21. Kapten galau

90 16 26
                                    


     "Dasar kapten galau, masa bisa langsung demam gitu." Daniel berkata saat berkumpul bersama Geo, Aliong, dan Kavi di rooftop sekolah.

"Badan gue langsung ngedrop kemarin." Kavi membela dirinya karena fisiknya memang kelelahan sejak beberapa hari lalu.

"Makanya kalo kepikiran mah langsung nanya." Aliong berkata sambil bersandar di balkon rooftop.

"Iya gue udah nanya tapi keliatannya sibuk banget."

"Lah dia juga bantu ngurus masalahnya Chase."

"Ha?"

Kavi dan Aliong menganga lebar.

Awas lalat masuk.

"Chase kenapa?" malah Aliong yang kepo, typical cowok tukang gosip selain Kendra.

"Ya gitu deh." Geo menjawab seadanya.

"Aduh itu si Chase sama Natasha jadian ga bilang-bilang. Geo nembak tau-tau ditolak." Daniel menjelaskan pada Kavi dan Aliong yang menganga semakin lebar. Geo hanya menghela napas kasar.

Dua kapten mereka lagi galau.

"Itu juga gara-gara Kendra." Geo berusaha membela diri agar tetap terkesan cool.

"Ya tapi lu mau juga kan."

Skakmat.

"Yang satu galau karena dicuekin, yang satu galau karena ditolak." Daniel melepas rompi abu-abunya dan melemparkannya ke atas lalu jatuh mengenai wajahnya.

"Gue bingung tau, soalnya dia gapernah bahas-bahas Eka." Kavi terdiam sebentar. "Dan kenapa harus Eka?"

"Kenapa emang?" tanya Aliong.

"Gue sama Eka ya bagusan Eka lah, gue ga ada apa-apanya." Kavi menghela napas kasar, ikut-ikutan membuka rompi abu-abunya.

"Kok lu jadi ciut sih? Mana yang katanya dikejar-kejar cewek?" Aliong ingin sekali menabok Kavi saat ini.

"Lagian Avi juga ga bakal sama Eka lagi." Geo berbicara di tengah keterdiamannya.

"Eka merokok." tambah Daniel cepat.

"Dan Avi paling benci cowok merokok." Geo menyahuti lagi, sambil mengingat kebiasaan buruk Engky.

"Elu gak ngerokok kan?" tanya Daniel memastikan.

"Enggak lah, gue cium asap rokok aja langsung minggat." Kavi memang sangat anti dengan asap rokok. Kavi bisa sesak napas ringan bahkan sakit kepala hanya karena asap rokok.

"Lagian kalau Eka berhenti ngerokok mereka bisa balik lagi kan?" Kavi memang kalau lagi galau pesimisnya kumat.

"Oh tidak begitu." Daniel menggelengkan kepalanya. "Terus ada satu masalah lagi yang bikin Avi dan Eka gabisa sama-sama lagi." lanjut Daniel.

"Oh yang itu ya." Aliong berkata seakan mengingat sesuatu dari memori lamanya.

"Iya, yang itu." Geo berkata, masih dengan ekspresi datarnya. Geo memang tidak banyak berekspresi apalagi di saat-saat galau begini. Beruntung banget ketiga temannya ini mendengar kalimat panjang keluar dari mulut Geo.

"Kenapa sih?" Kavi masih belum mendapat penjelasan dari Avi, jadi masih belum tahu apa-apa.

"Nanti aja lu tanya sendiri sama Avi." Aliong langsung menjawab, membiarkan Kavi kepo sendiri.

"Terus masalah Geo ini gimana?" tanya Kavi, berusaha mengalihkan rasa penasarannya terhadap Avi-Engky.

"Nah itu, kita semua masih bingung. Nah kan yang biasa ngomong sama Chase itu Avi, jadi Avi bantu nyelesain masalahnya." jelas Daniel agar mengurangi kesalahpahaman akibat miskomunikasi antara Avi dan Kavi.

"Tapi gue ga nyangka loh." Geo tersenyum sinis, memandang langit cerah, lalu memejamkan matanya.

"Gue lebih ga nyangka." kata Daniel. Sebagai seseorang yang lebih dulu mengenal Chase, bahkan sekelas dengan Chase, Daniel benar-benar tak tahu apa-apa perihal Chase jadian dengan Natasha.

"Kok gue mau marah ya?" Geo mengepalkan tangan kanannya hingga muncul urat-urat.

"Gue gatau harus ngomong apa." Kavi berkata karena ini terlalu sulit untuk dia cerna. Ia juga masih kurang sehat, tetapi memaksakan diri untuk sekolah.

"Ini gimana ceritanya coba?" Aliong masih mangap.

"Nah ini, belum ada yang mau cerita." Daniel meninju pelan tembok rooftop. Untung saja rooftop bisa dikunci dari luar dan kebetulan Aliong memegang kuncinya karena Ia wakil ketua OSIS.

Dan sekeras apapun mereka berbicara, tidak akan kedengaran dari dalam. Itulah sebabnya rooftop adalah tempat favorit Aliong untuk menghabiskan waktu istirahat bersama teman-temannya. Walaupun tak selalu, tetapi sering.

"'Kalau lu beneran sayang sama dia, perjuangin' HALAH TAIK!" kata Geo mengikuti nada bicara Josh yang menasehatinya, lalu ikut meninju tembok rooftop, tapi jauh lebih kencang daripada Daniel.

"Ebuset." latah Kavi, kaget karena Geo meninju tembok tepat di sampingnya. Suara hantaman itu sangat keras hingga kepala Kavi ikut terbentur tembok.

"Jangan kasar-kasar dong." Aliong berusaha menenangkan Geo karena Kavi dan Daniel masih diam karena kaget.

"Ah, napa jadi pusing." Kavi mengacak rambutnya dan menggigit bibir bawahnya. Kepalanya terasa seperti berguncang hebat usai terbentur tembok.

"Tangan lu gapapa?" Daniel bertanya pada Geo, Geo hanya memperlihatkan kepalan tangannya yang sedikit memar, bersamaan dengan senyum sinisnya.

"Itu gamau diobatin dulu?" Aliong bertanya dengan hati-hati, takut Geo akan melayangkan tinjuannya lagi. Yang pasti Aliong ingin cari aman saja.

"Gausah lah, ini ga ada apa-apanya. Ditolak jauh lebih sakit." Geo berucap, memandangi lantai rooftop, kemudian terduduk di lantai.

Kavi dan Daniel kembali memakai rompinya, lalu ikut duduk di lantai. Aliong sendiri tetap pada posisinya semulanya yang bersandar di balkon.

"Gue bingung." gumam Daniel. Daniel juga berada dalam dua situasi, yaitu masalah Chase dan Avi. Dia juga bingung mau ngapain.

Aliong yang melihat ketiga temannya terduduk jadi bingung karena tidak tahu harus ngomong apa. Akhirnya mereka berempat diam-diaman sampai waktu istirahat selesai.

a/n :

Ini bagusnya diganti jadi GRAVITHALA atau tetap GRAVITY aja? Soalnya in luv sekali dengan Kavi😭

GRAVITY [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang