di dekat bibir pantai. Menikmati semilir angin serta ombak kecil yang bergulung lembut menerpa kaki mereka. Cukup lama keduanya saling diam dan memandang kedepan.
"Aku kangen banget sama kamu." Lelaki itu mulai membuka suara. Namun sang gadis hanya diam.
"Setelah putus, kamu bener-bener menghindar dari aku."
"kamu tau, gimana galau nya aku, waktu kamu buang aku? Butuh waktu lama untuk kembali baik-baik aja."
"Aku menyesal udah ngelakuin hal bodoh itu. Aku minta maaf."
"Aku udah maafin kamu, mas."
"Apa nggak bisa, kita mulai semuanya dari awal lagi?"
"Apa kamu bisa nyatuin kembali pecahan kaca yang udah hancur?" Sahut Kiki. Lelaki itu tertunduk dan terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Too, Capt!
Non-Fiction"Lebih baik jadi perawan tua daripada balikan sama kamu!" Gadis berambut lurus sebahu itu berbalik dan bersendekap. "Jangan ngomong gitu, yang. Ucapan adalah doa loh, mau kamu jadi perawan tua beneran?" Ucap lelaki berseragam loreng itu sembari men...