Titik Temu

794 37 0
                                    


Kiki's pov

Balikan sama mantan itu sama hal nya dengan membaca buku yang udah tamat, lagi. Sebagian besar orang akan selesai hanya dengan membaca satu kali, and then they'll get the lesson of the book. Ada pula yang butuh berulang kali membaca buku yang sama hanya untuk mengerti isi dari buku tersebut. Tapi itu buku, endingnya akan selalu sama dan tidak mungkin berubah.

Sedikit berbeda konsepnya dengan balikan sama mantan. Sebagian besar orang akan bilang, 'kita nggak cocok, so let it go. Jalani hidup masing-masing. Kita hanya pernah bahagia bersama. We had enough.'

Ada pula orang-orang sepertiku yang memang susah jatuh hati dan susah move on. Dalam hidupku, aku hanya mengenal secara dekat, empat orang lelaki. Yang pertama, of course my beloved papa, yang kedua, bang Kevin, kakak tercintaku, yang ketiga, mas Iwan, orang yang menempati tempat spesial di hatiku, dan yang terakhir, kak Ryan, he's special too karena dia sudah seperti kakak sendiri, kedudukannya sama seperti bang Kevin. Tapi nggak lebih spesial dari mas Iwan. Jadi kebayang dong, gimana kupernya aku tentang pergaulan sama makhluk yang namanya lelaki.

Introvert, that's me. But, pada dua orang lelaki asing, yang baru aku kenal ketika aku beranjak dari masa kecil, ke masa remaja, aku bisa terbuka. Aku bisa menjadi diriku sendiri. Berawal dari insiden kehujanan saat pulang sekolah, Siapa sangka, salah satu dari mereka, mampu membuatku jatuh cinta sampai sedalam ini.

Saat itu, aku masih kelas 3 SMP, masih belum tau apa itu cinta. Jangankan cinta, temen lelaki aja nggak punya. That's the first time I met him. Di halte bus, dekat sekolah.

"Boleh duduk sini kan?" Tanyanya saat itu. Aku hanya mengangguk dan sedikit menarik sudut bibirku. Kemudian, laki-laki berseragam putih abu-abu itu, duduk disampingku. Hanya ada kami saat itu.

"Hujan gini bakal lama, dek. Rumah kamu dimana? Kok sendirian?"

"Deket kok kak, papa masih belum bisa jemput karena ada pekerjaan." Tampak ia membulatkan bibirnya sambil mengangguk-angguk.

Karena suasana begitu canggung saat itu, aku memutuskan untuk beranjak dari dudukku. Ia terlihat sedikit terkejut, kemudian menyusulku berdiri.

"Mau kemana?" Ia kemudian berdiri disampingku.

"Nggak kemana-mana." Ku ulurkan tanganku kedepan, membiarkan tetesan air dari atap halte membasahi tangan.

Tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang tepat didepan kami yang mengakibatkan air genangan hujan mengguyur kami berdua. Sesaat aku dan dia saling pandang, sampai kemudian kami terbahak bersama. Orang bilang, 'Love is... when you see his smile, you also smile for no reason.' Ya, aku segila itu, sampai jatuh cinta pada lelaki yang bahkan belum ku tau namanya.

Aku memutuskan untuk turun dan menerobos hujan. Rasanya ingin sekali ku menari dibawah guyuran hujan. Ku lihat, dia mengikutiku dengan mengangkat ranselnya ke atas kepalanya dan dijadikan pelindung dari hujan.

"Kenapa malah hujan-hujanan?"

"Nggak apa-apa, mumpung hujan. Udah lama nggak main hujan." Ucapku sambil tersenyum kearahnya. Tampak dia mulai menurunkan ranselnya dan turut berjalan di sampingku.

"Rumah kamu dimana, dek?"

"Deket sini kak, kakak sendiri rumahnya dimana?"

"Rumahku nggak kubawa. Berat soalnya." Kelakarnya. Aku hanya tersenyum.

"Oh ya, nama kamu siapa?"

"Kiki, kak. Kalo kakak namanya siapa?"

"Iwan, tapi aku lebih seneng kalo di panggil mas, sih."

"Oh, iya. Jadi aku panggilnya mas aja ya."

"Tepat sekali. Gitu lebih enak di dengar. Ngomong-ngomong, ujan-ujanan gini apa nggak takut sakit?"

I Love You Too, Capt!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang