EPILOG

383 36 7
                                    

"Kisah ini biarkan hanya kita dan semesta yang tau ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kisah ini biarkan hanya kita dan semesta yang tau ceritanya."

------------------------------------

Rintikan hujan mulai turun dengan cepat dan deras hingga membuat seluruh tubuhnya dibasahi air dan membuat suara gaduh di sekitarnya.

Mata sendunya tetap menatap ke depan tidak peduli dengan tubuhnya yang mulai basah dan dingin hingga bibirnya sedikit bergetar saking dinginnya.

Manik hitam legamnya menatap dengan lekat sebuah makam dengan sebuah pohon besar tumbuh di dekat makam itu dengan sangat subur.

Tetesan air dari rambut basahnya menetes hingga mengenai wajahnya dan semakin membuat tubuhnya bergetar kedinginan sambil menggenggam dengan erat sebuket bunga mawar yang sudah basah.

Dengan perlahan, ia meletakan bunga mawar di tangannya itu tepat di atas makam lalu berjongkok tepat di depan nisan makam itu.

"Bunda," sebuah suara membuat sosok yang tengah melamun itu tersadar.

Ia mendongakkan kepala dan mendapati sesosok gadis cantik dengan sebuah payung hitam yang berada tepat di atas kepalanya. Gadis itu berusaha melindungi sang Bunda dari air hujan.

"Bunda gapapa?" Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir mungilnya itu.

Sosok gadis berusia 15 tahun itu membantu sang bunda untuk bangkit dari posisinya dan menatap lekat wajah sang bunda.

"Nanti bunda bisa sakit."

"Bunda gapapa," jawabnya cepat disertai senyuman di wajahnya.

Jia menangkup wajah putrinya dan meneliti setiap inci dari wajah cantik itu. Terlihat jelas beberapa bekas luka yang membiru di sudut bibirnya.

Matanya membelalak terkejut, "kamu berantem lagi sama temen kamu?"

Anak sulungnya itu hanya bisa menangguk sambil tersenyum polos tanpa rasa bersalah atau semacamnya. Benar-benar seperti melihat dirinya di masa lalu.

Putrinya ini yaitu Jira, semakin dewasa semakin terlihat seperti dirinya di masa lalu. Baik wajah maupun sifat. Tapi untungnya masalah otak mengikuti Arka.

"Kamu ini jangan berulah terus."

Jira memeluk Jia dengan erat lalu meletakan kepalanya di bahu sang bunda, "jangan marah dong."

Jia hanya bisa menghela nafas pasrah. Ternyata ini yang dirasakan bundanya dulu saat menghadapi kelakuannya yang di luar nalar manusia. Alias ajaib.

"Hm, Bun. Ini makam siapa?"

Tanya Jira sambil menatap suatu makam tepat di depannya dengan sebuah nisan bertulisnya sebuah nama yang jika mengingatnya, seperti membuatnya kembali pada masa lalu.

COLDEST | NA JAEMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang