"Apakah benar Hinata akan menginap di villa bersamaku selama tiga hari ini?" tanya Naruto kepada Kakashi.
Kakashi hanya menjawab dengan senyum penuh arti.
Naruto tidak tahu ini musibah atau keberuntungan yang dia tahu sekarang adalah detak jantungnya yang tak beraturan
~~~~~~~~~~
Selama perjalanan dari bandara ke villa memakan waktu setengah jam. Dan selama itu pula dia resah. Jantungnya tak mau bersahabat dengannya.
Hanya membayangkan akan menghabiskan tiga hari tiga malam bersama dengan Hinata di villa membuat imajinasinya meliar.
Mereka memang tidak sendiri, ada maid yang bekerja disana juga ada Kakashi yang akan mengawasinya. Tapi apakah mungkin dia tidak mengharapkan sesuatu dari Hinata.
Naruto tentu merindukan Hinata. Sudah lama sejak terakhir kali pertemuan di konferensi pers yang sialan itu. Dan dia belum mendapatkan kabar apapun.
Tapi Naruto tahu ini pasti rencana neneknya. Siapa lagi yang akan mengundang Hinata memasuki kandang singa kelaparan seperti dirinya.
=====
Mobil yang dikendarai oleh Kakashi dan Naruto tiba di villa milik Namikaze di Okinawa.
Villa Namikaze di Okinawa tidak besar namun sangat indah karena mendapat view ke arah laut. Disuguhi pemandangan pantai yang menawan serta angin yang berhembus sejuk dari arah laut.
Berwarna putih, dihiasi sedikit tanaman rambat. Okinawa itu hangat seperti negara tropis, tak pernah ada salju disana. Sangat cocok untuk tempat bersantai.
Naruto terburu buru turun dari mobil, tak menggubris masalah koper karena kopernya akan di urus Kakashi dan maid disana. Dia setengah berlari menuju undakan di depan villa.
"Apa nona Hinata sudah datang?" tanya Naruto antusias. "Dimana dia sekarang?" sambungnya.
"Nona Hinata datang sejak tadi pagi dengan penerbangan pertama. Sekarang nona sedang di ruang baca." jelas salah satu maid.
Senyum Naruto mengembang, dadanya berdebar. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan bidadarinya. Naruto melangkahkan kakinya ke ruang baca.
Cekrek. Dia membuka pintu, melongokan kepalanya mencari keberadaan Hinata tapi dia tidak melihat apapun. Bukannya tadi maid itu bilang kalau Hinata ada di ruang baca. Naruto melangkahkan kakinya masuk. Mencoba mencari lebih teliti. Dan dia menemukan Hinata sedang tertidur sambil memegang buku di kursi baca.
Uh! Jantung Naruto serasa berhenti berdetak. Dia serasa melihat seorang bidadari sungguhan. Hinata yang tertidur di kursi baca dengan tenang. Rambutnya tergerai dimainkan oleh angin yang berhembus, bibir ranumnya sedikit terbuka, dengan dress putih gading yang dia kenakan seakan menambah kesan.
Naruto menghampirinya pelan. Chu!! Kecupan ringan. Naruto tak bisa menahan. Hanya di kening, sebagai tanda rindu yang sudah berkumpul di hatinya selama ini.
Hinata bergerak gelisah. Mulai terbangun karena kecupan Naruto. "Naruto, kau sudah datang?" tanya Hinata yang setengah tersadar. Naruto mendekap Hinata. Menghirup wangi Hinata, menuntaskan kerinduannya selama ini. Hinata yang sempat bingung atas pelukan Naruto hanya bisa membalas pelukan itu.
=====
"Apa menu makan malam ini?" tanya Naruto tak sabar. Perutnya mulai keroncongan. Perjalanan dari Tokyo ke Okinawa membuatmu sedikit kelaparan.
"Bagaimana kalau kita makan belut bakar. Sambil menikmati langit malam." saran Hinata antusias.
"Baiklah baby" jawab Naruto menggamit dagu Hinata dengan gemas. Sedangkan Hinata tersipu malu mendapatkan perlakuan manis dari Naruto.
Sejak tadi sore mereka bertemu Naruto terus bersikap manis pada Hinata. Selalu berada disampingnya seakan mereka adalah pasangan baru.
"Mari kita siapkan makan malam diluar" ajak Hinata. Dia merasa tidak enak ditatap maid dan Kakashi, semua perlakuan Naruto pada Hinata hanya ditanggapi cekikikan dari para maid.
