10 - At Least, Your Body Is Honest

95.1K 5.3K 754
                                    

"Then, punish me, Master." Ujar Jaemin dengan menggoda.

Jeno memasang ekspresi yang sulit diartikan oleh Jaemin, namun hal berikutnya yang ia tahu adalah Jeno menariknya kasar dan menghempaskannya ke tempat tidur.

"Let's begin our session. This time you are the one who want it." Ujar Jeno.

***

"Do you miss this?" Ujar Jeno sambil menunjukkan vibrator pada Jaemin yang sudah terikat pada langit-langit kamar dan kaki yang terbuka membentuk huruf X. Jaemin yang menggunakan gag di mulutnya hanya bisa mengangguk.

Jeno pun menyiapkan chastity belt untuk Jaemin dengan 3 vibrator ukuran sedang dan juga buttplug. Adrenaline Jaemin makin meningkat ditunjukkan dengan nafasnya yang makin berat setelah melihat Jeno mulai memasukkan vibrator satu persatu ke dalam lubangnya. 

Untuk mencegah vibrator itu keluar, ia pun memasangkan buttplug yang cukup besar hingga membuat Jaemin mengerang. Melengkapi itu semua, Jeno pun tersenyum miring melihat Jaemin yang sudah tegang. Hal ini membuatnya bersemangat memasangkan chastity belt pada penisnya.

Jaemin mengerang dan mencoba menolak dipasangkan chastity belt karena begitu Jeno memasangkannya, penis Jaemin yang sudah berdiri sebelumnya dipaksa untuk mengikuti bentuknya.

Air mata Jaemin mengalir, karena rasa sakit pada penisnya yang ditekan paksa dengan chastity belt tersebut. Tak berhenti disana, Jeno mengambil penjepit puting dan beberapa bola besi kecil. Ia memasangkan penjepit puting tersebut dan menggantung kan bola-bola besi tersebut sekaligus membuat puting Jaemin tertarik.

Setelah itu, Jeno mengusap lembut pipi Jaemin yang terdapat bekas air matanya. Jeno mengecup pelan mata Jaemin yang menangis kemudian dengan sensual lidahnya menjilati leher Jaemin dan membuat tanda kepemilikannya disana.

"Your body is so sweet..." Bisik Jeno. "...Tapi anak nakal perlu dihukum." Sambungnya.

Jeno mengambil cambuk kulit dan mengusapnya halus sambil tersenyum pada Jaemin.

"Bukan hanya kau mengganggu telfon ku tadi, tapi apa kau lupa? Kapan aku mengirimu pesan? Dan kau berani membuatku menunggu, Jaemin-ah?" Suara Jeno mulai berubah dengan penuh dominasinya.

Jeno mengusap tubuh Jaemin dengan cambuknya. Membiarkan Jaemin mengerang saat Jeno dengan sengaja menekan putingnya. Untuk sentuhan terakhir, Jeno pun menutup mata Jaemin.

Meskipun Jaemin takut akan rasa sakitnya, namun tubuhnya tak bisa berbohong bahwa ia juga menantikannya. Begitu matanya tertutup detak jantungnya mulai terpacu dengan cepat mengantisipasi setiap sentuhan yang akan ia terima.

Jeno memulai cambukannya. Awalnya ia melakukannya beberapa kali pada perut Jaemin yang membuatnya mengerangkan dan menggigit kuat gagnya.

Jeno melanjutkan mencambuk punggung Jaemin. Setelah puas melihatbekas cambukannya yang memerah pada punggung Jaemin, Jeno melihat Jaemin mulai terkulai.

Jeno pun mulai menyalakan salah satu vibrator pada lubang Jaemin dengan kekuatan maksimum. Tubuh Jaemin mulai meronta-ronta disertai erangan dan desahannya.

"Kenapa? Belum cukup?" Goda Jeno dan menyalakan vibrator kedua. Tubuh Jaemin makin menggila."Sssstt, itu belum semuanya." Dan akhirnya ketiga vibrator dalam lubang Jaemin pun menyala dengan kuat.

Jeno tertawa sinis melihat reaksi Jaemin yang mulai menggerakkan pinggulnya sendiri dan desahannya pun makin menguat. Saliva Jaemin mulai mengalir dari dagunya. Tapi ini belum selesai bagi Jeno.

Jeno pun mulai mencambuk pantat Jaemin, membuat Jaemin makin mengerang kuat. Dapat terlihat air matanya mulai mengalir dari blindfold nya. Sungguh ini semua menyakitkan tapi hanya ini yang bisa memuaskannya sekarang.

Jaemin merasa sangat kesakitan pada penisnya yang tak bisa berdiri tegang karena chastity belt namun stimulus yang diterima tubuhnya menuntutnya untuk klimaks. 

Jeno yang memperhatikan reaksi Jaemin, makin menguatkan cambukannya hingga akhirnyaia melihat tubuh Jaemin yang menegang tanpa menyemburkan spermanya.

"Akhirnya kau bisa juga klimaks dengan prostate mu, Jaem." Ujar Jeno.

Jeno terkekeh pelan saat membuka blindfold Jaemin. Wajar saja ia pingsan, karena ini adalah dry klimaks nya yang pertama, dan Jeno membuatnya dengan terlalu banyak stimuli.

***

Jaemin terganggu dengan cahaya matahari yang mengusik matanya, membuatnya menarik selimut lembut dan menutup kepalanya. Tiba-tiba ia merasakan hangat pada pelukannya.

Jaemin langsung terbangun, ia bahkan menyadari seharusnya ia tidak pernah mempunyai selimut  selembut ini. Dan disana ia melihat Jeno yang sedang fokus pada tab nya. Dan lebih memalukan saat ia menyadari bahwa sejak tadi ia menggunakan perut Jeno sebagai bantal kepalanya.

"Puas tidurnya?" Ujar Jeno sambil mengalihkan pandangan dari tab nya.

Jaemin menganga, tak tahu harus menjawab apa. Di depannya Jeno dengan tampannya menggunakan kacamata tanpa pakaian yang menutupi abs nya.

"A, a.. ke.. Kenapa aku disini?" Jaemin terbata-bata mengumpulkan semua kesadarannya.

"Kenapa kau menanyakan itu padaku? Kau sendiri yang datang padaku kemarin." Jawab Jeno santai sambil meletakkan tab nya di meja tidur di sebelahnya. Jaemin masih terdiam.

"Bukan, bukan, maksudku kenapa aku di kamarmu? Kenapa kau tidur bersamaku?" Tanya Jaemin lagi. Ini jelas bukan playroom nya dilihat dari interiornya.

Jeno tersenyum tipis sebelum menarik kepala Jaemin dan mencium bibir pink nya dengan sangat halus. Jaemin yang kaget namun karena Jeno terlalu ahli akhirnya membuatnya menyambut ciuman Jeno.

"Padahal kau yang memelukku semalaman, apa sekarang kau pura-pura tidak tahu?" Balas Jeno, kemudian mencubit puting Jaemin.

Jaemin mengerang merasakan putingnya yang masih perih akibat kelebihan beban saat dihukum Jeno kemarin. Dan ia baru menyadari bahwa penisnya masih terbungkus oleh chastity.

"Mulai sekarang kau tidur disini bersamaku. Dan karena sebentar lagi perkuliahan dimulai, mungkin kita bisa mampir ke apartemen mu untuk mengambil keperluanmu." Lanjut Jeno.

"Aku akan tinggal disini? Belum sampai dua hari yang lalu kau melepasku. Dan sekarang kau akan menahanku lagi?" Bantah Jaemin cepat.

Jeno menyerngit mendengar bantahan Jaemin. Ia pun menarik rambut Jaemin ke belakang membuat kepalanya menengadah keatas menatap Jeno.

"Aku memang melepasmu, dan kau yang datang lagi kesini. Kau masuk kesini dengan kedua kakimu sendiri, atas kemauanmu sendiri. Don't play victim with me, Jaem. Apa kau belum sadar juga? Tubuhmu yang sekarang bahkan tak bisa apa-apa tanpaku." Ujar Jeno dengan penekanan di setiap katanya.

Jaemin meneguk lidahnya mendengar Jeno. Ia tak bisa menolaknya, bahkan sekarang ia mulai merasa sakit pada penisnya hanya dengan perlakuan Jeno seperti ini.

"Lihatlah, setidaknya tubuhmu lebih jujur dibandingkan mulutmu." Ujar Jeno melihat puting Jaemin menegang dan leher Jaemin yang memerah.


To Be Continued...

Jangan Lupa Like and Comment ya...

Update selanjutnya setelah 1,1k views, 300 likes dan 120 comment ya.. Wkwkwk

Sorry kemarin masih ngerjain UTS makanya ngga jadi update..

Bond IN Bondage | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang