15. Puisi Tentang Fajar

372 44 6
                                    

"Benar jika fajar dan malam tidak akan pernah bersatu, tidak masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Benar jika fajar dan malam tidak akan pernah bersatu, tidak masalah. Aku tidak peduli walaupun tuhan dan seluruh alam semesta juga tidak merestui."

-----------------------------------------

"Ji, ayo ke lapangan," Ujar Rendy tepat di depan pintu kelas. Sementara Jia masih sibuk mengikat ranbutnya dan merapihkan seragam olahraga yang ia pakai.

Setelah selesai dengan rambutnya, ia dan Rendy segera berlari menuju lapangan sekolah dan melakukan beberapa pemanasan.

"Hari ini kita bakal main basket, semuanya bakal dibagi grup. Cewek sama cowok dipisah," ucap Haidar sambil membawa beberapa bola basket.

Perempuan dan laki-laki dipisah. Terlihat Arka dan Jeno berada ditim yang sama. Membuat semua orang menatap kagum perpaduan sempurna itu. Arka dan Jeno bagaikan pangeran dalam satu tim. Mereka bukan hanya bagus dalam pelajaran tapi dalam semua bidang.

Sementara Jia dan Mira dalam satu tim kecuali Yeca. Dia berada di grup lawan dan itu membuat Yeca sedikit kesal. Dan Rendy lagi-lagi harus satu tim dengan Haikal.

Mereka seperti ditakdirkan untuk bersama.

"Tim Haikal bukan tim basket tapi grup lawak," ujar Jia mengejek.

"Lu kira gue pelawak apa Ji," protes Haikal. Semuanya tertawa mendengarnya.

Si ketua kelas menepuk tangannya beberapa kali, "Udah sekarang mulai aja. Cewek disini cowok disana."

Semuanya mulai berada di timnya masing-masing dan memulai permainannya. Jia memulai permainan dengan melempar bola ke arah Mira.

Walaupun Jia bukan termasuk orang yang menyukai olahraga seperti ini tapi Jia mampu menyetak skor beberapa kali untuk timnya.

"Ji lempar ke gue bolanya," teriak Mira, dengan cepat Jia langsung melempar bolanya kearah Mira dan perempuan itu mampu memasukan bola kedalam ring.

Jia melirik sekilas ke arah Arka yang masih bermain. Pemuda sedingin es itu sesekali menyetak skor. Padahal Jia tidak pernah melihat Arka bermain basket. Ia hanya beberapa kali melihat Arka bermain sepak bola dengan kakaknya. Itu pun karena paksaan.

Setelahnya terdengar suara teriakan heboh dari para siswi yang melihat pertandingan saat Jeno mencetak skor. Pandangan Jeno dan Jia bertemu. Sebuah lengkungan senyum indah dari Jeno diberikan untuk Jia. Bahkan itu mampu membuat Jia terpana sampai tidak mendengar teriakan Mira dari belakang.

"JIA AWAS!" Sebuah teriakan keras dari Yeca membuat Jia menoleh. Namun setelah itu, sebuah bola langsung menghantam tepat dikepalanya dengan keras hingga ia terjatuh pingsan ke tanah.

COLDEST | NA JAEMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang