Chapter 42.

670 21 7
                                    

Sekuat apapun umatnya, tentu saja Tuhan tak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuannya.
.
.
.
.
.
.

Hari-hari telah mereka lewati, masih saling bertegur sapa memang, tapi luka itu seakan menuntut Camel, untuk merasakan sakitnya lebih lama lagi.

Mereka juga sudah melakukan ulangan kenaikan kelas, Camel menganga saat dirinya tak mendapat peringkat satu, ahh apa ini mengapa peringkatnya jadi turun.

Sialnya posisinya direbut oleh Alvaro, huaaa jadi saingan baru Camel ni, mungkin beberapa hari lagi, mereka akan menduduki kelas 12, dimana kita tak bisa main main lagi dengan pelajaran, mau membolos pun harus berpikir 2 kali.

Kini Kelas Camel sedang materi mata pelajaran Biologi, ia mendengarkan dengan jelas penjelasan dari Bu Indra, sesekali jika ada yang penting ia mencatatnya agar tak lupa.

Entah apa yang akhir akhir ini terjadi padanya ia lebih suka didalam kelas berkutat dengan Novel nya, daripada keluar hanya untuk memberi makanan, Bodo Amat jika nanti dirinya sakit, toh juga tinggal minum obat.

Kringgg

Bunyi bel istirahat pertama menandakan semua siswa siswi akan mengisi perutnya dikantin.

"Mel gak kekantin?" Tanya Via

"Enggak deh, lagi males gue" Jawab Camel, tanpa menoleh.

"Engga titip?" Kini giliran Puput yang bertanya.

"Emm roti aja deh, nih uangnya" Ucap Camel dan mengambil uang dari sakunya.

"Pake uang gue aja" Balas Puput lalu melenggang pergi.

Camel melanjutkan membaca novelnya, kini hanya ia dan Alvaro yang berada dikelas hanya berdua, Alvaro yang sedang mencatat dan Camel yang membaca Novelnya.

"Ga ke kantin Mel" Tanya Alvaro tanpa melihat Camel karena masih berkutat dengan bukunya.

"Enggak, lo sendiri?" Tanya Camel lalu membalikan kursinya menatap Alvaro.

"Kamu gak lihat nih, masih ngurus catatan Doni laknat" Jawab Alvaro mencebik kesal.

"Lah punya Doni? Kirain punya lo" Ucap Camel terkejut, pantas saja Alvaro merebut posisinya, rajin nya saja sungguh luar biasa.

"Hahaha enggak lah, gue udah" Ucap Alvaro dan menyodorkan bukunya.

Kali ini Camel semakin dibuat terkejut oleh Alvaro, apa ini, ini benar benar tulisan Alvaro yang so cool itu,
Tulisan yang rapi, tanpa ada kesalahan type x sedikit pun, Bahkan Camel merasa minder karena catatanya yang banyak type x.

"Al, ini bener tulisan lo?" Tanya Camel tak percaya.

"Iyalah, mau tulisan siapa lagi? Dion?" Jawab Alvaro sambil terkikik geli.

"Mana coba tulisan yang itu" Kata Camel dan mencoba merebut buku dari Alvaro.

"Yah mel, kecoret kan kamusih" Ucap Alvaro sambil menghembuskan nafasnya, pasalnya gara gara Camel menarik buku Doni kini membuat coretan garis yang panjang pada buku tersebut.

"Heheh" Jawab Camel menyengir kuda.

"Maaf deh, sini type x nya" Ucap Camel dan mendekati meja Alvaro, menunduk mensejajarkan dirinya dengan Alvaro.

"Biarin deh, buku Doni yang penting bukan buku lo" Ucap Camel sambil menoleh ke arah Alvaro.

Deg.

Akibat posisi yang terlalu dekat membuat hidung mereka menempel satu sama lain, Camel menahan nafasnya tak disangka posisinya akan seperti ini.

Alvaro menjauhkan badanya saat tak merasakan hembusan nafas Camel, entahlah ini posisi yang sangat ia rindukan dari dulu.

COUPLE GOALS (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang