Bagian 28

7.5K 847 26
                                    

Mataku memperhatikan jalanan yang kami lalui. Aku sama sekali tidak memikirkan Rafa yang mengemudikan mobilnya dalam diam disebelahku. Entah apa yang dia pikirkan, aku tidak tau. Sebab fokusku saat ini adalah pada diriku sendiri.

Aku bahkan tetap menjaga mulutku untuk tidak bicara. Jelas saja hal ini membuat suasana yang jauh berbeda dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya.

Perjalanan kami biasanya akan dipenuhi oleh ocehan ku dan suara Rafa yang menanggapi ucapanku. Tidak untuk kali ini.

Sejak pagi tadi aku selalu memikirkan hal ini. Apakah yang aku lakukan saat ini adalah hal yang benar?

Aku dan Rafa sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya yang seharusnya aku datangi minggu lalu sesuai permintaan Rafa. Tapi minggu lalu lagi-lagi aku menolak ajakan Rafa yang membuatnya sempat merajuk kepadaku.

Dan untuk hari ini, aku benar-benar melakukannya karena beberapa hari yang lalu dia sengaja mengajakku dihadapan Papi dan Mami langsung. Sehingga keduanya membantu Rafa untuk memastikan bahwa aku akan pergi dengan Rafa. Kedua orang tuaku benar-benar menyukai Rafa.

Tentang yang aku ketahui dari Kak Rere, aku sama sekali belum pernah membahasnya dengan Rafa. Aku belum meminta penjelasan dari Rafa.

Aku masih menyimpannya sendiri karena aku takut, yang aku terima lagi adalah sebuah kebohongan darinya. Karena itulah, melalui pertemuan ini  aku berharap aku akan mendapatkan sesuatu.

Aku pun ingin memastikan hal itu lagi. Banyak hal yang harus aku tau terlebih dulu sebelum aku mengambil keputusan. Karena sejujurnya, aku takut menyesali apa yang akan aku pilih nantinya.

Harusnya aku mulai memikirkan pembalasan dendam ku kepada Rafa saat ini. Hal yang sama seperti yang aku lakukan setelah tau apa yang dilakukan oleh mantan pacarku dulu.

Tapi entah kenapa kali ini aku tidak bisa melakukannya.

Lucunya aku malah mencintai Rafa. Sangat menyebalkan memang karena aku menyadari hal itu disaat kenyataan sudah mulai terpampang jelas dihadapan ku. Aku menyadarinya disaat kemungkinan besar hubungan ini akan segera berakhir.

“Sayang, apa terjadi sesuatu?” tanya Rafa yang membuatku tersentak dari lamunanku. Berada di situasi menyebalkan seperti ini mungkin saja juga membuatnya merasa tidak nyaman. “Apa ada masalah dengan skripsimu?” tebak Rafa.

“Gak ada masalah apapun Mas,” gumamku segera.

“Apakah Mas melakukan kesalahan?”

“Tidak,” jawabku singkat. Aku mengalihkan pandangan untuk menatap Rafa dengan senyum terbaikku. “Aku mungkin hanya sedikit gugup karena akan bertemu dengan keluarga Mas.”

Rafa terdengar menghela nafas, wajahnya menunjukkan kelegaan. “Syukurlah, Mas cemas melihat kamu diam saja dari tadi. Tenang saja, mereka pasti akan menyukai kamu. Percaya kepada Mas.”

Percaya kepada Mas? Bagaimana aku bisa mempercayainya dengan mudah disaat aku sudah merasa bahwa dia mungkin juga akan membohongiku lagi.

“Semoga aja, Mas.”

Rafa selalu saja seperti ini. Mencemaskan keadaanku, memperhatikanku dan menatapku dengan tatapan seolah-olah hanya aku yang terlihat dimatanya.

Bagaimana aku bisa melepaskan laki-laki seperti ini? Bolehkah jika aku bersikap egois?

Tak butuh waktu yang lama, kami sampai dirumah keluarga Rafa. Dia membimbingku masuk kedalam rumahnya dengan tangan kami yang saling bertautan.

“Ma, Pa, perkenalkan ini Rilleya, kekasih Rafa,” ucap Rafa ketika kami berdiri didepan kedua orang tuanya. Keduanya menatap kami dengan senyum yang nampak diwajahnya. “Sayang, ini Mama dan Papa Mas.”

It was You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang