Setelah sampai di rumah, Avi berterima kasih pada Daniel dan melambaikan tangan pada keempat temannya yang telah mengantarnya.Karena Avi sudah berjanji pada Kavi ingin belajar bersama, Avi mengeluarkan buku-buku yang tak diperlukan dari tasnya, mengambil hoodie yang senada dengan rok kotak-kotak merah birunya, lalu keluar rumah lagi dengan skateboardnya. Peraturan di perumahan Mercurio adalah tidak menggunakan kendaraan jika ingin pergi jarak dekat, jadi kebanyakan orang menggunakan skateboard atau scooter pribadi mereka.
Avi tidak memberi tahu keempat temannya itu karena pasti mereka akan ikut mengacaukan belajar Avi dan Kavi. Padahal Kavi ingin belajar untuk persiapan ujian karena mereka bakal rapat terus-menerus.
Intinya belajar.
Atau tidak?
Tak ada yang tahu kecuali Kavi dan Tuhan.
Tak memerlukan waktu yang lama, Avi telah sampai di Caca dan segera memarkirkan skateboardnya di loker khusus skateboard. Sepersekian detik kemudian, Avi sudah dapat melihat Kavi duduk di meja dekat kasir sendirian.
Dengan niat iseng ingin mengagetkan, Avi berjalan diam-diam karena kebetulan Kavi memunggungi pintu masuk.
"Duar." bukan suara Avi, namun ternyata justru Kavi yang mengageti Avi.
"Ayam keselek." latah Avi terkejut karena kejadian ini sama sekali tidak terduga.
Kavi tertawa puas melihat ekspresi Avi dan kebetulan Caca sedang kurang pengunjung.
Dengan wajah masam, Avi duduk di depan Kavi yang masih setia tertawa sampai memegang perutnya.
"Diem kagak?" ancam Avi.
"Iya maaf deh ampun." Kavi sudah mulai menetralkan ekspresi wajahnya, menjadi Kavi yang biasa, Kavi yang tenang.
"Jadi, mau belajar apa? Gue cuma jelasin jadi bertanya aja." kata Avi sambil mengeluarkan notes nya.
"Oh tunggu bentar." kata Kavi lalu mengambil buku dari tasnya lalu meletakkannya di atas meja dan membolak-balik halamannya.
"Yang ini gimana?" tanya Kavi sambil menunjuk sesuatu pada buku.
Avi lalu menjelaskan sedikit, lalu berhenti untuk memesan minuman untuk mereka berdua.
"Yang ini tinggal diturunkan aja." kata Avi sambil menunjuk soal yang Kavi tanyakan.
"Turunannya sin apa?" Avi menguji.
"Cos pastinya." Kavi tersenyum bangga.
"Kalau turunannya cos?" tanya Avi lagi.
"Minus sin, yakan?"
"Seratus buat anda." kata Avi sambil mengangkat kedua jempolnya.
Sesaat kemudian, pelayan datang membawakan pesanan mereka.
Kavi bertanya lagi, kemudian Avi menjelaskan. Namun, penjelasan Avi harus terpotong karena ada seseorang yang meneriakkan namanya.
"GRAVITY FREYA CAMPBELL MONYET." sudah dipastikan bahwa suara itu milik seorang Julio.
Avi dan Kavi tersentak, lalu berbalik ke arah pintu masuk Caca yang terbuka lebar.
"Masa lu mau ke Caca ga bilang-bilang dulu." kata Toby langsung.
"Lah tau dari mana gue di sini?" tanya Avi heran.
Chase langsung mengangkat ponselnya yang sudah terbuka sebuah aplikasi.
Ternyata Avi lupa kalau Ia punya aplikasi Zenly yang bisa melihat lokasi seseorang. Avi langsung menepuk jidat.
***
Chase yang sedang memainkan ponselnya terkejut melihat lokasi Avi yang berada di Caca.
"Lah Avi kenapa ada di Caca?" tanya Chase.
"Perasaan gue baru aja antar dia pulang." Daniel kebingungan karena memang benar baru saja mereka mengantar Avi pulang.
"Terus ini?" Chase menyodorkan ponselnya di depan mata Daniel
"Loh kok?" Toby ikutan bingung.
"Kok dia ke Caca ga bilang-bilang dulu ya?" tanya Julio karena memang biasanya Avi selalu melapor ini-itu pada keempat sahabatnya ini meskipun hal-hal tak penting sekalipun.
"Lu nanya ke gue, gue nanya ke siapa?" Toby ngegas.
"Ga usah ngegas napa deh." balas Julio lebih sewot.
"Diem dulu napa." Chase menengahi Toby dan Julio.
"Terus gimana ini?" tanya Daniel sambil merapikan rambutnya yang terbang kemana-mana sehabis membawa motor.
"Kalau kita nyusul kira-kira Avi bakal marah nggak?" tanya Toby.
"Bodo amat nyusul aja, cabut!"
Mereka berempat lalu langsung pergi ke Caca untuk menyusul Avi yang entah lagi ngapain.
Setelah sampai di Caca, mereka memarkirkan keempat motor mereka.
Ternyata oh ternyata.
Avi lagi duduk berduaan dengan si kapten voli.
Tanpa aba-aba, Julio langsung membuka pintu masuk Caca lalu berteriak.
"GRAVITY FREYA CAMPBELL MONYET."
Yang dipanggil beserta teman duduknya langsung menengok ke arah pintu masuk.
"Masa lu mau ke Caca ga bilang-bilang dulu." Toby langsung angkat bicara.
"Lah tau dari mana gue di sini?" tanya Avi dengan eskpresi bingung.
Chase yang ponselnya sedari tadi membuka aplikasi Zenly langsung mengangkat ponsel di tangan kanannya.
Avi langsung menepuk jidatnya.
"Ketahuan kan lo." Julio menunjuk ke arah Avi dan Kavi bergantian.
"Kalian ngapain sih?" tanya Daniel heran. Daniel yang paling bingung di sini karena Avi barusan turun dari motornya dan langsung bisa tiba di sini. Apakah Avi mempunyai pintu kemana saja dari doraemon?
"Kita mau belajar." jawab Kavi jujur sambil menunjuk buku cetak matematika miliknya.
"Astaga." kata keempat lelaki itu bersamaan, masih bingung. Masa anak IPS belajar dengan anak IPA.
"Beneran belajar." kata Avi sambil mengangkat notesnya.
"Kalian mau gabung?" tanya Kavi menawari.
"Boleh." jawab keempat lelaki itu bersamaan lagi. Mereka memang kompak sekali.
"Ambil kursi sana."
Mereka berempat lalu mengambil kursi dan menyeretnya hingga ke meja Avi dan Kavi. Mejanya lumayan besar dan berbentuk bundar jadi pas dengan mereka berenam.
"Mari kita lanjut." kata Avi sambil membuka tutup pulpennya dan memasangkannya ke atas pulpen yang sudah dibalik.
Kelima lelaki itu menyimak tulisan dan penjelasan Avi dengan seksama. Tumben empat tuyul peliharaan Avi ini bisa tenang. Biasanya mereka mengacau itu benar-benar mengacau dan Avi sampai marah. Untung saja kali ini Kavi malah mengajak belajar bersama bukannya marah-marah.
Kavi memanglah yang paling beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Completed✔]
Genç KurguSaat menginjak kelas sebelas, Gravity dipertemukan dengan keempat temannya sejak kelas sepuluh, yaitu Daniel, Julio, Chase, dan Tobias. Empat teman yang acak-acakan membuatnya bingung. Belum lagi jika semuanya satu-persatu meminta pendapat, ataupun...