Ya benar. Naruto girang mendapatkan ide. Dia langsung menelepon seseorang.
Sambungan di angkat saat deringan kedua "Haloo" sapa Naruto. "Temui aku di tempat biasa" kata Naruto lalu mematikan sambungan.
Bila neneknya bisa membuat dia dalam masalah maka dia juga harus bisa lepas dari masalah itu. Senyum Naruto mengembang.
====
Malam sudah larut saat Naruto memasuki pub yang biasa dia kunjungi. Kali ini dia datang tidak untuk bersenang senang atau bahkan merayakan pesta perjodohannya. Dia akan menemui seseorang.
Naruto mengedarkan pandangan untuk mencari seseorang. Lalu dia melihat seorang pemuda dengan rambut hitamnya di depan meja bar. Senyumnya mengembang.
"Hai teme," sapanya saat tiba di depan meja bar. Sedangkan yang sapa hanya diam menyesap minuman yang barusan di pesannya.
"Mau apa kau mengajakku kemari?" tanya pemuda itu tanpa mengalihkan tatapan dari gelasnya. "Aku melihat berita tentang dirimu tadi pagi" lanjutnya. "Aku tidak pernah berpikir kalau kau akan senekat ini untuk mendapatkan Hinata". Pemuda itu meletakkan gelasnya dan memandang Naruto. Ada rasa sedikit kesal terhadap sahabatnya.
Pasalnya dia tahu Naruto mengenal Hinata tidak lebih dari tiga bulan yang lalu. Mereka berkenalan di acara ulang tahun kekasih Sasuke. Naruto tertarik saat melihat Hinata, dia ingin lebih mengenalnya. Sasuke yang saat itu merasa bahwa ini hanya iseng saja berubah menjadi khawatir saat Naruto mulai gencar mendekati Hinata.
Entah apa yang ada dipikiran sahabatnya sampai dia berani mengajak Hinata berkencan. Apalagi mengajak Hinata ke pesta malam itu. Sasuke sudah memperingati Naruto bahwa keluarga Hyuga sangat patuh akan tata krama. Sekali kau salah langkah kau akan berurusan dengan kekuasaan keluarga Hyuga.
"Hey, tenang dulu Sasuke" jawab Naruto seakan merasa dipojokkan. Naruto kemari untuk meminta pertolongan bukan untuk diceramahi.
"Apa kau sudah melihatnya?" tanya Naruto kemudian. "Aku tidak merencanakan apapun, itu semua adalah rencana nenekku. Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran nenek saat ini." kata Naruto. "Menjodohkan aku dan Hinata adalah ketololan terbesar." katanya dengan nada meremehkan.
Sasuke menautkan kedua alisnya. Dia tidak mengerti apa yang dibicarakan Naruto. Bukankah selama ini Naruto sedang gencar mendekati Hinata.
Naruto yang melihat sahabatnya kebingungan seketika itu tertawa. "Kau jangan salah paham dulu Sasuke. Aku tentu menyukai Hinata" katanya menjelaskan.
"Siapa yang tidak suka Hinata. Dia gadis dari keluarga baik baik. Dia juga cantik dan ramah, juga punya etika yang baik. Apalagi ditambah tubuhnya yang indah" jelas Naruto sambil tersenyum.
"Tapi.. untuk menikah dengan Hinata.." lanjut Naruto dengan terbata. Raut mukanya menjadi kusut. "Aku tidak yakin bisa menjalaninya. Aku tidak yakin dengan diriku sendiri" katanya lirih.
Sasuke yang memandang sahabatnya yang tengah dalam masalah pelik itu hanya bisa menghela nafas. Merasa prihatin karena tidak bisa menolong.
"Kenapa kau tak bilang saja pada nenekmu tentang perasaanmu yang sesungguhnya." kata Sasuke memberi saran.
"Aku tak ingin mengecewakannya" suara lirih dan putus asa milik Naruto.
"Dope, tapi ini hanya perjodohan bukan berarti kau akan menikah dengannya." Sasuke menyentuh bahu sahabatnya. Ingin memberi semangat. "Belum tentu Hinata juga setuju kan" lanjutnya.
Tiba tiba angin segar menerpa Naruto. Mungkin benar kata sahabatnya itu. Keluarga Hyuga belum tentu menerima perjodohan ini. Ini hanya permintaan dari keluarga Namikaze. Hasilnya belum diputuskan, hasilnya ada ditangan keluarga Hyuga.
"Lagipula keluarga Hyuga itu tidak mudah didekati." kata Sasuke menggantung. Sasuke menimbang nimbang apakah dia harus memberi tahu informasi yang dia ketahui pada Naruto. Bila nanti dia bicara apakah akan menambah masalah untuk Naruto.
Sasuke menghela nafas kasar. Beranjak dari kursinya. Menepuk pelan pundak sahabatnya itu. "Kau tahu" kata Sasuke. "Dulu Shikamaru pernah dijodohkan dengan Hinata tapi keluarga Hyuga menolak dengan mentah mentah"
Perkataan Sasuke bagaikan petir di siang hari. Mengejutkan Naruto. Entah apa yang sekarang dirasakannya. Ada sedikit rasa sesak didadanya.
====
"Ayolah nek" Naruto memasang wajah manjanya pada neneknya. Dia merengek seperti anak kecil yang minta cemilan. Ada saja tingkah Naruto saat ini.
"Kau sudah besar Naruto, jangan merengek seperti itu." kata Tsunade acuh. Beberapa hari setelah konferensi pers Naruto menjadi kekanakan. Ada saja tingkah jahilnya untuk mengusili neneknya.
Tsunade tahu Naruto tentu tak menyetujui keputusannya tapi Tsunade sudah bulat hati. Naruto kini disibukkan dengan urusan bisnis Namikaze. Dia tak terlalu menghiraukan tentang urusan perjodohan itu. Kini Tsunade tinggal menunggu keputusan dari keluarga Hyuga.
"Belajarlah yang rajin, datanglah ketempat rapat besok bersama Kakashi" kata Tsunade. "Aku ingin kau mulai terlihat."
Naruto yang merasa tak berhasil membujuk neneknya untuk memberikannya waktu tambahan bersantai hanya berlalu sambil menghentakkan kaki sebagai tanda protesnya.
"Kalau kau mematuhi jadwal yang kuberikan padamu dalam dua minggu ini. Aku akan memberikanmu liburan di Okinawa selama tiga hari." kata Tsunade setengah berteriak.
Hah! Naruto tak salah dengar. Neneknya sedang memberikan dia liburan. Demi Kami-sama apa yang lebih dia butuhkan dari refreshing. Otaknya langsung membayangkan betapa nikmatnya liburannya nanti.
Naruto menghambur ke pada Tsunade. Memeluk neneknya dan mencium pipinya. "Aku sangat sayang nenek" katanya sambil tersenyum dengan lebar.
Tsunade ikut tersenyum dengan tingkah cucunya itu. Entah dia yang terlewat baik atau cucunya yang terlewat bodoh hingga tak menyadari apa yang Tsunade rencanakan.
====
Okinawa terasa hangat di sore hari ini. Naruto turun dari pesawat pribadi milih Namikaze. Menghirup udara hanya Okinawa. Akhirnya Naruto pergi ke Okinawa untuk liburan melepas penat setelah bekerja dan menyesuaikan diri di lingkungan hig class barunya.
Dia tidak sendiri, ada Kakashi yang menemani. Tentu juga untuk mengawasi Naruto agar tidak melakukan hal hal bodoh yang lain.
Aaah, betapa nikmatnya. Tidak ada kerja, tidak ada pertemuan penting, tidak ada berkas berkas yang harus di teliti. Naruto akan menikmati setiap detiknya selama tiga hari di Okinawa kali ini.
Tiba tiba saja bayangan Hinata terlintas. Oh, betapa indahnya bila liburannya kali ini bisa ditemani Hinata. Dia bisa membuat moment yang romantis dan tak terlupakan dengan Hinata.
Bukan moment yang tidak tidak, tapi moment yang bila dikenang akan menghangatkan hati dan menyejukkan fikirannya. Terbersit rasa rindu di dadanya. Bagaimana kondisi Hinata sekarang? Naruto ingin tahu, Naruto rindu.
Naruto mengeluarkan handphone untuk menelepon Hinata. Hanya ingin bertanya kabar, tapi Naruto di dikagetkan dengan panggilan masuk tiba tiba. Dia menatap layar handphonenya, merasa tidak percaya. Hinata calling. Itulah yang tertera.
"Halo" sapa Naruto sedikit ragu.
"..."
"Apa?! Ekhm.. Baiklah tunggu aku"
"...."
Lalu sambungan telpon itu terputus. Dia seakan tak percaya. Melihat ke arah Kakashi yang sedap tadi sibuk dengan koper dan telpon di tangan satunya. Memastikan semua urusan di Okinawa beres.
"Apakah benar Hinata akan menginap di villa bersamaku selama tiga hari ini?" tanya Naruto kepada Kakashi.
Kakashi hanya menjawab dengan senyum penuh arti.
Naruto tidak tahu ini musibah atau keberuntungan yang dia tahu sekarang adalah detak jantungnya yang tak beraturan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Night
FanfictionSaat hinata yang sudah tidak bisa menahan semua rasa cintanya. Dia sudah berjanji. "hanya kali ini" Dan naruto yang begitu bodohnya dengan ketidakjelasan. Hanya ingin bermain dan menikmati sampai detik terakhir di hidupnya. Bisakah Naruto menyadari...