Hari Minggu telah tiba, hari yang dinanti-nanti oleh Avi akhirnya tiba. Avi telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi berbagai macam cobaan yang Ia tahu pasti akan dilaksanakan oleh salah satu dari Chase, Julio, Daniel, dan Toby, atau bahkan keempatnya.Selama itu pula, Avi merasa semakin dekat berkomunikasi dengan Kavi. Mulai dari chatting-an sampai larut malam, saling bertukar kabar, dan Avi merespon cepat.
Mereka sempat berdebat tentang film apa yang akan mereka tonton. Akhirnya mereka memutuskan untuk menonton The Nun karena kata Avi biar antimainstream.
Setelah merasa dirinya sudah oke, Avi lalu mengambil tas selempangnya dan menuju ke mobil di mana Ever sudah terduduk santai di kursi pengemudi. Avi membuka pintu di samping Ever lalu duduk dengan tenang.
"Siap, princess?" tanya Ever.
"Aye aye, captain. Let's Gooooo." pekik Avi girang dengan kedua tangannya diangkat di udara.
Ever lalu menjalankan mobilnya dan menuju ke Mall Taxon.
Singkat cerita, mereka sudah sampai. Ever menurunkan Avi di Mall Taxon dan Ever pergi ke Caca untuk berkumpul dengan para alumni lainnya.
Titik temu Avi dan Kavi terletak di Starbucks, jadi sekarang Avi melangkahkan kakinya menuju kedai kopi terkenal itu.
Setelah berjalan beberapa menit, Avi pun sampai ke Starbucks, lalu melihat Kavi dengan kaos oblong hitam bertuliskan Back to the Future dan ripped jeans, serta sepatu Vans berwarna hitam. Sungguh pakaian yang kasual dan senada dengan pakaian Avi. Avi memakai kaos hitam bergambar Mickey Mouse, celana putih, dan sepatu Air Jordan 1 Panda berwarna hitam-putih.
Mereka terlihat serasi dengan pakaian masing-masing.
"Siap teriak?" goda Kavi dengan satu alis dinaikkan.
"Bukannya lu yang bakal teriak?" balas Avi dengan penuh percaya diri. Avi hampir tidak pernah takut nonton film hantu. Bahkan Ia pernah nonton The Conjuring berdua bersama Mindy dan alhasil satu bioskop tertawa akibat mereka berdua.
Bukannya ngeri malah ngakak.
"Nanti liat siapa yang bakal teriak." tantang Kavi lalu menjulurkan lidahnya.
Pesona tampan seorang kapten voli buyar seketika.
Tersisa sifat tengil Kavi yang Ia perlihatkan di depan Avi.
"Siapa takut." Avi juga tidak mau kalah dengan senyum menantang yang terukir di bibirnya.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju bioskop. Bioskop sekarang tampak agak ramai berisikan beberapa keluarga dan kelompok anak muda yang mengantre di depan tiga counter tiket. Avi dan Kavi mengantre di counter tengah karena barisannya yang paling pendek.
"Nontonnya yang lima belas menit lagi aja deh, kayaknya masih ada seat buat dua orang di atas." kata Kavi mengintip monitor studio 4 yang terletak agak jauh di depan sampai Ia harus melompat sedikit.
"Boleh juga tuh." Avi menyetujui pendapat Kavi.
Sekarang tiba giliran mereka untuk membeli tiketnya.
"Mbak, dua tiket The Conjuring yang jam dua belas." kata Kavi dengan santai sambil mrletakkan dua lembar uang lima puluh ribu di atas meja counter.
"Silahkan dipilih seatnya, merah berarti terisi kalau hijau berarti kosong."
IYA MBAK, TAU. Batin Avi karena setiap dia ke bioskop selalu saja kata-kata itu terlontarkan.
"Di D aja ya apa gimana?" tanya Avi yang terlihat sangat imut di mata Kavi.
"Iya di situ aja." jawab Kavi tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Avi.
"Oke, di sini aja." Avi menunjuk dua kursi di barisan D yang terletak di tengah-tengah.
"Baik, dua tiketnya di studio 4, terima kasih selamat menonton." mbak-mbak itu menyerahkan dua tiket pada Avi.
"Toilet dulu deh." kata Avi, belum sempat Kavi menjawab, Avi telah lari duluan menuju toilet. Kavi hanya menggelengkan kepalanya.
Kavi langsung pergi ke depan studio 4 dan menunggu Avi di sana. Setelah Avi menampakkan wajahnya, mereka berdua masuk dan duduk sesuai tiket mereka.
Film pun dimulai. Tiga puluh menit film masih berjalan seperti biasa, Avi dan Kavi yang saling mengeluarkan pendapat.
Namun pada suatu adegan yang cukup mengerikan, Avi pun berteriak keras hingga satu studio dapat mendengarnya.
"OH TIDAAAAAAK. EH ITU SETAN YA?"
Satu studio pun ketawa mendengar teriakan Avi dan melupakan sejenak hantu di hadapan mereka.
"Apaan sih lu, yaiyalah masa guling." Kavi masih terbahak lalu ditoyor oleh Avi.
"Diem ga lu." ancam Avi, tapi Kavi tertawa semakin keras.
Film pun selesai, mereka lanjut jalan-jalan di Mall Taxon, lalu berhenti di Timezone.
"Mau main?" tanya Kavi.
"Ssttt." Avi menaruh telunjuknya di depan mulut Kavi. Refleks, Kavi terdiam.
"Apaan?" bisik Kavi.
"Lagi nyari tuyul." Kavi melongo. Biasanya orang habis nonton The Nun nyari Valak lah ini nyari tuyul.
"KETEMU TUYULNYA." teriak Avi dan menunjuk Daniel dan Chase.
Kavi hampir mengumpat.
"Ini toh tuyul-tuyulnya. Apa kabar, bro?" tanya Kavi pada Daniel dan Chase yang tidak menyangka akan ditemukan secepat ini.
"Baik bro, lu sendiri?" Daniel menjawab.
"Baik bro." kali ini Chase.
"Baik juga. Kalian udah makan belom? Mau makan sama-sama?" Kavi menawarkan.
Chase, Avi, dan Daniel melongo. Biasanya cowok-cowok akan menyeret Avi pergi dari mereka. Namun yang kali ini malah menawarkan akan bersama. Wah sebuah perbedaan baik.
"IKUT DONG BROOOO!" ya, ini Toby dan Julio, dua orang yang tidak pernah absen menjahili Avi dan cowok lain.
"Loh ada kalian juga." Kavi terkejut dan menunjuk Julio dan Toby.
"Yaiyalah, ayok makan di mana?" tanya Julio semangat.
"Ayo ke Solaria para tuyul-tuyulku." ajak Avi memimpin keempat 'tuyul-tuyul'nya dan Kavi.
Kavi berjalan di sebelah Avi dan keempat lainnya di belakang mengekori barisan terdepan.
Terlihat seperti keluarga tuyul yang bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Completed✔]
Teen FictionSaat menginjak kelas sebelas, Gravity dipertemukan dengan keempat temannya sejak kelas sepuluh, yaitu Daniel, Julio, Chase, dan Tobias. Empat teman yang acak-acakan membuatnya bingung. Belum lagi jika semuanya satu-persatu meminta pendapat, ataupun...