"Biarkan saja para maid yang mempersiapkannya" rengek Naruto manja. Berangsur mendekat untuk memeluk Hinata. Tapi Hinata malah mengelak, malu tentu saja.
Mereka pernah bermesraan tapi tidak di depan umum begini. Apalagi dengan nama Hyuga yang disandang oleh Hinata. Semua gerak geriknya harus di pikirkan masak masak.
Para maid yang melihat moment mesra itupun hanya melenggang pergi meninggalkan dua sejoli yang sedang menikmati waktunya.
"Nah.. Lihat!!! mereka sudah pergi." rajuk Naruto lagi, berusaha menggamit pinggang Hinata yang ramping. Tapi Hinata mencoba mengelak dengan halus.
Naruto tak marah, dia tahu bahwa bidadarinya ini pemalu. Hinata hanya memandang Naruto dengan pandangan sayang, dia mengelus pipi Naruto. Merasa bersyukur bahwa dia sempat mengenal Naruto dan merasakan sifat manis yang selalu Naruto tunjukkan padanya
Tiba tiba hati Hinata terasa sakit, tak sanggup menyakiti Naruto karena ini juga sakit untuknya
"Naru.." panggil Hinata lirih. "Ada yang ingin kusampaikan padamu". Naruto hanya mengangguk sambil menikmati sentuhan Hinata di pipinya.
"Aku ingin menikmati setiap detik di Okinawa ini bersamamu. Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku tidak bisa meneruskan ini." wajah Hinata berubah sendu.
"Aku.. tidak.. mengerti" jawab Naruto terbata. Jantungnya berdetak dengan cepat. Dia merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Aku tidak bisa melaksanakan perjodohan denganmu."air mata Hinata sudah tak terbendung lagi. Hatinya sakit menyampaikan kabar ini.
Naruto terkejut. Bukan karena perkataan dari Hinata, dia lebih terkejut karena Hinata yang menangis. Hatinya juga terasa sakit saat melihat Hinata menangis.
"Jadi.. Mari kita buat kenangan bahagia selama di Okinawa"
Naruto hanya terdiam tak berani bertanya walau ada seribu tanda tanya di dalam dirinya.
Apakah Hinata tak menyukainya? Apakah keluarga Hyuga tak nenginginkannya? Atau seperti yang dikatakan oleh sahabatnya, Apakah ini berhubungan oleh Shikamaru Nara? Apakah Hinata menyukai Shikamaru?
Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di dadanya. Dia hamya menahan. Tak ingin melihat Hinata lebih terluka lagi.
Naruto membawa Hinata dalam pelukannya. Merengkuhnya sangat erat. Tak ingin kehilangan. Lalu mata mereka saling beradu. Sebuah tatapan kerinduan bertemu.
Naruto merapatkan rengkuhannya di pinggang Hinata. Dan Hinata memejamkan mata. Bibir mereka menepis jarak. Bertemu menyalurkan hasrat. Indah saling beradu di temani suara laut malam ini.
Menciptakan kenangan manis untuk mereka berdua. Ciuman yang berawal manis itu berubah menjadi ciuman keputusasaan, bibir mereka semakin rakus. Saling meminta lebih dari pada memberikan. Hinata memanjat ke atas Naruto. Naruto memegangnya agar tak terjatuh.
Naruto menghimpit Hinata kedinding. Menciumi leher putih Hinata, menciptakan jejak merah kecil di sekililing leher Hinata.
Akh.. Akh.. Hinata mendesah, meremas rambut pirang pujaannya. Merapatkan kakinya di pinggang Naruto dan membusungkan dadanya penuh nikmat. Mendengar Hinata mendesah menjadikan dia menggila. Dia bergerak kebawah, menggigit kancing blouse Hinata agar terlepas.
Tangan Naruto meremas paha Hinata. Menempelkan sesuatu yang sudah mengeras padanya. Akh..Naru~~ suara Hinata serak dan merdu.
"Ekhm..ekhm.." terdengar interupsi dari depan pintu.
"Maaf mengganggu.. tapi makan malam sudah siap tuan Naruto" kata salah satu maid tersipu malu dan langsung melenggang pergi.Meninggalkan sepasang kekasih dengan muka memerah. Malu dan terengngah enggah.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Night
FanfictionSaat hinata yang sudah tidak bisa menahan semua rasa cintanya. Dia sudah berjanji. "hanya kali ini" Dan naruto yang begitu bodohnya dengan ketidakjelasan. Hanya ingin bermain dan menikmati sampai detik terakhir di hidupnya. Bisakah Naruto menyadari...