Bagian Empat

107 15 4
                                    

Sudah tak terhitung entah berapa kali dirinya membolak balikan tubuh besarnya diatas tempat tidur untuk mememukan posisi tidur yang nyaman namun hingga sekarang matanya tak kunjung terpejam dan pikirannya masih benar benar terjaga meski sebenarnya dia sudah merasa begitu lelah dan mengantuk karna seharian berkutat dengan aktivitas bersama Jump. Kegelisahan ini sungguh sangat mengganggunya. Dia begitu resah hingga rasanya dia mau melompat keluar dalam kamarnya sekarang. Dia bukannya tidak mengerti apa yang mengganggunya saat ini. Hanya saja dia terus mengabaikan teriakan didalam dirinya untuk tidak melompat seperti singa yang kehausan dipadang gurun untuk segera menyambar ponselnya yang terdengar seperti memanggilnya untuk memegang benda itu dan menghubungi seseorang yang selama dua bulan terakhir menghilang dari pandangannya. Banyak pertanyaan yang berkecemuk dalam benaknya.

Bagaimana kabar pemuda itu sekarang?

Apakah dia sudah kembali sehat?

Lalu dimana dia sekarang berada?

Dan bersama siapa?

Kabar terakhir yang Yuto dengar dari manager pribadinya Ryosuke sedang melakukan beberapa pemotretan majalah dan shooting drama yang mengharuskan dia melakukan perjalanan ke Korea dan hingga sekarang pemuda itu masih belum kembali ketanah kelahirannya itu. Tetapi Yuto terpaksa menelan kembali semua pertanyaan yang menggunung dibenaknya, seberapa keraspun dia memikirkannya semua itu tidak akan menjadi lebih dari sekedar suara suara yang berdengung dikepalanya dalam kesunyian.

Kamar besarnya yang didominasi oleh warna putih dan hitam  di Manshion utama keluarga nakajima terasa lengang, hanya terdengar hembusan nafasnya yang menggema keseluruh pejuru ruangan membuatnya terjebak dan merasa sendirian. Sekali lagi matanya melirik kearah ponselnya yang diletakan diatas nakas disamping tempat tidurnya dan lalu setelah beberapa saat harus berperang dengan harga diri dan rasa rindu dibenaknya, pemuda itu lantas memencet serangkaian tombol yang sudah dia hapal diluar nada suara tunggu untuk sesaat membuat debaran dijantung yuto semakin melaju ketika akhirnya telpon diseberang sana benar benar diangkat oleh seseorang.

"Moshi moshi..."

Sungguh,betapa dia sangat merindukan suara itu.

Yuto menahan nafas sejenak sebelum membuka suara. "Yama-chan...ini aku." senyap.

Untuk sesaat tak terdengar siapapun berada diseberang sana sebelum kemudian Ryosuke membuka mulutnya setelah berhasil mengatasi keterkejutannya. "Ya, ada apa Nakajima-kun? Tidak biasanya kau menelpon?"

Yuto menggigit bibirnya gelisah sekaligus nyeri mendengar panggilan formal itu. Ini adalah pertama kalinya mereka bicara lagi setelah dua bulan lamanya. Jujur saja dia merasa begitu canggung dan merasa sedikit bersalah.

"Iie, aku hanya....aku..." pemuda tampan itu refleks menarik nafas untuk mengendalikan debaran debaran didadanya. Dia bahkan merasa lebih gugup daripada ketika dirinya menghadapi presentasi pertamanya diperusahaan ayahnya ketika berusia enam belas tahun.

"Aku merindukanmu..." tuturnya kemudian begitu pelan hingga dia berharap Ryosuke tidak mendengar suaranya yang begitu putus asa karna merindu.

Kenapa Ryosuke hanya diam saja? Kenapa pemuda itu tidak menjawab pernyataannya? Lama Yuto terdiam dalam keheningan ketika kesadaran seolah menamparnya. Memaksanya mengingat kembali yang telah terjadi beberapa bulan silam, memangnya apa yang diharapkannya setelah menyakiti pemuda itu sedemikian rupa?

Bagaimana mungkin dia bisa berharap pemuda itu juga akan membalas dan mengatakan

"Aku juga merindukanmu..."

Kedua mata Yuto membulat sempurna, apakah dia tadi baru saja mendengar kalau pemuda itu juga merindukannya?

Apa mungkin dia perlu memeriksankan telinganya kedokter?

"Katakan lagi kalau kau juga merindukanku!" tanyanya memastikan.

Suara kekehan merdu yang begitu dia rindukan terdengar dari seberang sana. "Ya, aku juga merindukanmu, Yutti!"

Yuto sudah tidak mampu menahan senyumnya agar tidak mengembang diwajahnya. Apalagi dia mendengar panggilan pemuda itu padanya tidak lagi formal. Hatinya dipenuhi bunga bunga bahagia sekali.

"Bagaimana kabarmu sekarang?"

"Aku baik baik saja, kau?"

"Aku baik."

Kemudian keduanya hanya mampu terdiam dalam keheningan. Entah mengapa mereka merasa begitu canggung satu sama lain.

"Ryo-chan aku...." kata kata seolah tersekat dikerongkongannya. Mengapa rasanya begitu sulit sekali untuk sekedar mengucapkan kata 'maaf''. Tapi mungkinkah pemuda berkulit putih itu masih bersedia memaafkannya setelah semua yang telah dia lakukan?

"Ya, nani?" Ryosuke menunggu.

"Kapan? Kapan kau akan kembali ke Jepang?"

Seulas senyum terukir begitu saja dibibir Ryosuke meski dia tau Yuto tidak akan pernah bisa melihatnya.

"Aku sudah berada di Jepang sejak dua hari yang lalu, Yutti!"

...........

Readers..qu baru up lagi nih! Gomen lama karna sejak listrik gratisan eh malah makin sering mati lampu. Jadi terkendala nih...gommen ya??
Aq juga ucapon terima kasih banyak yang udah mau mampir bacain ff ini and vote serta comentnya juga masukin cerita ini kedalam bagian fav nya arigatou untuk semuanya...
Trus jangan bosan tuk ikutin terus ff ini yah and jangan lupa lihat dan baca juga ff.aku yang lainnya...sankyu minna

Rainbow (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang