24 - Rest

50K 3.1K 286
                                    

Pergelangan tangan dan kaki Jaemin di borgol pada altar tersebut. Tak lupa Jeno juga memasangkan cock ring dan collar pada Jaemin. Jeno berdiri di belakang Jaemin sambil memegang rantai collar nya yang persis seperti tuan yang memegangi tali kekang anjingnya.

***

Jeno memposisikan diri di belakang, ia memasukkan penisnya di lubang Jaemin. Ia menikmati sensasi hangat dinding lubang Jaemin yang menjepit penisnya sambil menciumi punggung mulus Jaemin.

Jaemin mendesah menikmatinya, saat yang paling dinikmatinya dalam 'session' bersama Jeno adalah saat ia menerima semua perlakuan lembut dari Jeno setelah ia menahan semua sakit yang diterimanya.

"Kali ini kau bisa menikmatinya." Ujar Jeno sambil terus menciumi punggung Jaemin lembut.

Jeno merasa penisnya sudah cukup hangat di dalam lubang Jaemin, ia pun menampar pantat Jaemin membuatnya merasakan lubang Jaemin yang tiba-tiba mengetat.

"You like that, huh?" Ujar Jeno sambil meremas kedua belah pantat Jaemin. Ia mulai menggerakkan pinggulnya untuk menusuk lebih dalam pada lubang Jaemin.

Jaemin mendesah pada setiap gerakan Jeno dalam lubangnya. Tiba-tiba ia merasa sesak saat Jeno menarik collar nya yang justru membuat ia reflex mengetatkan lubangnya, Jeno mendesah pelan karena kenikmatan di lubang Jaemin.

Makin cepat gerakan Jeno, makin keras pula desahan Jaemin. Jeno merasa ia sudah makin dekat pada klimaks, maka ia pun makin berusaha untuk masuk sedalam mungkin ke lubang Jaemin.

Pada dorongan terakhir, Jeno mendorong sekuat tenaga penisnya kedalam lubang Jaemin. Hal ini membuat mereka klimaks bersamaan, karena Jaemin yang merasa rangsangan di dinding rectum nya saat ujung penis Jeno mendesak ke dalam lubangnya dan saat sperma Jeno yang hangat terasa mengalir di dalamnya.

Sebelum mengeluarkan penisnya, Jeno masih sempat untuk menampar pantat Jaemin beberapa kali.

Jeno mengganti penisnya dengan mesin dildo yang akan terus menggempur lubang Jaemin tanpa henti.

"No.. Please... I just come... aaakkh.." Jaemin mencoba menolak saat Jeno memposisikan dildo itu di lubangnya. Tentu saja itu tidak menghentikan Jeno dari tindakannya.

"Sshuuhss.." Desis Jeno, "It's a punishment, remember?" Ujar Jeno sambil berlutut di depan Jaemin yang terkurung di posisinya.

Jeno pun memberikan ciuman pada Jaemin, cukup untuk membuatnya tenang. Setelah itu ia menyalakan mesin itu sehingga membuat Jaemin mendesah lagi.

Selagi itu, Jeno menyiapkan cambukannya lagi. Ditengah kenikmatan yang dirasakan oleh Jaemin ia dipaksa untuk tetap sadar akan rasa sakit yang diberikan oleh Jeno melalui cambukannya.

Berbeda dari yang digunakan Jeno saat di ruang bawah tanah, cambuk itu tidak melukai kulit Jaemin. Kulit punggung Jaemin sudah penuh dengan garis merah yang terbuat dari bekas cambukan Jeno bahkan itu termasuk pada pantatnya.

Jeno melepas collar Jaemin karena akan terlalu membekas jika dibiarkan begitu.

***

Ini hari keempat setelah kejadian dimana Jaemin bertemu Renjun, pada akhirnya ia pun dapat kembali ke kampus. Jeno bilang ia sudah membuat izin untuknya tidak masuk kuliah. Hal itu, sedikit mengurangi kecemasannya sebagai mahasiswa teladan.

Jujur saja ia sebenarnya ragu untuk masuk kuliah hari ini, bahkan Jeno juga menyarankan ia untuk tetap istirahat karena memang 'session' nya bersama Jeno baru selesai dini hari tadi. Sungguh ia bahkan kesulitan untuk bergerak saat ini.

Jeno benar-benar mengeluarkan semua kekesalannya pada 'session' itu. Ia membuat Jaemin tak keluar selama tiga hari dari ruangan bermain mereka.

Jaemin menggunakan baju yang benar-benar menutupi kulitnya sebanyak mungkin untuk menyembunyikan semua bekas hukuman yang masih terlihat jelas di tubuhnya.

"Kau benar-benar yakin untuk masuk hari ini? Aku bisa membawamu pulang sekarang jika kau berubah pikiran." Ujar Jeno khawatir dengan keadaan Jaemin yang terlalu memaksakan diri.

"Sudah tiga hari aku tidak keluar melihat matahari, Jen. Tenanglah, aku masih bisa menahannya. Jadi sebaiknya kau pinjamkan bahumu untukku bersandar." Ujar Jaemin.

Jaemin merasa ia memang kurang tidur beberapa hari ini, namun meskipun kelas ia berusaha untuk istirahat sebentar. Tanpa disadarinya matanya terpejam begitu saja setelah merasa begitu nyaman bersandar pada Jeno.

Jeno tersenyum tipis saat ia mendengar suara nafas teratur Jaemin saat ia melirik pada Jaemin yang bersandar di bahunya selama kelas.

Saat kelas selesai, ia tak membangunkan Jaemin namun membiarkannya melanjutkan tidurnya. Dengan perlahan ia memindahkan posisi kepala Jaemin kemudian menyandarkannya di dadanya sambil menggendong tubuhnya.

Jeno mengirim pesan pada teman-temannya untuk mengurus izin Jaemin dan membawa Jaemin yang terlelap begitu dalam sampai ia bahkan tidak juga terbangun saat Jeno sampai ke tempat tujuannya.

"Dan kau bilang baik-baik saja?" Gumam Jeno melihat wajah pulas Jaemin di dekapannya.

***

Jaemin membuka matanya perlahan yang terasa berat karena terlalu lama tertidur. Hal pertama yang ia lihat adalah dada bidang Jeno tapat di depan wajahnya.

Ia menatap kearah wajah Jeno, kemudian tersentak bahwa seharunya ia tidak berada disini. Ia pun bangun dari posisinya dan melihat sekelilingnya. Samar-samar ia mendengar suara ombak yang membuat ia menghampiri pintu balkon yang terbuka membiarkan angin bertiup masuk.

Jaemin terkesiap melihat sekelilingnya, ia melihat pantai biru dihadapannya yang memantulkan cahaya matahari cerah bagaikan pertama.

"Kau sudah bangun?" Jaemin mendengar suara husky Jeno dari dalam kamar.

Jaemin berjalan kembali ke dalam kamar. Ia berjalan menuju kasur dan memeluk Jeno erat.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jeno melihat tingkah aneh Jaemin.

"Kau membawaku kesini karena aku bilang ingin melihat matahari?" Tanya Jaemin.

"En." Jawab Jeno sambil mengelus rambut Jaemin.

"Bagaimana bisa kau membawaku kesini tanpa kesadari?" Tanya Jaemin lagi.

"Salahkan dirimu yang bahkan tidak terbangun setelah tidur begitu lelap, kau bahkan tidur seharian dari kemarin." Balas Jeno.

"Aku tidur seharian? Aku tidak menyangka akan tidur selama itu." Keluh Jaemin, "Lalu kita sekarang dimana?" Lanjut Jaemin.

"Lotte Hotel Jeju, sebelum melanjutkan percakapan ini.. Apa kau tidak lapar? Kau belum makan sejak kemarin."

"What? Kita di Jeju??!" 

To Be Continued..

Jangan Lupa Like And Comment nya yaaa...

Bagi yang masih mau ikut PO PDF nya, cus hubungi kontak dibawah:
WA : 082260227529
IG : quote_mykima

Bond IN Bondage | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang