Kenangan Kesembilan

315 29 2
                                    

Naruto masuk mobil setelah menaruh kantong belanja di bagasi. Tapi saat menoleh pada Hinata, dia melihat Hinata yang sudah setengah terpejam. Acara kencan ini pasti melelahkan untuk Hinata. Tanpa sadar tangan Naruto mengelus lembut pipi Hinata, menatapnya penuh damba.

"Naru.."kata Hinata lirih, "bisakah kita melihat matahari terbenam?" pinta Hinata.

"Tidak baby"jawab Naru lembut. "Kau terlalu lelah, kita akan langsung pulang agar kau segera istirahat" ucapnya sambil mengusap rambut Hinata.

Dan setelahnya Naruto mendengar gumaman tidak jelas dari bibir Hinata. Hatinya menghangat. Dan sejak detik itu dia berjanji dalam hati tak akan melepaskan Hinata.

~~~~~~~

Mobil putih itu sampai di Villa sebelum matahari tenggelam. Tapi sepertinya Naruto tak ingin membangunkan Hinata yang tengah nyenyak tertidur. Ah, betapa manisnya pujaan hatinya itu.

Naruto keluar dari mobil dan segera mengendong Hinata masuk ke dalam rumah. Tak peduli dengan reaksi para maid yang melihat mereka, ia malah menyuruh mereka untuk membawakan beberapa barang belanjaan hasil kencan ke kamar Hinata.

Walau Hinata tertidur sebenernya ia menyadari aksi Naruto yang menggendongnya, tapi Hinata membiarkan saja. Hinata tak ingin membuka mata, ia malah dengan sengaja mengalungkan tangan pada Naruto dan merapat padanya. Bersikap posesif dan menikmati sisi romantis Naruto.

Naruto berjalan menggendong Hinata menuju lantai atas. Dia membawa Hinata ke kamar Hinata. Meletakkan Hinata di atas kasur dengan hati hati.

Naruto melihat Hinata sekilas sebelum meninggalkan Hinata agar beristirahat. Mencium kening Hinata sebagai kecupan selamat tidur.

"Temani aku disini" suara Hinata lirih terdengar walau dalam keadaan memejamkan mata. Hinata mencoba meraih tangan Naruto, ingin menahannya agar mereka memiliki waktu lebih lama.

"Tentu saja, apapun yang Tuan Putri inginkan akan saya kabulkan" jawab Naruto dengan nada dibuat buat. Membuat Hinata tak tahan untuk sekedar terkikik geli.

"Jadi sekarang aku adalah Tuan putri?" tanya Hinata saat matanya terbuka.

"Baiklah, kalau begitu. Ku perintahkan engkau untuk menemaniku di sini" lanjut Hinata dengan suara arogan yang manja.

Naruto tersenyum lembut mendengar rayuan dari sang bidadarinya. Ia tak dapat menolaknya kemudian dia merebahkan dirinya disebelah Hinata, memeluknya penuh posesif. Menghirup bau Hinata dengan penuh damba. Memberikan sentuhan halus di sepanjang punggung Hinata.

Rasa nyaman dan tenang membuat dalam suasana untuk kedua insan tersebut. Hinata yang larut dengan perhatian Naruto sedangkan Naruto yang menikmati kemanjaan Hinata padanya. Mereka bagai dua orang yang saling memiliki.

Mata mereka pun terpejam. Tidur berpelukan penuh dengan rasa kasih.

=====

Malam sudah larut saat Hinata terbangun dari tidurnya. Suasana dalam kamarnya juga redup,hanya lampu baca di sebelah tempat tidur yang menyala. Dia merasa mendengar sesuatu disampingnya dan ternyata adalah Naruto yang sedang mendengkur dengan halus.

Hinata mengerjap beberapa kali untuk kembali mengingat apa yang terakhir kali mereka lakukan hingga berakhir dia dan Naruto tertidur disini.

Hinata tersenyum melihat tangan Naruto yang posesif memeluk pinggangnya. Dia berbalik menghadap Naruto untuk memandang wajah pemuda pujaannya, begitu indah dan damai. Tanpa sadar dia mengelus mesra pipi Naruto dan memberikan kecupan mesra di pipinya.

Pelukan Naruto mengerat, seakan terusik dalam tidurnya. Hinata mendekatkan diri dan menempelkan kepala pada dada bidang Naruto. Mengelusnya dengan perlahan. Kaki Hinata pun semakin berani, salah satu kakinya menelusup di antara kaki Naruto. Bergerak perlahan seperti mengelus.

Sweet NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang