Penolakkan Kedelapan

260 27 0
                                    

Akh.. Akh.. Hinata mendesah, meremas rambut pirang pujaannya. Merapatkan kakinya di pinggang Naruto dan membusungkan dadanya penuh nikmat. Mendengar Hinata mendesah menjadikan dia menggila. Dia bergerak kebawah, menggigit kancing blouse Hinata agar terlepas.

Tangan Naruto meremas paha Hinata. Menempelkan sesuatu yang sudah mengeras padanya. Akh..Naru~~ suara Hinata serak dan merdu.

"Ekhm..ekhm.." terdengar interupsi dari depan pintu.
"Maaf mengganggu.. tapi makan malam sudah siap tuan Naruto" kata salah satu maid tersipu malu dan langsung melenggang pergi.

Meninggalkan sepasang kekasih dengan muka memerah. Malu dan terengngah enggah.

~~~~~~~~~~

Mereka makan malam dengan tenang. Mencoba tak berinteraksi. Sebenarnya ini tak bisa dikatakan makan malam, kedua orang itu hanya membolak balik makanan tanpa selera. Suasana terasa canggung.

Hinata merasa panas saat matanya tak sengaja bertatapan dengan Naruto. Teringat kegiatan panas yang barusan mereka lakukan. Entah karena apa dia bisa berbuat begitu. Dia lepas kendali, bukan berarti dia itu gampangan tapi bila harus jujur Hinata menyukai Naruto.

Hinata takut bila Naruto menganggapnya murahan. Sungguh malu rasanya. Seperti menawarkan dirinya pada Naruto, walaupun tidak bisa dipungkuri bahwa itu adalah suka sama suka.

"Maaf, aku tidak enak badan" Hinata tidak sanggup duduk lebih lama lagi. Dia bangkit dan meninggalkan Naruto di kesunyian malam itu.

=====

Suara guyuran air shower terdengar dari dalam kamar gelap itu. Naruto menguyur dirinya dengan air dingin. Dia perlu membasahi dirinya dan mendinginkan hati dan otaknya.

Naruto merasa bersalah karena telah membiarkan nafsunya mengalahkan akal sehat. Bila tadi mereka tidak sampai terpergok oleh maid mungkin Hinata sudah berada di bawahnya saat itu juga.

Akal sehatnya tidak berfungsi, hatinya terasa sakit bila ingat Hinata menolaknya. Dia tahu Hinata menolaknya bukan karena keinginannya sendiri, tapi dia ingin tahu kenapa Hinata menolaknya.

Apakah karena Namikaze dan Hyuga tak ditakdirkan bersama. Argh! Naruto mengerang penuh frustasi.

Dia dulu tak menginginkan perjodohan ini tapi dia sekarang terluka saat Hinata menolaknya. Naruto bingung dengan perasaannya sendiri. Mungkinkah mereka bisa bersama sebagai kekasih.

Naruto keluar dari kamar mandi dengan tetesan air di sepanjang tubuh polosnya. Dia mengambil celana pendek dan memakainya. Dia merebahkan dirinya di kasur. Matanya tak dapat terpejam, tidak bisa tidur dengan hati yang resah.
Dan mungkin matanya tak akan terpejam sampai pagi.

=======

Malam sudah berganti pagi. Suara deburan ombak yang lembut terdengar merdu sampai ke dalam Villa indah itu, dihiasi pemandangan burung yang terbang rendah di sekitaran pantai. Menambah suasana damai.

Naruto sudah siap dengan kemeja santai dan celana pendek serta sandal. Tampilannya sangat cool untuk seorang pria rambut pirang yang ingin menikmati harinya di pantai.

Dia mengetuk pelan pintu kamar Hinata, tapi tak ada sahutan dari dalam kamar.

"Nona Hinata sudah menunggu anda untuk sarapan" sapa Kakashi yang datang dari belakangnya. Naruto berjenggit karena kaget.

"Aku mendengar sebuah gosip tadi malam dari para maid," kata Kakashi sambil melirik Naruto dari sudut matanya "seorang rubah jantan sedang mencoba memangsa kelinci putih, tapi sayangnya dia tertangkap basah oleh maid". Wajah Kakashi datar.

"Aku bersyukur kelinci itu selamat" sambung Kakashi dengan senyum tanpa dosa. Lalu berjalan mendahului Naruto ke ruang makan.

Naruto hanya bisa menahan malu dengan muka memerah. Berjalan menghentak, mencoba mendahului Kakashi ke ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, dia melihat Hinata sedang membantu maid untuk menata meja makan. Mata Naruto berbinar. Imajinasinya terbang, membayangkan Hinata akan menjadi seorang istri yang baik suatu saat nanti.

Ya, suatu saat nanti Hinata akan menjadi seorang nyonya rumah yang baik. Cantik, berkharisma, baik hati, dan akan terasa hangat dan basah di malam harinya. Oh, seandainya Hinata bisa dimiliki oleh Naruto.

"Tutup mulutmu itu atau air liurmu nanti menetes." kata Kakashi sambil menutup mulut Naruto yang setengah terbuka.

Naruto yang tahu bahwa dia tertangkap basah sedang mengawasi dan berimajinasi tentang Hinata segera mencoba bersikap natural. Tak ingin Hinata menatapnya dengan wajah cengo di pagi hari.

Beberapa saat kemudian, Naruto, Hinata dan Kakashi menikmati sarapan sambil bercengkerama.

Hari ini Naruto ingin mengajak Hinata berkencan. Ia akan mengikuti keinginan Hinata untuk menghabiskan waktu dengannya. Tak ingin menyianyiakan waktu untuk rasa gundah di hatinya.

Dia setuju dengan Hinata untuk menikmati tiga hari ini dengan menciptakan kenangan manis bagi mereka.

===

Seharian ini kedua pasangan sejoli itu mengisi hari mereka dengan berkencan, dimulai dengan jalan jalan di pantai di dekat villa. Mereka saling mengobrol dan tertawa bersama, diselingi Naruto yang kadang menggoda Hinata lalu berujung dengan adegan kejar kejaran, mereka juga membuat istana pasir, dan mencari kerang.

Keduanya tampak bahagia, kencan mereka tidak sampai di situ saja mereka juga berjalan jalan di pasar, membeli barang barang, topi pantai, pernak pernik, keluar masuk dari satu toko ke toko lain. Naruto bahkan menemani Hinata membeli bikini, mukanya memerah melihat Hinata memilih baju renang minim itu. Tanpa sadar imajinasinya bergerak liar membayangkan Hinata dalam balutan bikini seksi.

Dan untuk menikmati hari yang panas ini mereka juga makan eskrim di kedai eskrim.

Sesekali mereka mendengar kasak kusuk di belakang. "Hai,lihat mereka pasangan yang lucu ya" atau kadang "Aduh, ceweknya manis sekali, cowoknya juga keren ahh pasangan serasi" atau malah "Ah, lihat pasangan itu aku jadi iri.

Hinata dan Naruto salah tingkah, saling berpandangan dan terkikik geli mendengarnya. Mereka memang terlihat seperti pasangan. Dengan tangan yang bergandengan, tatapan cinta yang tak pernah lepas, juga senyum malu malu saat Naruto terus memeluk pinggang Hinata, bahkan sesekali Naruto mencuri ciuman di pipi. Membuat Hinata semakin tersipu malu.

Hari sudah menjelang petang, mereka berjalan pulang dengan dua kantung belanja yang berisi berbagai macam barang. "Kau menikmati hari ini baby?" tanya Naruto pada Hinata saat menuju parkir mobil. "Tentu, terima kasih Naruto". jawab Hinata dengan senyum tulus.

Setelah itu mereka berjalan dengan diam. Sibuk dengan pikiran masing masing. Sesampainya mereka di tempat parkir mobil. Naruto segera membuka pintu untuk Hinata. Mempersilahkan bidadarinya masuk terlebih dahulu. Tak ingin bidadarinya kelelahan.

Naruto masuk mobil setelah menaruh kantong belanja di bagasi. Tapi saat menoleh pada Hinata, dia melihat Hinata yang sudah setengah terpejam. Acara kencan ini pasti melelahkan untuk Hinata. Tanpa sadar tangan Naruto mengelus lembut pipi Hinata, menatapnya penuh damba.

"Naru.."kata Hinata lirih, "bisakah kita melihat matahari terbenam?" pinta Hinata.

"Tidak baby"jawab Naru lembut. "Kau terlalu lelah, kita akan langsung pulang agar kau segera istirahat" ucapnya sambil mengusap rambut Hinata.

Dan setelahnya Naruto mendengar gumaman tidak jelas dari bibir Hinata. Hatinya menghangat. Dan sejak detik itu dia berjanji dalam hati tak akan melepaskan Hinata.

Tbc

Sweet NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang