PEMILIK SEPASANG MATA

223 24 2
                                    

"Apakah aku bisa menjadi salah satu dari mereka yang membuatmu tertawa ?
Entahlah, jika bisa izinkan aku egois akan dirimu.
tidak untuk sekarang, Tapi suatu saat nanti."
✨🥀

Aula utama

"sungguh manis sekali dia, pipi merahnya" gumam Bhilal yang sedari tadi tersenyum melihat tingkah Arini yang polos dan kekanak-kanakan.

Akhirnya setelah 4 hari menjalani masa-masa MPLP, tibalah hari terakhir yang telah di nanti oleh para peserta dan panitia.

"Akhirnya MPLP telah di tutup besok malam. Alhamdulillah, jujur saja ini sangat melelahkan. Setiap malam harus ini, harus itu, buat ini, buat itu, catatan ini, catat itu Jangan lupa dengan semua hafal yang di berikan." (Keluh Arini).

"Betul sekali. Tapi ih ni sangat menyenangkan. Di MPLP ini banyak pelajaran yang kita dapatkan. Jujur saja kita jadi belajar bersyukur, menghargai waktu dan orang lain, mengajarkan kita lebih belajar giat serta ibadah yang meningkat. Jangan mengeluh, ini akan menjadi kenangan serta pelajaran pertama yang kita lalui di pondok pesantren ini." (Ucap Rif'at dengan senyuman yang tulus).

"Yahh itu juga betul. Tapi bukankah kita semua akan berpisah setelah MPLP ini berakhir ? Kita tidak akan bisa lagi bermain, berkumpul, dan tertawa bersama. Kita akan menjalani kisah-kisah baru lagi dengan tujuan yang sama. Yaitu, menjadi pribadi yang lebih baik lagi." (Sambung Nasrum).

"Kalau begiti maka berjanjilah. Kita adalah sahabat walaupun kita terpisah akan tembok besar itu (ucap Dira sembari menunjuk tembok pembatas antara Santriwan dan santriwati). Kita akan tetap menjadi sebuah kepompong yang akan berubah menjadi indah bersama-sama, akan menjadi lebih berharga, dan menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Bagaimana, janji ?? (Ucap Dira sembari menjulurkan jari kelingkingnya).

"janji !!! (Ucap mereka serentak dan saling mengaitkan jari kelingkingnya. Maka mereka telah terikat oleh janji kelingking).

Mereka pun tertawa bersama-sama tanpa peduli bahwa mereka telah menjadi sorotan utama setiap santri di aula tersebut. Kenapa ? Karena hanya kelompok mereka yang selalu tertawa dan saling terikat sebagai sahabat. Sedangkan kelompok lain, Meraka terlalu banyak mengeluh namun, banyak juga yang iri akan kelompok tersebut.

Di sisi lain. Pemilik sepasang mata tersebut tengah mengarahkan fokus bidik kameranya pada kelompok tersebut. Namun, dengan sengaja pemilik mata tersebut memotret Arini yang sedang tertawa.

"Manis sekali, bisaka aku membuat tawamu terus merekah? Jika tidak maka biarkan aku menjadi salah satu dari mereka yang membuatmu tertawa bahagia. Ingin sekali aku egois atas dirimu. Apakah itu bisa ? Entahlah, aku sangat ingin. Mungkin sekarang belum saatnya, tapi ku usahakan suatu saat nanti." (Gumam pemilik mata tersebut yang tak lain adalah Bhilal sang pengagum rahasia Arini).

"Akhemmm. Apakah begitu memikatnya tawa adikku, sehingga teman sekamarku ini tergoda ? Hahhh" (Ucap Arham selaku kakak dari Arini. Yang sontak membuat Bhilal terkejut).

"Hahh ?? A,,a,, apakah dia betul adikmu Arham ? Jangan bohong. Lihatlah bagaimana dia tersenyum. Manis sekali bukan, ingin sekali rasanya aku membawanya sebagai oleh-oleh kelulusan untuk ibuku, sebagai calon menantunya." (Ucap Bhilal dengan bibir yang terangkat melengkung).

"Jadi dugaan ku cukup benar ternyata. Hahahh (tawa Arham pun terpecah) dia adalah Arini. Ananda Nahdah Arini Ubaidillah. Anak kedua dari Abi Ubaidillah dan Ummi Zahrah serta adik dari  Arham Ubaidillah. Dan perkenalkan calon kakak iparmu hahhh" ( jelas Arham dengan nada meledek).

"Jadi dia beneran adikmu ? Arham kenapa tidak bilang dari dulu."

"Iyya dia adalah adikku, Perasaan mu baru muncul. Jadi itu adalah fakta yang harus kamu ketahui. Hahh."

Kembali lagi dengan kelompok Kepompong yang selalu kompak dan ceria tanpa harus berkenalan dengan kata lelah. Sekarang kelompok tersebut telah didampingi oleh Kak Humaira Nur Qayyum yang biasa di sebut kak Ira.

"Hay.. apa benar kamu adalah adik Arham?" ( Tanya kak Ira pada Arini).

"Ohh Iyya kak, kak Arham adalah kakak Arini."(jawab Arini dengan senyuman yang tulus).

"Baiklah kalau begitu, berhubung malam nanti adalah malam penutupan MPLP maka setiap kelompok harus menampilkan sesuatu yang membuat semua orang terkesan. Jadi kalian bisa memilih ingin menampilkan apa, lalu katakan pada kakak. Nanti kakak selaku pembimbing akan membantu kalian. Setuju ??"

"Seetuuujuuu !!! (Jawab mereka serentak tak lupa dengan tawa mereka).

"Bagaimana kalau drama ? (Masukkan dari Dira)

"Tidak tidkak. Kita ambil puisi saja" (masukan dari Rakha)

"Apapun selain puisi, kumohon !!" (Ujar Nasrum)

"Adaapa dengan puisi ? (Tanya Arini)

"Bukan apa-apa ,itu terlalu mendalami, dan kalian tau kami para lelaki tidak mampu. (Jawab Nasrum sembari memberi senyum yang menyebalkan dan tak lupa tangannya yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal)

"Hahhh, jawaban apa itu ahhhh (Sontak Yang lain Tertawa melihat Nasrum)

"Bagaimana kalau kita bawakan satu lagu saja ? Jadi kita menyanyi." (Saran dari Rif'at).

"Tapi Puisi adalah saran yang baik, kita bisa menggunakan tema Sahabat." (Masukkan dari  Asyifah)

"Kalau Begitu kita tampilkan saja Musikalisasi puisi, bagaimana ? Jadi sebagian dari kita ada yang bernyanyi ada yang berpuisi dan ada yang memperagakan layaknya drama." (Jelas Arini yang menggabungkan semua pendapat).

"Saran yang bagus ibu ketua hehhh. (Jawab dari anggota kelompok).

"Baiklah kak Ira, kami ingin menampilkan sebuah musikalisasi puisi. Bagaimana menurut kakak ? Apakah itu bagus ? Kami juga ingin mengarang puisi sendiri agar lebih berkesan. Kami minta tolong kmai hanya butuh Sebuah gitar dan harmonika. Apakah bisa kak Ira ?' (pinta Arini)

"Tentu saja itu adalah pemikiran yang sangat bagus, kalau begitu kita akan ke ruang seni untuk meminjam alat musik, dan jangan lupa kita akan berlatih di ruang kelas XII Salafiyah3. Kabari teman-teman kelompok mu. Lalu, kita ke Ruang seni untuk meminjam alat musik."

"Jaga dia Tuhan, jika bukan untukku jagalah dia untuk orang yang beruntung mendapatkannya. Jangan biarkan senyuman itu hilang dari wajahnya"(gumam Bhilal yang tidak sengaja melihat Arini yang tengah tersenyum pada kak Ira).

Maaf author nya lagi sibuk dengan tugas jadi jarang update. Maaf yahh 😔.
Jangan lupa vote dan follow akunnya, semakin banyak semakin semangat sang author mengarang.
Mana tuh yang nasibnya sama saya kakak Bhilal, dahi penggemar rahasia. Kan sad😅

Cinta di langit pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang