Membayangkan Hinata yang tersenyum padanya. Membayangkan bagaimana dia bisa mengobrol dengan bebas bersama Hinata. Membayangkan menggenggam tangan Hinata. Membayangkan pipi Hinata yang merona saat Naruto mulai menggodanya. Membayangkan memeluk tubuh mungil yang berisi itu. Dan tiba tiba membayangkan bagaimana rasa Hinata di malam itu.
"Aaargh!!" teriak Naruto frustasi. Naruto memeluk bantal dengan gemas. Berguling guling di atas kasurnya. Menutupi mukanya yang memerah merona menahan malu.
Tanpa sepengetahuan Naruto ada tiga kepala yang sedang mengawasinya di balik pintu. Mereka hanya bisa mengelus dada, merasa kasihan pada pemuda yang sedang jatuh cinta itu.
~~~~~~~~~~~
"Tsunade - sama" panggil laki laki berambut hitam di balik pintu. " Naruto sudah siap di bawah. Dia sudah menunggu anda."
Wanita cantik berkharisma itu sedang membereskan beberapa berkas di atas meja. "Ya, sebentar lagi aku siap." jawabnya. "Jangan lupa ajak Kakashi untuk ikut. Aku tidak ingin anak ingusan itu membuat ulah" katanya sambil tersenyum penuh arti.
Laki laki itu segera menutup pintu mengerti. Berjalan cepat melintasi ruangan demi ruangan dalam mansion Namikaze yang megah. Mencari sosok Kakashi, laki laki berambut putih.
Di dalam ruang kerjanya Tsunade masih saja menyiapkan berkas berkas untuk di masukan ke dalam tas kerjanya. Kali ini satu tepuk dua lalat akan mati. Dia mengambil jas nya. Memakainya untuk terlihat lebih berkharisma. Senyumnya tidak pernah lepas dari bibir tipisnya.
Di ruang tengah sudah ada Naruto dengan baju resminya. Dia terlihat berbeda dengan setelan yang terlihat rapi. Di sampingnya ada dua orang kepercayaaan keluarga Namikaze.
Laki laki berambut putih itu bernama Kakashi, sedangkan laki laki berambut hitam adalah Iruka. Mereka sudah seperti pamannya.
Dan datanglah si pemegang kekuasaan dari Namikaze corp. Ia adalah nenek Naruto. Wanita yang berkharisma, Tsunade - sama. Dengan balutan jas hijau yang menegaskan kekuasaannya. Nenek yang sangat menyayangi cucunya.
=====
Malam ini suasana makan malam di kediaman Hyuga terasa tegang dengan sangat jelas. Sudah beberapa hari sejak kejadian malam 'hilangnya' Hinata. Dan ini waktunya keluarga Naruto menepati janjinya.
Di meja panjang itu ada keluarga Hinata yang terdiri dari Hiashi sang kepala keluarga. Hinata sang putri sulung, dan Hanabi si putri bungsu. Serta Neji, pemuda yang duduk di kanan Hiashi, dia adalah keponakan serta tangan kanan Hiashi.
Di depan mereka ada keluarga Namikaze. Ada Tsunade di depan Hiashi sebagai pemimpin keluarga, di temani di kanan dan kirinya Kakashi dan Iruka. Juga cucu kesayangan yang menjadi pemicu masalah ini, Naruto.
Makanan di depan mereka sudah tersedia tapi tak tersentuh. Hanya teh hijau sebagai penjamu tamu dan pelega tenggorokan yang kering yang hanya sempat dicicipi sebagai tanda hormat pada pemilik rumah. Lagipula siapa yang bisa makan dengan suasana mencekam ini.
"Hiashi- sama.." kata Tsunade memecah keheningan. "Aku tahu bahwa cucukulah yang bersalah atas kejadian ini." sambil menatap Naruto tajam. "Dia sangat bodoh dan tidak bertanggung jawab. Dia juga tidak memiliki etika yang baik." lanjutnya.
"Untuk itu aku meminta maaf yang sangat dalam" katanya sambil membunggukan kepalanya pada pemimpin Hyuga.
Kakashi dan Iruka yang melihat kejadian itu hanya bisa ikut membungkuk sambil meremas tangan erat. Menahan emosi. Tidak seharusnya mereka merendah begini.
Keluarga Namikaze adalah keluarga terpandang dengan kekayaan yang melimpah. Bisnis mereka berkembang pesat. Mengandalkan teknologi yang selalu maju, Namikaze corp. menjadi perusahaan no.1 di Jepang karena menguasai pasar game dan teknologi.Bisnis mereka bergerak maju sesuai dengan teknologi yang makin canggih.
Naruto pun sebenernya ikut andil dalam perusahaan ini. Dia menciptakan beberapa game andalan untuk di luncurkan ke pasaran. Dia juga ikut menyusun dan memilih dalam bisnis teknologi, tapi sayang Naruto ingin hidup bebas tanpa beban dan paksaan yang selalu dia dapatkan di masa lalu.
"Hmm.." suara serak berwibawa itu menambah ketegangan. "Aku mengerti, Tsunade- sama". Hiashi melipat kedua tangannya di dada. " Tapi aku tidak bisa memaafkan apa yang telah dia lakukan pada putriku" lanjutnya terdengar emosi.
Hinata reflek menoleh pada ayahnya. Sudah beberapa hari ini mereka tidak berbicara. Ayahnya tidak mau mendengar penjelasan dari dirinya. Hinta menunduk menggigit bibirnya. Takut menjadi anak durhaka bila melawan sang ayah.
"Kalau begitu, apa yang anda mau?!" tanya Tsunade sambil tersenyum. Dia melirik anak gadis Hiashi Hyuga yang sekarang sedang menggigit bibir menahan tangis. Uh!! Begitu manis. Pantas saja Naruto jatuh hati.
"Permintaan maaf resmi" titah Hiashi. Tsunade tersenyum penuh kemenangan dalam hati. Ini yang disebut sekali tepuk dua lalat mati. Tsunade bukan orang bodoh yang masuk ke kandang harimau tanpa persiapan.
Keluarga Hyuga adalah keluarga terhormat di Jepang. Mereka keluarga yang masih memegang teguh adat istiadat leluhur. Tentu saja mereka juga memiliki harta yang tidak sedikit, mereka berbisnis dalam hal pariwisata. Hyuga masih mempunyai keturunan dari kekaisaran Jepang. Itulah yang membuat keluarga Hyuga disegani.
Membuat keluarga Namikaze dan keluarga Hyuga bersama itu adalah semacam kemustahilan. Namikaze dengan sisi modernnya bersama dengan Hyuga kuno dan kolotnya. Mereka dua sisi yang berbeda.
Tapi bagi Tsunade tidak ada yang tidak mungkin. Dan ini adalah kesempatan langka yang harusnya di coba.
"Ya." jawab Tsunade dengan tegas. "Tentu saja" lanjutnya dengan mantab. "Permintaan maaf resmi harus di adakan. Kalau perlu akan ku siarkan di stasiun tv" jelasnya.
"Naruto harus belajar bertanggung jawab atas segala tindakannya." matanya masih menatap Hinata. Mencoba menilai seberapa peluangnya berhasil dalam rencana ini.
Naruto duduk dengan sangat gelisah di kursinya. Dia menelan mentah mentah semua omelan dan kata kata untuknya. Dia harus bersikap baik malam ini. Dia hanya ingin mendapat maaf dari ayah Hinata agar dia setidaknya bisa bertemu lagi dengan Hinata.
"Aku akan mengatur acaranya." sambung Tsunade. "Tapi aku ingin Hinata juga hadir disana." kata Tsunade dengan lembut. "Maukah kau hadir?" tanyanya kepada Hinata dengan senyum tulusnya.
Hinata mendongak memandang pemimpin Namikaze itu. Dia tak bisa menjawab. Dia melirik pada ayahnya, meminta persetujuan.
Hiashi melihat Hinata, menangkap sosok putrinya yang manis yang sekarang beranjak dewasa. Dia tidak tega melihat wajah Hinata memelas. Bertahun tahun Hinata hidup dalam norma dan aturannya. Mendapatkan sedikit kasih sayang yang tak bebas ditunjukan.
"Baiklah." jawab Hiashi akhirnya sambil memejamkan mata. Ini keputusannya. Hinata bukanlah gadis kecil lagi yang harus dia lindungi dari dunia luar. Hinata adalah putri yang dia banggakan walau tanpa dunia tahu apa isi dalam hatinya.
Huft. Semua jiwa di meja makan itu serempak bernafas lega. Sedikit rileks dengan pertemuan yang menegangkan ini.
Narutolah yang terlihat paling bahagia, dia langsung menatap Hinata dengan mata memujanya. Seakan beban di pundaknya telah terangkat. Melihat bagaimana Hinata begitu cantik hari ini.
Sedangkan dua anggota keluarga Hyuga yang sedari tadi tak ikut bicara hanya memandang Naruto yang tidak bisa mengalihkan perhatiannya pada si sulung Hyuga. Melihat bagaimana seorang pemuda yang terlihat bodoh karena cinta.
Dan bagi Tsunade ini adalah awal rencananya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Night
FanfictionSaat hinata yang sudah tidak bisa menahan semua rasa cintanya. Dia sudah berjanji. "hanya kali ini" Dan naruto yang begitu bodohnya dengan ketidakjelasan. Hanya ingin bermain dan menikmati sampai detik terakhir di hidupnya. Bisakah Naruto menyadari...