Extra Part : Ibu Hamil dan Suami Siaga

17.5K 1K 87
                                    

"Kenapa kamu tega Mas? Kenapa kamu melakukan hal ini kepadaku?"

Seorang perempuan memegang lengan suaminya dengan erat. Menghentikan suaminya yang saat ini sudah ingin beranjak pergi sambil menggandeng tangan seorang perempuan muda yang berdiri disampingnya.

"Maaf. Aku sangat mencintai pacarku. Kita bisa bicarakan ini dirumah nanti, sekarang kamu pulang saja," ucap laki-laki berkumis tipis dan berkaca mata itu sambil menjauhkan tangan istrinya.

Perempuan itu masih menahan suaminya. Dia tidak rela suaminya berbuat dosa seperti ini. "Apa kurangnya aku sebagai istri kamu Mas? Aku mengabdikan diriku kepada kamu dan melahirkan anak kita. Tapi kenapa kamu memiliki perempuan lain? Kenapa?"

Wajah perempuan itu sudah dipenuhi air mata. Tapi suaminya bahkan terlihat enggan menatapnya.

Sementara perempuan muda yang berdiri disebelah laki-laki itu berdecak, terlihat tak perduli. Dia mencintai suami orang yang merupakan masa lalunya. Dan laki-laki itu mencintainya, jadi apa salahnya jika dia ingin berjuang untuk cintanya?

"Pacarku, dia jauh lebih cantik dari kamu. Dia lebih bisa menyenangkan aku."

Televisi yang sedang hidup itu langsung menggelap tanpa peringatan karena Rafa lah yang mematikannya. Rafa pikir, kehamilan akan mengembalikan keceriaan istrinya seperti dulu. Hanya saja itu tidak terjadi karena mungkin sering dipengaruhi oleh hormon kehamilan istrinya juga. Bahkan ketika menonton pun istrinya itu akan menangis seperti saat sekarang ini.

"Mas, kenapa dimatikan?" gumam Rilleya dengan suara serak. Perempuan hamil itu mengusap wajahnya dengan tisu yang sudah lembab. Tangannya mengambil tisu lainnya dan menekan ke hidungnya.

"Sayang, menangisnya di cukupkan ya. Nanti mata kamu bengkak lagi," ucap Rafa sambil duduk disebelah istrinya. Tangannya mengusap lengan istrinya itu.

Rilleya melirik suaminya sebelum menggelengkan kepala. "Mungkin bengkaknya besok pagi. Nanti kalau anak kita juga sudah lahir, Mas gak akan meninggalkan aku kan?"

"Tentu saja tidak," seru Rafa segera. "Mas susah payah mencari kamu, mendekati kamu dan menjaga kamu. Lalu kenapa Mas harus meninggalkan kamu?"

Rafa tidak bisa menyalahkan Mama atau pun Mami, entah siapa yang meracuni pikiran istrinya untuk menonton ftv yang tayang setiap hari yang dimulai setelah sholat ashar itu. Dalam sehari bahkan ada dua sampai tiga ftv yang tayang berturut-turut. Inti ceritanya sama yaitu penderitaan seorang istri, entah itu karena suami, mertua atau orang ketiga dalam rumah tangganya.

Dan setiap kali menonton itu, Rilleya akan menangis. Dia takut jika itu terjadi kepadanya suatu saat nanti. Hal yang membuat Rafa harus ekstra keras menenangkan istrinya yang sudah hamil memasuki bulan kelima itu.

"Ya, siapa tau kan Mas? Aku sudah tidak memuaskan kamu lagi nantinya."

Rafa mendudukkan badan disebelah istrinya. "Sayang, menikah itu bukan cuma untuk memenuhi kebutuhan biologis . . . "

"Aku tau," potong Rilleya cepat. "Tapi tetap saja, kalau ada perempuan muda dan cantik, lalu Mas tertarik kepadanya dan . . ."

"Kamu tidak percaya kepada Mas?" potong Rafa untuk menghentikan kalimat istrinya yang mungkin akan semakin melenceng. Rafa rasa sepertinya ftv ini sama sekali tidak bagus untuk kesehatan psikis. Besok, Rafa akan mencari cara agar istrinya tidak akan bisa menonton ini lagi.

Rilleya menggeleng pelan setelah terdiam beberapa saat. "Aku percaya sama Mas."

Rafa menggendong tubuh istrinya itu dan melangkahkan kaki ke arah kamar mereka yang kini berada di lantai satu. Rafa sengaja memindahkan kamar mereka agar istrinya itu tidak harus naik turun tangga.

It was You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang