Bagian 41

9.2K 895 44
                                    

Semalam aku sama sekali tidak kepikiran untuk menanyakan keadaan Tika karena terlalu larut dengan kebahagiaanku sendiri. Bahkan Rafa juga tidak menyinggung sedikit pun tentang apa yang terjadi kepada Tika.

Sehingga di pagi harinya setelah aku bangun tidur, aku menemukan keberadaan Bang Satria yang ternyata ikut menginap dirumah Rafa. Dari Bang Satria lah aku tau bahwa Tika mengalami kecelakaan dan dia sudah meninggal dunia.

Mungkinkah ini salahku juga? Jika seandainya aku tidak tidur, aku pasti bisa memberi tau seseorang tentang kondisi Tika. Mungkin saja kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi.

Tapi saat itu aku tidak bisa menahannya lagi. Bahkan ketika yang aku tau dari Bang Satria tadi pagi bahwa Bang Meka lah yang ternyata menggendongku dari dalam taksi ke kamar Rafa, aku sama sekali tidak menyadari hal itu.

Didalam mobil Tika ditemukan banyak hal yang berkaitan denganku. Dari sidik jari hingga ponsel dan tas dimana ada kartu identitas ku disana. Karena itulah tidak heran polisi mendatangiku untuk ikut mereka ke kantor polisi agar memberi keterangan.

Awalnya aku ragu untuk menceritakan semua yang aku bicarakan dengan Tika. Hanya saja, sebelum memberi keterangan aku sudah berjanji untuk mengatakan hal yang jujur. Sehingga bagaimana pun kerasnya aku mencoba mengalihkan pembicaraan, ujung-ujungnya aku tetap menyinggung tentang hal sensitif itu, yang merupakan aib Tika.

Ponsel dan tas ku sudah dikembalikan oleh polisi. Ponsel yang layarnya sudah retak walaupun sepertinya masih bisa hidup. Tasku bentuknya bahkan sudah terlihat menyedihkan. Beruntung dompet yang berisi identitas ku masih dalam keadaan yang baik.

Kecelakaan itu pasti sangat parah sehingga Tika bahkan langsung meninggal dunia ditempat kejadian. Aku masih tidak percaya bahwa aku sudah turun dari mobilnya itu sebelum kecelakaan terjadi.

Dan pembicaraanku dengan Tika merupakan pembicaraan terakhir kami.

Aku tersenyum tipis melihat keberadaan Rafa diruang tunggu kantor polisi setelah selesai memberikan keterangan beberapa jam lamanya. "Kenapa Mas bisa ada disini?" tanyaku ketika sudah mendekatinya.

Tadi aku pergi kesini ditemani Bang Satria sebab Rafa tentu saja harus menemani Papa nya mengurus pemakaman Tika. Papi yang tau tentang pemanggilan dari polisi bahkan sudah menyiapkan pengacara untuk mendampingiku.

Tentu saja aku menolak karena aku rasa aku belum membutuhkan pengacara. Aku hanya perlu datang untuk memberi kesaksian, mungkin saja untuk memperkuat dugaan polisi bahwa tindakan Tika memang perencanaan bunuh diri yang mengakibatkan kecelakaan dan melukai orang lain.

Karena ternyata saat itu Tika menerobos lampu merah sehingga mobilnya ditabrak dari samping oleh mobil lainnya. Beberapa korban yang ada didalam mobil itu bahkan ada yang mengalami luka berat.

"Untuk menjemput kamu," ucap Rafa sambil menggenggam tanganku.

"Bagaimana pemakamannya?" tanyaku ketika kami sudah melangkahkan kaki keluar kantor polisi.

Rafa tersenyum tipis. "Pemakamannya sudah selesai dilakukan."

Aku menatap Rafa sebelum masuk kedalam mobil. "Mas, aku ingin kesana sebentar."

"Mas akan antar kamu ke pemakaman, tapi kita tidak perlu datang ke rumah orang tua Tika."

Aku menatap Rafa bingung. "Kenapa?" tanyaku.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Rafa masuk kedalam mobil. Setelah aku melakukan hal yang sama, Rafa mulai menjalankan mobilnya meninggalkan kantor polisi.

"Mas, apa ada sesuatu yang terjadi disana?" tanyaku lagi ketika Rafa hanya diam.

"Kondisi Mama Tika sedang tidak baik. Jadi mungkin kita tidak perlu kesana dulu."

It was You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang