2. The Secret and Lies

6.3K 743 20
                                    


Lisa menggeliat dalam keadaan setengah sadar, tidur nyaman nya terganggu dengan hawa dingin yang mendadak menyelinap.

Dengan terpaksa Lisa bangun dari istirahat nya yang baru saja ia dapatkan setelah hari melelahkan yang ia lalui.

Lisa terkejut begitu mendapati jendela kamar nya terbuka dan membuat angin luar masuk dan mengganggu waktu istirahatnya. Dengan waspada, Lisa menyalakan lampu kamar nya sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Jantung nya berdegup kencang mengingat Jennie tidak menginap hari ini, yang artinya Lisa hanya sendirian di rumah nya. Dengan penuh waspada, dirinya mengambil gunting pada nakas nya dan berjalan menuju jendela yang terbuka dengan amat hati-hati.

Angin dingin semakin terasa di kulit nya begitu Lisa berdiri tepat di depan jendela itu. Mata nya mengamati tiap sudut dengan tajam dan tak mendapati apapun yang mencurigakan.

Lisa menutup jendela nya dan menghela nafas, semoga hanya ketidaksengajaan yang menyebabkan jendela nya terbuka.

Lisa mengambil ponsel nya dan langsung menghubungi seseorang yang langsung terlintas dibenak nya.

Butuh enam kali dering hingga akhirnya panggilan telefon nya diangkat.

"Lisa? Ada apa menelfon selarut ini? Kamu baik-baik saja?"

"Ibu... Ibu baik-baik saja?" ucap Lisa.

"Apa yang kamu maksud, sayang? Tentu saja, ibu baik-baik saja. Apakah kamu mimpi buruk?"

Lisa menghela nafasnya "Syukurlah. Aku hanya tidak bisa tidur dan tiba-tiba mengkhawatirkan ibu. Aku mohon berhati-hati hingga aku kesana ya, bu?"

"Ibu akan baik-baik saja, Lisa. Jangan memikirkan yang tidak-tidak. Kamu sebaiknya istirahat, putriku."

Lisa tersenyum, ia sangat merindukan ibu nya.

"Ibu, aku akan pulang lusa. Syuting ku sudah selesai dan akhirnya aku mendapatkan liburku, aku akan menghabiskan liburan ku bersama ibu."

Lisa dapat merasakan ibu nya tersenyum "Kalau begitu ibu harus belanja bahan masakkan favoritmu. Kamu terlalu kurus dan ibu sudah tidak tahan untuk mengisi perut ratamu dengan masakkan ibu."

Lisa terkekeh dengan kekonyolan ibu nya, sosok yang sangat ia sayangi selain mendiang ayah nya. Ibu nya satu-satu nya alasan Lisa untuk tetap kuat dan tegar menjalani hidup nya yang dipenuhi bayangan rahasia.

"Ibu, jaga diri mu, oke?" ucap Lisa memohon, hanya itu yang Lisa inginkan setelah kematian sang ayah.

"Lisa. Ibu adalah shadowhunter yang hebat meski tidak sekuat ayahmu. Berhentilah merasa terlalu khawatir! Sekarang istirahat lah atau ibu akan telefon Jennie untuk memarahi mu."

Lisa tertawa seraya memutar mata nya, tidak menyangka ancaman itu masih saja digunakan ibu nya

"Astaga, ibu! Hubungi siapapun, asal jangan Jennie! Dia akan menteror ku, bu!"

Ibunya tertawa begitupun Lisa, mengingat betapa cerewet nya Jennie jika sudah mengomel.

"Baiklah, sekarang istirahat dan sampaikan salam sayang ibu pada Jennie besok."

"Baiklah. Selamat tidur ibu. Sampai jumpa lusa."

Lisa menutup panggilan dengan perasaan lega dan merasa jauh lebih tenang. Dirinya kembali mematikan lampu kamar nya dan memutuskan untuk kembali beristirahat.

Di sisi lain, di seberang rumah nya. Seorang pria berperawakan tinggi tersenyum dengan lesung pipi yang menghiasi wajah nya.

"Shadowhunter."

A Story Of Taelice : WAR OF HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang