11 - Stockholm Syndrome

76.6K 5K 532
                                    

Jaemin meneguk lidahnya mendengar Jeno. Ia tak bisa menolaknya, bahkan sekarang ia mulai merasa sakit pada penisnya hanya dengan perlakuan Jeno seperti ini.

"Lihatlah, setidaknya tubuhmu lebih jujur dibandingkan mulutmu." Ujar Jeno melihat puting Jaemin menegang dan leher Jaemin yang memerah.

***

Karena sudah berbuka puasa.. Aku update ya...

Bagi yang mau baca tapi masih puasa, harap menunggu berbuka...

Jaemin tak tahu bagaimana dia harus mendeskripsikan hari-hari yang ia lalui setelah Jeno menyuruhnya untuk tinggal bersama. It can be describe as heaven but also a hell.

Kini barang-barang Jaemin sudah dipindahkan ke rumah Jeno. Dan barang yang ia butuhkan akan dipenuhi oleh Jeno. Bahkan kini ia merasa seperti istri yang hanya kerja memenuhi nafsu suaminya.

Bagaimana tidak? Tiap hari Jaemin akan terbangun dalam dekapan Jeno, ia selalu mendapat morning kiss nya, lalu seharian ia akan bermalas-malasan menunggu Jeno bekerja yang entah apa itu padahal ia masih mahasiswa dan pada malam hari ia dengan senang hati masuk ke ruang kenikmatannya.

Dibalik itu semua, selama itu pula Jaemin belum bisa mencapai klimaks. Karena Jeno hingga saat ini belum melepaskan chastity-nya. Ini sudah hari ke tiga, ia sudah sangat merasa sakit di penisnya, ia bahkan dapat melihat testis nya memerah karena tak tahan lagi ingin mengeluarkan isinya.

Membayangkan semua itu, Jaemin tersentak bangun merasa bahwa penisnya terasa sakit lagi, ia bahkan tak bisa menyentuhnya karena terbungkus besi

Jaemin berjalan ke ruang kerja Jeno. Ia menumpu dirinya berdiri pada pegangan pintu, wajahnya memerah dipenuhi nafsu. Saat ini, bahkan ia siap untuk memohon Jeno agar membiarkannya melepaskan chastity dan membuatnya klimaks.

Begitu Jaemin membuka pintu kerjanya, ia disuguhi pemandangan Jeno yang menggunakan kacamata saat serius meninjau berkas di tangannya.

Fxck!!, rutuk Jaemin dalam hatinya.

Tubuh bagian bawah Jaemin makin terasa sesak dengan pemandangan ini. Saat Jeno mengalihkan pandangannnya pada Jaemin, Jeno terkekeh pelan melihat keadaan Jaemin. Jaemin dengan wajah memerah dengan nafas terengah-engah hanya menggunakan kaos putih kebesaran yang ditariknya untuk menutupi penisnya yang kesakitan karena tidak diperbolehkan menggunakan bawahan oleh Jeno. Kemudian ia tersenyum manis menyuruh Jaemin untuk mendekat.

Wajah Jaemin terasa memanas melihat senyum Jeno. Ia bahkan tak memikirkan apa-apa lagi, kakinya hanya melangkah mendekat pada sosok yang terpantul di matanya.

Jeno langsung menarik Jaemin keatas pangkuannya masih dengan senyum manis di bibirnya. Ia menciumi leher Jaemin dan memainkan lembut putting Jaemin yang sudah menegang.

Jaemin yang sudah merasakan panas sebelum waktunya hanya mampu mendesah dari sentuhan yang diberikan oleh Jeno. Tangannya bergantung di pundak Jeno dengan sedikit mencengkram bahunya.

"Jae, keluarkan lidahmu." Ujar Jeno.

Jaemin terlihat ragu-ragu untuk menjulurkan lidahnya dihadapan Jeno. Namun ia tak bisa menolak mata Jeno yang memandangnya dengan penuh dominasi. Dengan perlahan ia pun menjulurkan lidahnya.

Jeno yang melihat itu, memainkan lidah Jaemin dengan lidahnya sendiri. Bibir mereka tak saling bersentuhan namun lidahnya saling bertautan. Jeno berhenti sebentar melihat wajah Jaemin yang memerah karena kesulitan bernafas. Hanya sebentar dan kemudian ia melanjutkannya dengan kali ini mencium bibir Jaemin.

Lidah Jeno mencoba untuk masuk lebih dalam ke mulut Jaemin, jika bisa ia ingin menyentuh pita suara Jaemin. Lalu ia pun beralih pada bibir tipis Jaemin. Dengan sengaja ia menggigit bibir Jaemin, yang awalnya terasa pelan mulai sedikit perih membuat Jaemin memundurkan wajahnya tiba-tiba.

Akibat tindakannya, bibir Jaemin sedikit terluka dan mengeluarkan darah yang tertinggal di bibir Jeno. Jaemin mengusap bibirnya namun dihentikan oleh Jeno. Dengan seksinya ia menjilat darah Jaemin di bibirnya, kemudian mencium luka Jaemin.

Jaemin tak lagi merasakan perih di lukanya, kini berganti pada rasa perih di selangkangannya. Di titik ini, tubuh Jaemin bahkan dapat terangsang hanya dari rasa sakit di luka kecilnya.

"Masterhh.. ahhhh.. Pleasee, take it off.. It hurts.. Please.." Jaemin memohon pada Jeno agar melepaskan chastity-nya, dengan wajah merah dibasahi oleh air mata dan salivanya.

"Not now." Jawab Jeno. Ia mengangkat Jaemin dengan mudahnya, kemudian membaringkannya di meja kerjanya.

Jeno melepas baju Jaemin hingga terpampang kulit putih yang sudah diukir beberapa bekas tipis dari cambukan ataupun gigitannya. Kini yang tertinggal hanya besi dingin yang tergantung di penisnya.

"Kau tahu, Jaem. Aku sangat terobsesi dengan tubuh ini. Apa kau akan meninggalkanku jika aku melepaskanmu?" Tanya Jeno dengan tatapan penuh arti.

Pertanyaan Jeno entah kenapa menurut Jaemin bukan hanya sebatas melepaskan chastity-nya, Jaemin merasa bahwa ada makna yang lebih dalam dari pertanyaan Jeno.

Jaemin menggeleng menjawab pertanyaan Jeno. "Apa master pikir aku sanggup meninggalkanmu? Kondisiku saat ini adalah hasil perbuatanmu. I'm a patient now, and you are the only doctor who can heal it."

Jaemin mengangkat tangannya, mengisyaratkan bahwa ia menginginkan pelukan Jeno yang daritadi hanya berdiri disaat ia terbaring diatas meja. Jeno menghela nafasnya, ia pun masuk kedalam dekapan Jaemin dan menghirup sedalam-dalamnya aroma memabukkan dari tubuh Jaemin.

"Well, bahkan jika kau berniat meninggalkanku, akulah yang tak akan membiarkanmu." Gumam Jeno pelan.

To Be Continued...

Jangan Lupa Like and Comment ya..

Ditunggu update setelah 1k views, 350 likes, 100 comment ya...

Bond IN Bondage | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang