Chapter 4

1.4K 94 8
                                    

Disclaimer © Tensei Shitara Slime Datta Ken by Fuse

🌸🌺🌼

Seperti hari kedua, aku membawa segelas teh ke kamar Rimuru pada jam makan siang. Shuna mengatakan bahwa Rimuru telah bangun, tapi dari mana dia tahu? Padahal dia tidak pernah ke kamar Rimuru sejak tadi dan sibuk menyiapkan makan siang.

Tapi ya sudahlah, lebih baik aku menyambut manusia tercantik di dunia yang baru saja bangun. Meski sebelum aku mengetuk pintu, aku mendengar suara dari dalam.

"Eh, kenapa?"

"..."

"Kau pikir aku akan meragukannya?"

"..."

"Tidak, tidak. Kau sendiri yang bilang padaku 'kan? Tentu saja aku percaya pada diriku sendiri."

"..."

"Kau tidak suka?"

"..."

"Ya, kuserahkan penilaian kepadamu. Tapi tanpa dianalisapun, orang yang serius dan bermain-main itu bisa dilihat dengan mata telanjang."

Aku menghentikan mencuri dengar pembicaraan itu, entah apa bisa dibilang begitu. Soalnya yang kudengar hanya suara Rimuru saja, suara dari lawan bicaranya tidak bisa kudengar sama sekali. Mungkin sedang bicara dengan seseorang lewat telepon.

Setelah mengetuk pintu dan Rimuru mempersilahkanku masuk, aku membuka pintu dan melihatnya masih duduk di atas kasurnya. Tidak ada siapapun di dalam kecuali dirinya, jadi kemungkinan dia memang sedang menelepon tadi atau bisa jadi bicara sendiri. Banyak yang mengatakan jika orang sering bicara sendiri, otaknya puluhan kali bekerja lebih baik dari orang yang tak pernah melakukannya.

Rimuru menatapku dengan wajah datar saat melihatku masuk ke kamarnya, tapi dia menerima teh buatanku dengan senang hati.

"Enak, apa teh ini kau yang membuatnya?"

"Ya." Aku tersenyum senang. "Dari mana anda tahu?"

Rimuru meletakkan gelas kembali ke piring kecil di tangan kirinya. "Meskipun merek tehnya sama, setiap orang akan membuat teh dengan rasa yang berbeda. Takaran teh dan gula serta suhu air, semua itu dapat mengubah rasanya." Dia memperhatikan teh lebih seksama. "Kau bisa membuat teh sama enaknya seperti Shuna, kau menambahkan sesuatu ke dalamnya 'kan?"

Aku mengangguk takjub. "Ya, saya mengurangi gula dan menggantinya dengan madu."

Rimuru menyesap teh buatanku sekali lagi. "Kau pengalaman dalam hal ini, apa sebelumnya kau pernah menjadi pelayan juga?"

"Tidak, ini pertama kalinya. Biasanya aku hanya melihat orang lain melakukannya."

Aku bisa mendapat pengalaman dari melihat orang melakukannya. Terlebih aku adalah orang yang berada, bisa dikatakan bahwa aku adalah seorang bangsawan. Mengamati pelayanku melakukan pekerjaan dan menikmati pekerjaan mereka merupakan tugas Tuan Rumah bukan? Karena mereka juga butuh penilaian serta kritik untuk menjadi lebih baik.

"Sekarang kau mengatakannya."

Begitu aku mengatakan identitasku, Rimuru terlihat berpikir keras. Mungkin dia tidak menyangka kenapa aku memilih pekerjaan untuk melayani orang, di saat aku pun bisa menjadi orang yang dilayani. Aku yang seorang bangsawan tidak menganggap kehidupanku lebih menarik dari orang biasa, jadi aku tidak terlalu memikirkan identitasku.

Berkat itu, aku menjadi orang yang bebas, tak terikat oleh darah bangsawan yang penuh dengan peraturan. Hidup tanpa mengikuti kata hati tidak bisa dibilang hidup, tapi hanya budak yang hanya bisa mengikuti apa yang diperintahkan.

Till the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang