5. Hurricane

4.9K 723 19
                                    

Deru mesin kaliber tinggi menebas hujan lebat seakan tidak ada hari esok.

Suara mesin yang berpacu dengan jarum spidometer yang konstan seiring dengan betapa cemas nya Lisa saat itu. Berlari , berlari... Hanya itu yang dapat ia pikirkan. Dia harus berlari.

Berlari dari apa? Hati nya tertekan, merasa di awasi dengan ketakutan nya sendiri. Jujur saja, dia tak dapat lagi membedakan apakah ia bersembunyi dari apa yang ia anggap musuh atau justru bersembunyi dari kenyataan?

Rasanya selalu ingin menyudahi saja rasa lelah nya. Maksud Lisa, hadapi saja... Dia lelah.

Tapi Lisa tidak bisa mengorbankan ibu nya, tidak akan bisa. Jadi, jika harus menjadi pengecut dan menjadi makhluk yang bukan dirinya untuk menjaga semua ini, Lisa akan jalani saja tanpa berpikir apa-apa. Meskipun mungkin hidup dalam ketakutan seperti ini akan menjadi ucapan selamat pagi dan selamat tidur nya setiap hari.

Lisa tidak ingin menjadi sebatang kara.

Hujan semakin melebat dan jarak pandang menjadi lebih pendek. Malam pun semakin pekat bersamaan dengan kabut yang menebal karena deras nya hujan. Sementara Lisa masih tenggelam dalam kecemasan nya.

Haruskah dia mencari telfon umum dan menghubungi Jennie?  Jennie pasti sangat panik sekarang mendapati Lisa tidak datang ke tempat pesta dan ponsel Lisa pun seperti nya terjatuh di depan gereja tadi. Tidak, tidak... Lisa tidak bisa menuntun masalah ini pada siapapun, Lisa teringat sosok pria yang ia lihat sebelumnya. Pria yang ia anggap orang jahat yang menyakiti si vampire sialan. Siapapun pria itu, kemungkinan besar pria itu mungkin saja mengawasi Lisa hingga akhirnya dengan ceroboh malah menyegel vampire itu yang jelas-jelas memperlihatkan identitas asli nya.

Lisa memijat pangkal alis nya seraya mendesis frustasi "Kenapa aku harus menyegel nya?!"

Pupil Lisa seketika membulat sempurna, kaki nya reflek menginjak rem sekuat tenaga begitu menyadari sebuah cahaya besar yang kira-kira dimiliki oleh kendaraan berukuran besar terlihat tegelincir ke arah mobil Lisa dibawah deras nya hujan.

Tidak, dia tidak bisa menggunakan kekuatan nya lagi.

Lisa membanting setir nya dan membuat mobil nya menukik dengan suara decitan ban dan rem yang sekuat tenaga memutar mobil nya. Membuat Lisa akhirnya terhindar dari truk yang berakhir menabrak dinding tebing. Sementara Lisa dan mobil nya menghantam keras tiang jalan di sisi lain.

Lisa merasakan cairan dingin mengalir dari kepala nya. Dengan gemetar, Lisa meraba cairan itu dengan tangan nya. Tidak terkejut, darah mengucur dari sana setelah sebelumnya air bag tidak banyak membantu Lisa dari guncangan ekstrim yang diterimanya.

Dengan gontai, Lisa keluar dari mobil nya dan tubuh nya langsung bermandikan hujan. Lisa meringis melihat kondisi truk yang ringsek. Kondisi jalan sepi karena memang ini sejatinya adalah jalan antar provinsi yang biasanya menjadi jalan pintas untuk truk pengantar barang. Lagipula ini juga sudah terlalu larut.

Sekuat tenaga Lisa menghampiri truk itu, berharap bisa menyelamatkan seseorang. Seorang pria muda tampak tidak sadarkan diri dengan kondisi terjepit. Dengan perasaan campur aduk, tangan Lisa yang sudah sedingin es mencoba mengecek denyut nadi pria itu.

Lisa mendesah, masih berdenyut meskipun amat lemah. Lisa tertegun melihat keadaan yang tidak memungkinkan karena pria itu terhimpit dengan kepala truk yang ringsek dan dinding tebing didepan nya.

Lisa menggeleng "Baru saja aku berniat menolong seseorang dan tidak berakhir baik." gumamnya pada diri sendiri.

Mungkin memang seharusnya dia tidak ikut campur pada maut seseorang dan menjadi sok pahlawan. Dirinya pun tidak lebih dari pengecut yang bersembunyi, kan?

A Story Of Taelice : WAR OF HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang