25

175 30 4
                                    

"Aku nikah minggu depan. Aku juga nitip undangan ini buat anak-anak Day6 ya."

"Iya."

"Maaf ya Wonpil, aku bingung harus undang kamu atau enggak. Aku harap kamu udah enggak ada rasa sama aku. Maafin aku." Kata Sana.

"Aku enggak apa-apa kok, San. Aku pasti dateng. Jangan khawatir."

"Mangkanya kamu cari pacar dong, supaya aku tahu kamu udah move on."

"Sana, move on itu enggak ditentuin dari punya pacar baru atau enggak."

"Terus sekarang kamu udah move on dari aku belom?"

"Udah kok, kamu tenang aja. Lagipula, aku belum pacaran lagi karena aku mau fokus dulu sama kuliah dan Day6."

Tidak apa-apa kan kalau Wonpil sedikit bohong soal perasaannya?

"Syukurlah kalau kamu udah move on dari aku."

"Iya, kalo aku boleh nanya, kamu kenapa cepet banget nikahnya? Kan kuliah kamu masih ada 1 semester lagi."

"Enggak tahu, keluarga aku bilang lebih cepat lebih baik, dan mereka bener-bener tahu mana tanggal yang bagus."

"Oh begitu. Yaudah nanti aku usahain dateng."

"Iya, maafin aku ya Wonpil."

"Enggak apa-apa, Sana. Kamu enggak salah apa-apa."

"Makasih ya kamu udah ngerti. Sampe kapanpun aku akan tetap sayang sama kamu, ya meskipun cuma sahabat. Kalo gitu aku pulang dulu, ya."

Kalimat Sana benar-benar menusuk rasanya.

"Iya, kamu bawa mobil sendiri?"

"Iya."

"Yaudah hati-hati ya."







Di perjalanan pulang Sana menyetir sambil menangis.

Mungkin jika kita lihat dari sisi Wonpil, memang menyedihkan sekali Wonpil. Tapi bagaimana jika kita berfikir menjadi Sana?

Sana juga sama sayangnya dengan Wonpil. Ia benar-benar menyayangi Wonpil. Hanya Wonpil yang bisa menjadi moodboster Sana dalam situasi apapun. 5 tahun lebih bersama Wonpil, Sana tidak pernah bosan.

Bukan hanya Wonpil yang tersakiti, tapi Sana juga tersakiti dengan perjodohan yang tidak bisa ditolak ini. Ia dengan amat sangat terpaksa meninggalkan Wonpil demi dijodohkan dengan pria yang sama sekali belum pernah ia cintai sebelumnya.

Tapi inilah hidup, ada beberapa realita yang sama sekali tidak sama dengan apa yang kita harapkan. Sana dan Wonpil pernah berandai-andai jika mereka akan menikah nantinya. Tapi nyantanya, Tuhan berkata lain. Mungkin Yuta memang jodoh yang tepat untuk Sana.

Bukan hanya Wonpil yang harus mati-matian move on dari Sana. Tapi Sana juga. Ia harus mati-matian move on dari Wonpil, dan berusaha mencintai calon suaminya. Berat juga bukan?

Lampu merah.

Sana benar-benar menangis. Hatinya terasa sakit ketika harus memberikan undangan pernikahannya kepada orang yang paling ia cintai.

Hari ini Day6 sedang berkumpul seperti biasa di basecamp sambil terus berlatih. Tak terasa sebentar lagi mereka akan berangkat ke London dan rekaman disana.

"Pil! Lo mainnya kenapa salah mulu nadanya? Gak fokus?" Tanya Sungjin.

"Sorry, Jin." Kata Wonpil.

"Lo sakit?" Tanya YoungK.

"Enggak kok." Jawab Wonpil.

"Lu ada masalah ya? Cerita aja sama kita." Kata Dowoon.

Best part ; Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang