#10 - Lapangan Kematian?

169 13 7
                                    

Pernahkah kamu bermimpi berada di tempat berbahaya?

Bahkan tempat berbahaya ini bisa mengancam jiwamu tanpa kamu sadari?

Padahal ini hanya sebuah mimpi.

Sungguh.

Karena sebagian orang mimpi hanyalah bunga tidur...

Manivestasi setiap imajinasi dalam pikiranmu bisa terjadi dalam sebuah mimpi...

Dan coba kalian tebak apakah mimpi ini hanya bunga tidur biasa, atau memang ada "something"?

Mari kita mulai...

Kudapati diriku berdiri di sebuah lapangan, dengan koridor selasar berkolom bulat besar mengelilingi lapangan ini. Dengan taman bunga kecil disekitar kamim serta juntaian tanaman rambat dari atap selasar. Terlihat seperti selasar di taman kampusku dulu.

Memang ada taman bunga. Tapi tempat ini serasa panas dan sesak.

Tapi aku tidak sendiri disini. Beberapa orang juga berdiri disekitarku, berjalan pelan menuju entah kemana.

Kami, termasuk aku, sedang memakai baju putih agak cemerlang...

Apakah ini sedang OSPEK mahasiswa?

Semua hanya terdiam dengan tampang datar. Berjalan berkerumun entah kemana. Dengan ragu aku memasuki kerumunan dan mengikuti arus. Mungkin hanya aku disitu yang menoleh kesana kemari, bingung dengan apa yang terjadi.

Sampai akhirnya kami berhenti di lapangan lain, dengan bilik bangunan beton bertangga di depan kami. Tanpa taman bunga. Hanya kerumunan orang. Aku menyeruak menuju deretan depan untuk mencari hawa segar. Udara disini makin panas.

Kulihat orang-orang disekelilingku. Rata-rata berwajah datar dan pucat. Bahkan gadis disebelahku memakai alat aneh di hidung.

"Apa ini?" tanyaku.

Gadis itu tersenyum. Wajahny lebih ceria dan berwarna dibandingkan orang-orang lainnya. "Ini? Alat bantu pernafasan."

"Kenapa bawa alat ini?" Gadis ini terlihat sangat sehat. Bicaranya pun juga lancar tanpa kesulitan.

"Jangan-jangan kamu tidak tahu kita berada dimana?"

Aku menggeleng. Aku nggak tahu apapun tentang tempat ini dan kenapa aku ada disini.

Gadis itu menunjuk ke orang memakai alat aneh di dadanya. "Liat orang itu. Dia sedang memakai alat pacu jantung. Sepertinya hanya alat itu yang membuatnya bertahan hidup hingga detik ini. Orang disana juga. Yang tidak memakai alat apapun rata-rata berwajah pucat bukan? Sudah mengerti kita berada dimana?"

Gadis itu berbisik. "Ini tempat berkumpulnya orang yang akan atau sudah meninggal."

Aku terdiam. Berarti aku...

Tiba-tiba kulihat sosok yang sangat familier; cowok berbaju hitam, berwajah aneh dan berambut ikal berjalan cepat di bangunan depan. Welt?

"Welt! Welt!" aku berteriak riang. Bahagia karena ada sosok yang aku kenal di tempat aneh seperti ini.

Welt menoleh ke arahku. Aku melambaikan kedua tanganku dengan riang. Welt langsung berbalik arah, berjalan cepat ke arahku.

"Kenapa kamu ada disini?"

Aku juga nggak tahu kenapa berada di sini. Welt terlihat marah. Lalu menarik tanganku.

"Seharusnya kamu tidak ada disini," ocehnya. Kami menaiki tangga dan berjalan cepat menuju bangunan depan kami dan memasuki salah satu pintu.

"Tunggu disini dan cepat bersembunyi! Kamu bisa keluar jika pagi telah tiba."

Lalu Welt pergi.

Bukankah ini sudah siang? Lapangan tadi sangat terik. Tapi kenapa disini sangat gelap?

Kuraih lilin api terdekat. Aku mengitari seisi ruangan. Terlihat seperti gubuk ringkih dengan perabotan penuh dengan kayu. Di salah satu sisi terlihat jendela yang menampakkan permandangan laut di malam hari. Ombak laut berderuh riuh dpermainkan hujan badai.

Di luar ada lapangan dengan panas terik. Di ruangan ini terlihat muram dengan laut dan hujan badai di malam hari. Kenapa ada perbedaan begitu kontras yang dipisahkan dengan sebuah pintu.

Penasaran. Nyaris kubuka pintu kayu tempat aku masuk tadi, ketika tiba-tiba ada suara aneh. Ah aku hatus bersembunyi.

Aku berlari menuju kolong meja pojok. Lilin yang kubawa langsung jatuh dan padam. Bodohnya aku.

Seorang nenek rintih datang. Kulitnya terlihat jauh lebih keriput dari nenek di dunia nyata yang aku kenal. Rambutnya panjang. Bajunya hitam kebesaran. Terlihat seperti nenek sihir yang suka makan anak kecil di dongeng yang pernah aku baca.

Aku tidak tahu siapa dia. Aku harus bersembunyi untuk cari aman. Bersembunyi hingga Welt datang membawaku pergi dari sini.

Nenek itu terlihat seperti memasak sesuatu di kuali batu. Terlihat cairan hijau muncul dari dalam kuali. Yeks itu apa...

Kututup mulutku agar tidak menimbulkan suara. Bahkan nafasku kutahan agar tidak terdengar.

Aku nggak mau disini... Aku ingin keluar dari sini... Aku ingin segera bangun. Welt... Kamu dimana?

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya badai diluar mulai mereda. Lautan biru tua mulai tenang.

Sang nenek menemukan lilin yang terjatuh di lantai.

Nenek terlihat sangat marah. Dia mengubrak abrik seisi ruangan untuk mencari tamu yang tak diundang ini.

Dia melongok ke tempat persembunyianku. Lalu senyum. Senyumannya jauh lebih lebar dan sangat mengerikan. Dia terkikik. "Akhirnya kutemukan kau."

AAAAARRRRGGGHHHH

Aku berteriak. Kabur ketika nenek tua itu nyaris menangkapku. Aku mengambil kayu di dekat situ dan kupukul si nenek agar aku bisa kabur. Si nenek tua renta ternyata tenaganya bukan tenaga nenek-nenek. Dia makin membabi buta untuk menangkapku.

Sekilas kulihat semburat cahaya dari ujung lautan. Pagi telah tiba.

Tapi arah ke pintu itu dihalangi oleh si nenek. Dia mulai mendekat. Matanya merah nyalang. Air liurnya menetes terus dari mulutnya yang sangat lebar. Aku terpojokkan.

Nenek biadab itu mulai mendekat. Kupukul kepalanya yang keriput itu dengan kayu. Kupukul berkali-kali hingga dia jatuh tersungkur.

Lalu aku berlari menuju pintu kayu satu-satunya di gubuk ini. Kubuka pintu itu dan...

Aku terbangun. Dengan nafas ngos-ngosan dan keringat dingin. Kulihat jam di HP ku. Sudah pagi.

Kujewer pipiku. Uuh... Sakit. Aku bernafas dengan lega. Akhirnya aku kembali ke dunia nyata...

Aku coba mengingat runtutan dalam mimpiku. Lapangan terik yang dipenuhi orang-orang yang mau meninggal. Serta gubuk tua yang dihuni nenek jahat.

Sebenarnya... Tadi hanya mimpi bunga tidur biasa, atau... tanpa sengaja aku pergi ke tempat yang tak seharusnya aku kunjungi?

Disini aku mulai merinding...

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang