17. The Hunt

4.2K 612 95
                                    

 Derap langkah sepatu wanita dengan hak berukuran sedang menggema di lantai bangunan sayap kiri kastil Idris tersebut, diikuti suara langkah pantofel yang berusaha mengimbangi langkah sang wanita.

Sementara di sekitarnya terlihat beberapa tim medis Idris yang sibuk dengan tugas nya masing-masing. Ruangan medis jauh lebih riuh di jam-jam seperti ini.

Semenjak misi pencarian ibunda Lisa dan kewaspadaan pada pergerakkan pemberontak sekaligus Asmodeus ditetapkan, selain tim elit dan institut berbagai distrik yang bergerak serentak, tim medis pun kini sedang sibuk-sibuk nya menabung cadangan obat serta memastikan setiap penunjang perawatan siap sedia sebagai antisipasi situasi yang tidak diinginkan. Hal ini membuat Jisoo dan Hoseok menjadi sangat sibuk.

Seraya memegang tablet berukuran sepuluh inch di tangan nya, Jisoo mengatakan instruksi nya dengan kata-kata yang begitu jelas pada junior nya yang sedari tadi berusaha mengimbangi langkah penyihir cantik berambut hitam panjang tersebut.

"Kau bisa ambil lagi sample darah nya besok pagi, pastikan perut nya masih dalam keadaan kosong. Kemudian berikan sample nya kepadaku."

Dengan masih berusaha mengimbangi langkah lebar Jisoo, pria muda berpakaian serba putih itu kembali mengatakan temuan medis nya,

"Tekanan darah nya juga tidak normal, Sunbaenim. Baik tekanan sistolik serta diastolik darah nya terus meningkat dengan angka yang tidak masuk akal untuk ukuran manusia."

Seketika Jisoo menghentikan langkah nya dan menatap pria bernama Soobin tersebut "Aneurisma Aorta. Itu mungkin saja terjadi karena cedera pada aorta nya. Hal itu lumrah terjadi pada manusia, Soobin."

Soobin terdiam sebentar namun setelahnya dengan takut-takut memutuskan untuk kembali melontarkan pertanyaan pada Jisoo yang kini sudah menatapnya lurus,

"U-uhh, apa sunbae yakin pasien kita masih manusia?" ucap Soobin ragu.

Jisoo berdecak "Jangan mengada-ada, Soobin! Berikan obat golongan statin dan beta blocker , itu akan menurunkan tekanan darah nya dengan cara memperlambat denyut jantung dan menurunkan kadar kolestrol darah nya untuk mengurangi risiko terjadinya penyumbatan aorta akibat aterosklerosis."

"Sudah, sunbaenim. Tidak ada reaksi apapun. Aku tidak akan merengek padamu jika diagnosis ku masih mentah."

Jisoo menatap Soobin dalam diam, kemudian memutuskan membaca kembali laporan observasi Soobin pada tablet yang dirinya tenteng sedari tadi.

Mata tajam Jisoo membaca tiap keterangan kondisi tubuh Jennie tersebut dengan seksama dengan segala pemikiran yang penyihir itu buat didalam otak cerdas nya.

"Jika ukuran aneurisma sudah mencapai lebih dari 5,5 cm kita harus melakukan prosedur graft, membuang bagian aorta yang menggelembung dan menggantinya dengan pembuluh darah yang baru. Aku tidak bisa terus menggunakan sihir ku untuk menyembuhkan manusia, tubuh Jennie hanya akan melemah karena sejatinya memang sihir ku tidak begitu cocok pada tubuh lemah manusia."

Setelah segala penjelasan Jisoo padanya, Soobin masih menatap senior nya ragu-ragu, kegelisahan terlihat jelas di raut wajah nya yang mana hal itu membuat Jisoo mulai kehilangan kesabarannya.

Dengan tatapan mata yang mengancam, Jisoo tersenyum tajam kearah Soobin "Apa kau sedang meragukan senior mu, Choi Soobin?" tanya Jisoo perlahan.

Soobin dengan kikuk menggaruk tengkuk nya sendiri kemudian menggelengkan kepalanya lemah.

Soobin yakin sudah menimbang-nimbang akan konklusi nya sendiri sebelum memutuskan untuk menemui Jisoo. Soobin bukan tipe yang memiliki keberanian seperti itu untuk meragukan senior nya sendiri di divisi medis. Apalagi orang itu adalah Jisoo yang merupakan salah satu pemimpin laboratorium Idris.

A Story Of Taelice : WAR OF HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang