kembar?

36 0 0
                                    

" rain, aku duluan ya. Kayaknya abangku sudah nunggu di depan gerbang." Rara memberitahu

Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda menyetujui.

" Hati hati ya ra..."
Tanganku reflek melambai.

Hari ini aku memang tidak membawa sepeda, di karenakan ban nya yang kempes di tengah jalan tadi pagi. Alhasil, aku harus jalan kaki deh.
Melewati beberapa lorong dan gang gang kecil, berharap jalan pintas ini. Cepat membawaku lebih cepat sampai ke rumah.

Entah kenapa aku belum mendapat kabar dari rein, bagaimana keadaan kembaranku itu. Sudah beberapa hari ini tidak ada kabar, tidak pula menemuiku. Xian juga tak memberi tahu apa apa.

Membuatku resah saja, batinku.

Kakiku mulai menindak melangkah satu demi satu.
Kenapa aku merasa di ikuti?

Kepalaku mulai menengok ke belakang, terlihat 2 orang berjaket hitam bertubuh besar dan kekar sedang bolak balik tak karuan.

Apa dia mengikuti ku?

Aku mempercepat lariku, shit!
Benar, mereka mengikuti ku.

Aku berlari dengan keringat bercucuran, ya tuhan tolong aku...

Mereka semakin gencar mengejarku, semakin dekat semakin dekat sekali.
Sungguh, aku sudah tidak kuat lagi untuk berlari.

Happp

Mereka menarik tanganku. Tangannya yang kurang ngajar menarik halus janggut milikku.

" Mangsa kita manis sekali, aku benar benar tak sabar mencicipi nya."
Tangannya nakal merengkuh bagian yang lain.

" Cih bajingan kalian! dasar manusia menjijikkan, lepaskan aku!" Teriakku
Badanku mencoba lepas tapi tak bisa, mereka sangat kuat menahanku.

" Bos, aku juga ingin bermain main dengannya." Pria berambut keriting itu memotong pembicaraan.

" Diam kau, ini milikku." Ucapnya membentak.

" Bangsat kalian! Lepaskan aku. Atau kalian akan menyesal seumur hidup!"
Teriakku lagi, tanda memperingatkan.
Mereka mengikat kedua tanganku, dan menutup mulut ku dengan lakban.

Bukk

Mereka semua terjengkang, jatuh tersungkur.
Siapa dia?
Laki laki itu datang begitu saja, memukuli preman preman tadi dengan membabi buta.

Duar.. duar..
2 tembakan tepat melesat ke arah dua orang itu. Membuat mereka semua terkapar di tanah. Dengan darah mengucur di mana mana.

Aku benar benar shock
Dadaku naik turun tak karuan, dengan nafas yang masih memburu. Keringat dingin menjalar ke seluruh bagian tubuhku, Aku melihat pembunuhan tepat di depan mataku. Ku pertegas sekali lagi  DI DEPAN MATAKU!

Aku benar benar kehilangan keseimbangan, dan entahlah semua tampak gelap.

*****

"Lix, bangun..." Aku mengerang, pipiku seolah di tepuk tepuk oleh seseorang.

Mataku mengerjap beberapa kali, dan aku baru tersadar semua nampak berbeda, ruangan ini sungguh sangat mengerikan. Tempat apa ini?

" Siapa kalian?" Teriakku sambil menunjuk semua orang yang sedang memperhatikan ku.

" ihh bu bos kenapa ni?" Salah satu dari mereka nyeletuk, dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi, dan rambut keriting di kucir satu.

Semua orang menatapku bingung.

" Kalian siapa? Tolong lepaskan saya. Saya mau pulang." Ucapku sekali lagi.

" Lix, apa yang terjadi sama lo? Kenapa lo bisa lupa semuanya?" Gadis perawakan tinggi ini bertanya, sambil tangannya memegang bahuku.

Aku dengan secepat kilat menepisnya, agar tak di pegang oleh gadis di depanku ini.

" Hai guysss gue bawa makanan nih."
Teriak rein keras.
Tapi tepat di ruangan ini, semua orang tampak terkejut termasuk juga rein sendiri.

" Muka kalian sama?" Reflek vallen menjerit.
Mereka menengok ke arahku dan ke arah rein berulang kali, memastikan bahwa mata mereka memang tidak salah melihat.

" Wahhh, bu bos ada kembarannya, beta suka beta suka." beta malah kegirangan.

" Jadi felix yang mana nih?" Tasya menambahkan.

" gue. dia emang kembaran gue."
Sontak penuturan rein membuat semua orang terkejut, menjerit histeris. Semua orang tampak senang memperhatikan wajahku dan wajah rein.
Apa ini teman teman rein? Apa dia baik? Tapi kelihatannya tidak.

" Jadi tadi gue bukan nyelametin felix?" Rehan memulai bicara. Wow, ada kemajuan. Si silent ini mulai berani berbicara. Dan membuang segala rasa pendiamnya. Batin rein

Kenapa semua orang memanggil rein felix? Aku masih bingung dengan semua ini.

" Nyelametin? Maksud lo apa yang terjadi dengan rain?"
Tanya rein serius, tangannya mulai mengepal kesal, jinjingan yang di bawa nya pun terjatuh di lantai.

" Biasalah, laki laki brengsek hidung belang." Ucap Rehan spontan

" Kurang ngajar!" Teriak rein menambahkan.

" Lo tenang aja lix, mereka udah gue kasih pelajaran kok." Ujar Rehan menenangkan. Matanya yang teduh, membuat rein merasa lebih tenang.

" Thanks banget han." Ucap rein

" Oke semuanya, kenalin ini kembaran gue. Rain namanya."
Rein menjelaskan.
Aku hanya diam tak menjawab, apa aku harus berteman dengan mereka. Entahlah perasaan ku campur aduk tak karuan. Wajahku sudah pucat pasi karna shock berkali kali.

*****

Di lain sudut markas, terdapat seseorang yang sedang menelfon.

" Bos, ternyata felix punya kembaran."

  *****

Tbc
Seru ga?

Sayang kalian.....
Next ga nih????

Thanks yang udah baca, jangan lupa vote and comment.
Dadahhhhh

                          

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang