Bagian 27

7.8K 832 36
                                    

“Kamu gak ada kerjaan ya, sampai-sampai mau traktir aku makan disini? Atau, mungkinkah karena gak ada teman bicara?”

Sean terkekeh setelah mendengar candaan ku. “Anggap aja ini sebagai gencatan senjata diantara kita. Ngomong-ngomong Rill, sekarang udah jam pulang kantor. Jadi aku memang gak ada kerjaan.”

Benar juga! Kenapa aku tidak kepikiran sebelumnya?

Tadi siang Sean tiba-tiba menghubungi dan mengajakku bertemu. Dia bilang ingin membicarakan sesuatu sekaligus mau mentraktirku makan. Karena itulah, aku tidak menolaknya karena Sean yang sekarang sudah kembali menjadi normal. Dia juga menjadi teman yang menyenangkan.

“Apa Laura tau bahwa aku makan disini bersamamu?”

“Tentu saja,” seru Sean cepat. “Dia bahkan tidak masalah ketika tau bahwa aku akan makan bersama mantan pacarku," ucapnya bangga. "Tapi, apa dia tidak cemburu?” gumam Sean pada dirinya sendiri. Telingaku padahal mendengar ucapannya dengan jelas.

Aku terkekeh mendengar kalimatnya itu. “Karena dia percaya kepadamu. Lagi pula dia sudah bertemu denganku juga. Dia pasti tau bahwa aku sama sekali tidak berniat untuk merebut kamu darinya.”

Saat ini Sean memang sudah memiliki kekasih baru. Gadis yang bekerja sebagai pegawai Kak Rere di wedding organizer miliknya.

Kami pernah bertemu tidak sengaja disalah satu kafe. Aku sedang bersama sahabat-sahabatku yang akhirnya bisa kembali bertemu dalam formasi anggota lengkap. Sementara Sean bersama kekasihnya itu dan dia memperkenalkan Laura kepada kami.

“Kamu benar juga, Rill.”

Aku mengangkat garpu tinggi-tinggi. Mengarahkannya sejajar dengan mata Sean. “Karena itu, pertahankan dia. Jangan ulangi kesalahan yang dulu,” ucapku sambil melototkan mata.

Kesalahan yang aku maksud adalah penyebab putusnya aku dengan Sean. Laura sudah mempercayai Sean sama seperti aku dulu. Aku berharap Sean tidak merusak kepercayaan itu.

Aku dulu memang bisa menahan perasaanku setelah mengetahui perbuatan Sean. Karena aku adalah gadis pendendam dan suka melakukan pembalasan dendam. Dan aku tidak yakin Laura akan sama sepertiku karena dia terlihat sangat baik dan polos.

“Kamu sendiri bagaimana? Apa Bang Rafa tau kamu disini bersamaku?”

“Tentu saja!” teriakku cepat.

Rafa tidak pernah lupa untuk selalu menghubungiku. Bahkan dia seperti sedang melakukan pendataan setiap harinya untuk tempat dan kegiatan yang aku lakukan. Tidak lupa dia bertanya aku sedang bersama siapa.

Apa mungkin dia tipe laki-laki posesif?

“Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?” tanyaku setelah ingat tujuan Sean mengajakku bertemu disini.

Kami sudah menghabiskan makanan. Walaupun di waktu yang tidak pas sebenarnya untuk makan malam. Saat ini bahkan masih sore hari.

“Sebenarnya aku tidak mau ikut campur dengan urusan pribadi kamu. Tapi sebagai teman aku harus membicarakan hal ini, karena ini sedikit menggangguku. Aku ingin membicarakan tentang pacar baru kamu. Kamu tidak merebut kekasih orang kan Rill?” tanya Sean, terlihat berhati-hati.

It was You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang