Dulu dia pernah ditolak oleh Hyuga, tapi itu dulu saat usianya belasan. Sekarang saat dirinya bisa berjuang sendiri, dia akan berusaha sekuat tenaga agar Hinata mau menerima hatinya.
Hinata dan Shikamaru sedang tersenyum dan bercanda mesra di depan butik. Tak menghiraukan tatapan orang sekitar yang melihat mereka.
Juga tak melihat ada seorang pemuda pirang dengan setelan jasnya yang sudah kusut, yang berdiri mematung diseberang jalan menatap kedua insan tersebut dengan hatinya yang berdenyut.
~~~~~~~~~~~
"Dope.. Ayo " ajak Sasuke saat melihat Naruto terdiam tak bergerak. Sasuke mencoba menggerakkan tangan Naruto yang diam kaku bagai patung. Tak tahu bahwa Naruto sekarang sedang tersambar petir di siang hari. Mukanya pucat, darah surut dari wajahnya. Lalu secara tiba tiba amarah memuncak.
Genggaman tangannya mengerat. Menahan amarah yang kian kuat. Ingin rasanya berteriak bahwa ini semua adalah mimpi. Mimpi buruk dan dia ingin segera bangun dari mimpi ini.
Naruto memejamkan matanya. Mencoba menahan perih dihatinya, kakinya kian lemas. Seakan seluruh jiwanya sudah tercabut.
Melihat Hinata tertawa bahagia bersama pemuda lain yang tak lain adalah temannya membuat hatinya sakit. Tapi yang paling menyakiti hatinya adalah bagaimana Hinata tak terpengaruh sedikit pun dengan perpisahan di Okinawa.
Apakah sangat tak berharganya dirinya di mata Hinata hingga begitu mudahnya Hinata mencapakannya. Sedangkan dia, lusuh, bodoh, lelah dan terluka karena selalu memikirkan Hinata.
Sasuke yang menyadari arah pandangan Naruto segera menggeret Naruto menuju ke bangunan di sebelahnya.
Dan diwaktu yang bersamaan. Pandangan Hinata tertuju kepada dua sosok pria disebrangnya. Dua pria, dan salah satunya adalah sosok yang selama ini mengisi pikirannya. Segera hilanglah senyum indah dari wajah manisnya.
Seakan melihat hantu. Badannya mengejang. Dia menutup mulutnya, tak percaya.
Naruto.. batin Hinata terguncang. Ingin rasanya segera berlari menuju pada pujaan hatinya, tapi akal sehatnya tak memperbolehkannnya.
Hinata sudah berjanji pada Neji akan meninggalkan Naruto, apalagi janji itu sudah di ucapkannya bahkan sebelum berangkat ke Okinawa.
Dia berjanji tak akan menyetujui perjodohan dari keluarga Namikaze. Asal Neji memberinya waktu untuk berdua dengan Naruto.
Saat nenek Tsunade memberi tahu bahwa Naruto akan pergi ke Okinawa untuk beberapa hari, langsung saja Hinata ber inisiatif untuk ikut. Tentu saat itu Tsunade hanya berfikir kalau Hinata sedang mendekati Naruto.
Sebenarnya, Hinata hanya ingin menciptakan kenangan untuk dirinya agar suatu saat nanti kenangan itu bisa digenggamnya, menghangatkan hatinya walau Hinata tahu dia tak akan bersatu dengan Naruto.
Hinata tahu, menyatukan dua keluarga itu sulit. Apalagi Hyuga dan Namikaze. Akan banyak rintangan. Dari mulai politik, adat istiadat, bahkan ekonomi Jepang akan terpengaruh olehnya. Tentu tak mungkin Hinata egois akan perasaannya.
Hati Hinata teriris melihat bagaimana kacaunya keadaan Naruto. Naruto yang ditinggalkan olehnya sungguh tidak baik baik saja.
======
Hampir beberapa hari ini kepala Hinata sering pusing, nafsu makannya hilang. Jiwanya tertekan saat bayangan Naruto yang kacau muncul kembali dalam fikirannya.
Perutnya sering sakit karena stress yang berlebih dan sudah 3 hari ini dia tak keluar rumah. Seperti raga tanpa nyawa.
"Kak Hinata.. Sudah jangan melamun terus, ayo makanlah!" seru Hanabi yang memelas melihat kakaknya yang putus cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Night
FanfictionSaat hinata yang sudah tidak bisa menahan semua rasa cintanya. Dia sudah berjanji. "hanya kali ini" Dan naruto yang begitu bodohnya dengan ketidakjelasan. Hanya ingin bermain dan menikmati sampai detik terakhir di hidupnya. Bisakah Naruto menyadari...