Penjelasan

703 31 10
                                    

"Gila tu anak, cari mati dia." Sepanjang jalan menuju bandara, Iwan terus mengumpat kesal.

"Udah kenapa sih marah-marah terus dari tadi."

"Gimana nggak marah, bisa-bisanya dia cari gara-gara sama aku."

"Yang dibilang kak Rian bener ya? Beberapa hari yang lalu kamu masih jalan sama mantanmu itu?" Iwan tergagap. Ia tidak menyangka, Ryan kembali memergokinya saat sedang jalan berdua bersama Intan, selingkuhannya dulu.

"Emm, itu ... "

"Kenapa gugup? Jadi bener kamu jalan lagi sama cewek itu? Terus maksud kamu ngelamar aku apa?"

"Bukan gitu yang, kemarin cuma kebetulan ketemu waktu di mall, ya akhirnya kita makan bareng."

"Apa kamu bisa dipercaya mas?"

"Sumpah, yang. Kemarin itu aku cuma nggak sengaja ketemu dia."

"Nggak usah pake sumpah-sumpah lah. Kalau tadi nggak ketemu kak Ryan, mana tau aku kalau kamu jalan bareng sama mantanmu."

"Jangan marah, ya. Aku minta maaf."

"Nggak marah. Aku nggak berhak marah kan?"

"Ya udah aku telpon Intan ya, biar dia jelasin ke kamu gimana kejadian yang sebenernya."

"Oh, masih nyimpen nomor telponnya juga. Udahlah, nggak perlu jelasin apa-apa. Lebih baik diem aja deh."

"Yang, jangan marah dong,"

"bisa diem nggak sih?"

Sepanjang perjalanan menuju bandara, keduanya saling diam. Sesekali, Iwan melirik gadis disampingnya yang tampak begitu kesal. Sesampainya di bandara, gadis itu langsung keluar mobil dan meraih kopernya di kursi belakang. Setelah itu ia langsung pergi meninggalkan Iwan begitu saja. Lelaki itu tidak tinggal diam, ia menyusul gadisnya.

"Yang, aku harus gimana biar kamu nggak marah lagi?"

"Diem aja."

"Aku telpon Intan ya, biar dia kesini dan jelasin semuanya ke kamu. Flight kamu masih lama kan?" Kiki menatapnya nanar, penuh amarah.

"Oke, aku diem."

"Intinya gini ya mas, jangan sampe kamu buat aku menyesal dengan terima lamaran kamu. Kamu tau, aku terima lamaran kamu, karena aku di ancam sama papa."

"Di ancam?"

"Kalau aku nggak mau dijodohin, aku nggak bisa lanjutin pendidikan spesialis ku. Jadi aku harap kamu nggak bikin aku nyesel dengan perjodohan ini."

****

Dalam hati Iwan mengumpat kesal. Sahabatnya, Ryan, telah berhasil membuat dia dan Kiki salah paham. Yang sebenarnya adalah, saat itu Iwan sedang jalan-jalan ke mall, bersama sang mama. Saat mamanya sedang ke salon langganannya, ia memutuskan untuk pergi mencari makan. Dan saat makan, tak disangka, Intan datang menghampirinya.

Sudah sejak lama, hubungannya dengan kedua sahabatnya merenggang. Tentu saja karena ulahnya sendiri. Saat Kevin tau ia selingkuh dari adiknya, sejak saat itu Kevin enggan bicara padanya, begitu juga Ryan.

Pukul empat sore, pesawat telah mendarat di bandara Domine Eduard Osok, Sorong Papua Barat. Usai mengambil kopernya, Kiki langsung menuju pintu keluar dan mencari taksi. Baru pukul lima sore, ia sampai di rumah kontrakannya. Nina belum pulang, calon kakak iparnya itu telah mengabarkan bahwa ia akan lembur sampai malam di rumah sakit. Saat tengah merebahkan badan di sofa ruang tamu, ponsel didalam sakunya berdering. Telpon dari Kevin, abangnya.

"Ya bang? Ada apa?"

"Ada apa? Mau-maunya sih balikan sama Iwan?"

"Siapa yang cerita?"

I Love You Too, Capt!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang