Pintu kamar aku buka dengan perlahan. Kepala lebih dulu aku keluarkan untuk mengintip dan memastikan keadaan diluar kamar. Sejauh ini aman, sepi dan tidak terlihat siapapun.
Aku melangkahkan kaki keluar kamar, sangat berhati-hati agar tidak menimbulkan bunyi. Kemudian menutup pintu kamar dengan pelan, menghindari bunyi decitan pintu.
Tindakanku ini persis seperti penjahat yang takut ketahuan. Bedanya aku penjahat high class yang ingin menikmati kebebasan dari penjara emas, walaupun cuma untuk semalam.
"Kamu mau kemana Lea?"
Aku mengerucutkan bibir ketika menemukan Mami dan Papi yang ternyata duduk tanpa suara diruang tamu. Aku pikir, setelah turun tangga aku akan bisa bebas keluar rumah malam ini, nyatanya tidak sama sekali.
Mami memperhatikan penampilanku dari atas kebawah. Tidak ada yang aneh memang, jeans dan baju kaos dibalik jaket. Hanya saja, pakaian ini bukan pakaian untuk tidur, melainkan untuk keluar rumah.
Akhir pekan apalagi malam minggu seperti ini harusnya aku itu bersama teman-temanku. Bukannya malah mendekam dirumah dengan tatapan Mami yang selalu mengawasi pergerakanku.
Seharian ini Mami selalu memperhatikan gerak gerik ku. Mulai sejak aku bangun tidur, sarapan pagi, makan siang hingga setelah selesai makan malam tadi.
Baru mau membuka pintu rumah saja siang tadi, Mami langsung menghentikanku. Padahal aku cuma mau bersantai di teras rumah sambil menikmati udara segar.
Aku tau Mami sudah mencurigai ku. Sebab pesan dari Kak Nessy kemarin begitu mempengaruhiku sehingga mampu membuatku begitu bersemangat seharian. Bahkan aku sudah meminta ijin untuk keluar di malam minggu yang langsung diberi jawaban kata tidak.
"Malam minggu jadwal balapan. Lo mau ikut tidak? Sekalian lihat kemampuan anak baru."
Isi pesan Kak Nessy membuatku begitu tertarik untuk ikut balapan lagi. Sudah lama tidak melakukannya, sehingga aku sangat antusias. Sayangnya untuk ijin keluar pun, tidak semudah yang aku bayangkan.
"Papi dan Mami tersayang, Lea ijin keluar sebentar ya? Mau malam mingguan sama teman-teman."
"Tidak boleh," ucap Papi singkat. Mata Papi menatapku tajam.
Aku sengaja duduk diantara Papi dan Mami diatas sofa. Mulai menggoda keduanya. "Masa iya gak boleh sih Pi? Sudah lama nih Papi sama Mami larang Lea jalan-jalan sama teman-teman diakhir pekan. Hari ini Lea boleh keluar ya? Janji gak akan pulang lewat tengah malam."
Mami menggelengkan kepala. "Anak gadis gak baik keluar malam-malam, Lea! Besok keluar sama Mami, kita pergi belanja. Mau baju baru gak?"
Menemani Mami belanja bukanlah hal yang menyenangkan. Karena setelah jatuh hati dengan satu pakaian, Mami akan beralih kepada pakaian lain. Setelah melihat beberapa model, ujung-ujungnya kembali kepada pilihan pertama.
Dan akhirnya aku akan sakit kaki setelah menemani Mami memutari pusat perbelanjaan seharian.
"Gak usah Mi, baju Lea masih banyak. Lea ijin keluar ya, palingan cuma nongkrong di kafe. Lagian kan duduk-duduknya juga sama teman-teman perempuan, kalau ada laki-laki palingan ya cuma beberapa orang. Boleh ya Papi dan Mami nya Lea?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It was You [Tamat]
RomanceIt was You merupakan cerita lengkap dengan judul yang sama dari It was You (Oneshoot) Berawal dari ketidaksengajaan, dilanjutkan dengan pertemuan tak terduga hingga berakhir pada kenangan masa lalu. Ketika takdir menuntunnya kembali kepada tempat se...