Bagian 44

9.4K 870 29
                                    

Salah satu kebiasaan buruk yang sering dilakukan di bulan Ramadhan adalah tidur setelah sahur ataupun setelah melaksanakan Sholat Subuh.

Lalu kemudian bangun setelah lebih kurang satu jam tertidur karena harus melakukan aktivitas sehari-hari seperti sekolah ataupun kerja dan bisa juga baru bangun ketika matahari sudah terik-teriknya.

Kebiasaan itu juga yang sudah mendarah daging dalam kehidupanku, sehingga aku jadi terbiasa melakukannya ketika setiap bulan Ramadhan.

Hanya saja ketika Mami tiba-tiba membangunkan ku dengan paksa sekitar jam setengah tujuh pagi, padahal hari ini akhir pekan dan aku juga tidak ada kegiatan, membuatku misuh-misuh hingga entah berapa kali tubuhku menerima cubitan dari Mami.

Kebaya berwarna cokelat muda berakhir melekat ditubuh ku setelah Mami selesai merias wajahku. Aku tidak tau Mami sudah memesan kebaya ini sejak kapan, hanya saja ketika memandangi tubuhku kembali di cermin, penampilanku terlihat bagus. Apalagi dengan rambutku yang sudah berwarna cokelat tua lagi.

Sepertinya setelah ini aku akan mengucapkan selamat tinggal kepada warna asli rambutku, hitam. Warna cokelat tua ini sepertinya membuat penampilanku terlihat lebih memukau.

Selama aku pasrah didandani oleh Mami, aku selalu memikirkan hal ini. Sebenarnya aku dan Mami mau kemana? Orang kebelet mana yang membuat pesta nikahan di bulan Ramadhan.

Itu sebenarnya sama sekali tidak masalah. Hanya saja identiknya, seseorang yang datang menghadiri pesta pernikahan itu, selain memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai, juga ingin menikmati hidangan yang disediakan.

Dan sepertinya orang kebelet itu adalah aku sendiri dan juga Rafa. Terbukti setelah melihat keberadaan keluarga besar ku yang terdiri atas keluarga Bang Satria dan beberapa orang kerabat Mami, yang ternyata ada dirumah Papi. Termasuk kedatangan Nenek beberapa hari lalu pun ternyata dengan tujuan acara ini.

Mami benar-benar sukses ketika mengurungku dikamar sejak aku dibangunkan sehingga tidak tau sejak kapan keluarga besar ku itu sudah berkumpul dirumah.

Tak lama setelah Mami memintaku turun keruang tamu, Rafa datang bersama dengan keluarga besarnya, termasuk kedua orang tua Tika yang ada didalam rombongan itu.

Aku pikir yang dikatakan Rafa saat itu adalah buka puasa bersama, bukan acara lamaran resmi seperti sekarang. Nyatanya pikiranku terbantah setelah mendengar kalimat yang diucapkan oleh Rafa dengan suara lantang ditengah-tengah acara.

Kedatangan saya dan keluarga kesini adalah untuk melamar putri Papi dan Mami, Rilleya Ghita Narendra untuk menjadi istri saya.

Rafa datang dengan penampilan yang terlihat sangat berbeda dibandingkan biasanya. Baju batik bagian atas dengan bawahan celana dasar berwarna cokelat muda. Pakaiannya itu terlihat sangat serasi dengan kebaya yang aku kenakan.

Jika saja tadi Mami tidak menusuk pinggangku beberapa kali dengan jarinya, yang entah menggunakan jari apa, mungkin aku akan terus memandangi Rafa dengan penampilannya yang keren itu. Dia terlihat sangat tampan.

Awal Rafa menyadari dan melihat keberadaanku diantara keluargaku, Rafa memang tersenyum lembut yang mampu membuatku tersipu malu. Aku pikir Mami sukses membuat penampilanku terlihat sempurna hingga Rafa menatapku cukup lama.

Hanya saja setelah itu dia sering terlihat mengalihkan pandangannya, seakan berusaha sekuat tenaganya untuk tidak melihatku.

It was You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang