"Cinta bukan hanya tentang dua hati yang saling memberi dan menerima tapi juga saling pengertian dan saling percaya."
---------------------------------
Pagi hari yang lumayan mendung di rumah keluarga Jia. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, teriakan dari seorang Theo Arian selalu menjadi alarm terbaik bagi Jia. Tidak ada yang bisa menandingi suara kakaknya itu.
Setelah melewati beberapa omelan dan drama pagi ini, Jia dengan sedikit rasa malas pergi ke sekolah. Hari ini dan hari-hari sebelumnya ia hanya menaiki bus ke sekolah. Arka selalu datang lebih pagi karena harus belajar lagi di sekolah.
Sudah hampir seminggu semua orang disibukan oleh ulangan kenaikan kelas. Jia termasuk manusia yang santai kini berubah. Ia lebih sering belajar dan akan memperjuangkan nilai-nilainya di kelas 11 ini.
Tujuannya seperti ini tentu Arka Naresha. Pemuda itu berencana masuk ke Universitas terbaik di Jepang dan Jia juga harus belajar disana. Ia tidak bisa kalau harus berjauhan dengan Arka.
Karena tekadnya itu, ia selalu belajar sampai malam bahkan ia sampai tidak pernah menyentuh nasi sedikitpun kalau Theo tidak memaksanya dan menyeretnya untuk makan. Theo sebenarnya senang dengan perubahan Jia tapi ia juga sangat khawatir karena itu.
Ini memang bukan pertama kalinya Jia belajar mati-matian. Sebelumnya ia selalu seperti ini saat dihadapkan ujian matematika. Hanya dipelajaran itu, tapi kali ini ia berusaha disemua pelajaran.
Saat tiba di kelasnya, gadis dengan rambut yang digerai itu langsung duduk dan membuka buku pelajaran yang akan diujikan hari ini. Ia sedikit bangun lebih pagi untuk belajar di sekolah.
Tapi sepertinya perempuan bernama Jianra itu datang terlalu cepat. Hanya ada dia, Arka, Jeno dan Haidar si ketua kelas yang berada di kelas saat ini. Semua murid dengan peringkat tiga besar sedang berada di sini dan itu sedikit membuat Jia, canggung.
Terutama Arka. Sudah hampir seminggu ia mengabaikan Jia. Entah itu di sekolah atau dirumah sekalipun. Lelaki itu juga tidak pernah membalas pesannya atau menelponnya walaupun sekali. Jujur itu membuat Jia marah tapi ia mengerti bagaimana sifatnya yang terlalu abisius saat ujian.
Sudah hampir dua puluh menit ia terus menatap buku kimia didepannya. Pelajaran yang membuatnya hampir muntah. Sekarang ia sedang berusaha menanganinya tapi pikirannya tidak bisa fokus dan selalu memikirkan lelaki didepannya.
Matanya melirik ke sebuah objek yang selalu menjadi perhatiannya sekilas. Lelaki itu duduk tepat didepannya hingga ia hanya bisa menatap punggung bidangnya. Sosok tinggi yang terlihat tenang membaca beberapa materi dibuku miliknya.
Matanya terlihat kelelahan. Bahkan dari punggungnya saja Jia tau kalau lelaki itu sangat kelelahan dan frustasi. Bahkan Jia pernah melihat kantung mata lelaki itu menghitam. Entah sudah berapa hari ia tidak tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLDEST | NA JAEMIN ✔
Fanfiction[END] [SELESAI DIREVISI] "Tentang Fajar dan Malam yang saling jatuh cinta." Arka Naresha Arviandy, cowok dingin dan kasar. Anak Fisika kesayangan semua guru. Dingin tapi jadi pujaan semua orang. Julukannya adalah kulkas berjalan bisa dibayangkan bag...