16

176 32 6
                                    

"JAE???"

"Nayeon."

"J-j-Jae???" Kini Nayeon melemahkan suaranya setelah tadi sedikit berteriak karena terkejut.

"Kok kamu nangis?" Tanya Jae.

Nayeon segera mengelap air matanya, "oh iya biasa aku la-lagi pusing aja s-sama tugas."

"Oh gitu. Tadi kamu nelfon? Kenapa?"

"Ih kamu sejak kapan ada di Jakarta? Kok enggak bilang aku?"

"Hhmm kenapa? Kaget ya kamu? Takut kepergok ya kalo kamu lagi sama Jinyoung?"

"Hahh???" Pertanyaan Jae membuat Nayeon bingung.

"Aku baru sampe tadi siang. Temen-temen aku sering ngeliat kamu lagi sama Jinyoung, jadi aku pikir aku harus pergokkin kamu langsung. Mangkanya aku ke Jakarta tanpa bilang-bilang."

"Hah?? Jae kamu ngomong apa? Aku sama Jinyoung enggak ada apa-apa."

"Enggak usah bohong, Nay. Aku udah tahu semuanya. Bahkan kalian sampe makan malem bareng kan?"

"Jae, apaan sih! Aku cuma temen sama Jinyoung! Aku ketemu terus sama Jinyoung juga ada alasannya!"

"Iya alasan kalian emang pengen deket-deket kan? Aku tahu kok Nay kalo kamu bosen sama aku."

Bahkan mereka masih diambang pintu, tapi sudah mulai ribut.

"Jae kamu tuh kenapa sih?! Cemburu kamu tuh berlebihan tau enggak!"

"Ya gua cemburu jelas karena sayang lah, bodoh!"

"Sumpah Jae lu bukan Jae yang gua kenal lagi. Lu lebih percaya sama temen-temen lu daripada gua!"

Brakkk

Tiba-tiba Nayeon menutup pintunya dekat sedikit kencang.

"Nayeon!!!" Panggil Jae dari luar sambil menggedor-gedor pintu rumah Nayeon.

Nayeon dibalik pintu hanya jongkok dan menangis.

"Nayeon buka!!! Oke-oke aku akan dengerin kamu! Sekarang buka pintunya Nayeon! Kita perlu ngomong! Nayeon buka!!!"

Tak lama kemudian Nayeon buka kembali pintunya. Memperlihatkan dirinya yang sudah kacau. Mata sembab, make up luntur, rambut berantakkan, dan baju yang sedikit basah karena air matanya.

"Oke sekarang jelasin ke gua."

Lalu Nayeon duduk di sofa yang mengisyaratkan supaya Jae juga duduk disana.

"Janji dengerin gua sampe gua selesai ngomong?" Kata Nayeon sambil terus mengelap air matanya.

"Iya, janji." Sekesal apapun Jae pada Nayeon, tapi tetap hatinya tak kuasa melihat Nayeon menangis dan berantakkan seperti ini.

"Aku sama Jinyoung itu murni temenan. Aku berani sumpah. Soal aku sama dia makan malem bareng, itu bener. Kita makan malem dirumah aku. Tapi itu sebagai bayaran aja buat dia karena udah mau bantuin aku. Kamu tau dia bantuin aku apa? Dia bantu aku buat nyiapin sesuatu buat anniv kita nanti, Jae." Nayeon tetap menangis dan tetap mengelap airmatanya.

"Hah?"

"Pokoknya emang bener aku deket sama dia, sering pulang naik bis bareng. Tapi enggak lebih dari temen. Malah dia suruh aku buat baikkan dan telfon kamu. Bahkan aku tadi sampe nangis didepan dia cuma karena aku kangen sama kamu. Hiks." Tangisan Nayeon tak juga berhenti.

"Nay? Jadi kamu cuma minta tolong sama Jinyoung buat nyiapin anniv kita?" Jae menggenggam tangan Nayeon.

"Asal kamu tau, aku udah minta tolong duluan sebelumnya sama Sungjin dan temen kamu yang lain buat bantu aku nyiapin buat anniversary kita. Tapi mereka semua sibuk. Ya munpung ada Jinyoung ya aku minta tolong sama Jinyoung."

Best part ; Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang