Tiga hari berlalu, hari pentas seni pun tiba. Semua orang kelabakan lantaran mengurus stand sana-sini. Kebetulan, stand kelas Avi bersampingan dengan kelas sepuluh IPS 2, yaitu kelas Griffin dan di depannya ada stand kelas sebelas IPS 1, yaitu kelas Kavi dan Aliong.Avi yang pandai berhitung ditugaskan untuk menjadi kasir. Avi duduk di sisi paling depan stand yang membuatnya terlihat mencolok. Sama halnya Kavi, Ia ditugaskan untuk menarik pelanggan yang mayoritas anak SMP Castellar. Sepertinya paras tampan milik Kavi sangat membantu di saat-saat seperti ini.
Terik matahari menyinari, Avi memutuskan untuk minum minuman bersoda. Namun sialnya, Avi lupa membawa topi. Untungnya Ia sedang duduk jadi tidak terlalu melelahkan.
Julio yang hobinya mengganggu kemudian mengageti Avi yang sedang minum. Dewi fortuna sedang berpihak pada Avi, namun tidak pada Julio. Avi yang terkaget langsung melemparkan botol sprite yang sudah habis tepat pada dahi Julio.
"KAMBING." umpat Julio sambil memegang dahinya yang memerah.
Kavi di depan stand pun tertawa kecil disertai Aliong yang sudah seperti kesetanan.
"Makanya jangan aneh-aneh." Daniel menarik pelan Julio agar menjauh dari Avi, kemudian mengambil kursi, meletakkannya di samping kursi Avi lalu duduk di sana.
"Tuh ada pangeran berkuda lu." kata Daniel sambil menunjuk Kavi. Untungnya, Kavi sedang tidak berbalik badan.
"Oh iya, gue kan princess." kata Avi percaya diri sambil mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah Daniel.
"Woi hampir aja gue makan tuh rambut." kata Daniel sambil melemparkan rambut Avi kembali ke asalnya.
"Eh udah mau mulai tuh band nya." Chase memberitahu mereka berdua, keduanya spontan berbalik. Sayangnya, kepala mereka berdua terbentur.
"ADUH." pekik Avi. Daniel dan Avi mengusap jidat mereka yang terbentur.
"Cepetan." Chase yang sudah tidak sabar langsung lari ke arah panggung meninggalkan keempat temannya yang masih diam di tempat.
"Lah semangat banget." kata Toby heran.
Mereka berempat lalu berlari kecil ke panggung untuk melihat penampilan Adrian, Natasha, Hansell, dan Griffin. Avi yang paling semangat menonton. Saking semangatnya, suara Avi mengalahkan puluhan orang lainnya.
"YEAH, GO NATASHA, ADRIAN, GRIFFIN, HANSELL." Avi berteriak, diikuti oleh semua penonton lainnya. Sepertinya mereka juga sudah tak sabar.
Anggota band lalu naik ke atas panggung dan sorak sorai makin keras terdengar. Intro lagu pertama pun terdengar dari gitar milik Griffin. Baju merah menyala yang mereka kenakan menambah suasana hidup.
Kavi yang barusan datang mencari Avi. Setelah menemukannya, Ia berdiri di samping Avi dan mengabaikan keempat teman Avi yang sudah menatapnya mengintimidasi.
Kavi terlihat bodo amat dan terus bersorak di samping Avi.
Avi yang terlihat kepanasan mengipasi dirinya sendiri dengan tangannya. Melihat itu, Kavi melepas topinya dan memakaikannya pada Avi. Topi khusus kapten yang diberikan oleh sekolah sebagai tanda pengenal, kini Kavi pakaikan pada gadis di sampingnya itu.
Avi yang tidak memperhatikan Kavi masih saja bersorak dan bernyanyi dengan heboh karena Ia suka dengan lagunya.
Empat lagu dibawakan dengan amat sempurna. Band itu menuai banyak pujian dari siswa-siswi SMA Castellar. Natasha yang semula terkenal kini menjadi lebih terkenal lantaran menjadi vokalis utama band tadi. Apalagi Hansell dan Griffin yang notabenenya masih adik kelas.
Avi saja sampai teriak-teriak melihat Griffin dengan gitarnya.
Masih ada satu lagu tersisa dan tenaga para penonton masih on fire.
Kavi yang mencuri kesempatan lalu menggenggam tangan Avi. Masih belum sadar juga, Avi mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi yang otomatis membuat tangan Kavi terangkat juga.
Julio, Toby, Chase, dan Daniel langsung melotot dan menghadiahi tatapan tajam pada Kavi. Kavi hanya membalas dengan mengeluarkan lidahnya lalu tertawa.
Tampa Kavi sadari, banyak adik kelas yang memotret kejadian itu. Julio ingin protes tetapi pasti tidak kedengaran karena suara kerumunan mengalahkan suaranya sendirian.
Apa boleh buat, tunggu band nya selesai tampil dahulu baru Julio beraksi.
Lagu terakhir akhirnya selesai ditampilkan, namun saat Julio berbalik, Avi dan Kavi sudah menghilang dari posisi semula.
"Lah itu dua makhluk ke mana?" tanya Julio pada ketiga temannya.
"Wah ilang mereka. Harus dicari nih." kata Toby sambil melihat kerumunan.
"Pencar ayok." putus Daniel lalu langsing berlari menuju belakang panggung sementara yang lain berpencar ke sudut yang berbeda.
Setengah jam berlalu dan belum ada satupun dari mereka yang menemukan Avi maupun Kavi. Daniel yang semula berkeliling sekolah kini kembali ke belakang panggung untuk duduk beristirahat.
Tiba-tiba seorang adik kelas menghampirnya.
"Kakak nyari siapa?" tanya Griffin dengan gitar yang diselempang ke belakang. Masih dengan baju merah kotak-kotaknya, cowok ini tampak rapi meski sudah berkeringat banyak.
"Oh lagi nyari temen." jawab Daniel singkat.
"Kalau boleh tau, namanya siapa?" tanya Griffin sopan sambil melepas selempangan gitarnya.
"Namanya Gravity, dipanggil Avi. Kamu kenal?"
"Eh, iya kak. Kalau kakak nyari dia, tadi dia ada di stand sebelas IPS 1." jawab Griffin lengkap.
"Hah seriusan? Kok gue gak liat?"
"Barusan aja kok. Soalnya aku baru balik dari stand kelasku, standku kebetulan di depannya stand IPS 1, kak." Griffin menjelaskan.
"Lah sebelah stand gue dong."
"Lah?"
Griffin dan Daniel sama-sama terkejut, lalu hening sebentar.
"Oh makasih ya, gue pergi dulu." Daniel melambaikan tangannya pada Griffin lalu langsung pergi ke stand sebelas IPS 1.
Daniel langsung dihadiahi pemandangan yang amat indah saat sampai.
Avi dan Kavi masih berpegangan tangan sambil tertawa bersama Aliong.
Mungkin untuk kali ini saja mereka harus belajar merelakan Avi dengan cowok lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Completed✔]
Teen FictionSaat menginjak kelas sebelas, Gravity dipertemukan dengan keempat temannya sejak kelas sepuluh, yaitu Daniel, Julio, Chase, dan Tobias. Empat teman yang acak-acakan membuatnya bingung. Belum lagi jika semuanya satu-persatu meminta pendapat, ataupun...