33 - Learn

26.2K 2.3K 152
                                    

"Apa saja yang sudah kau lakukan pada mereka?" Tanya Jaemin seiring Jeno menuntunnya ke ruangan tempat Renjun dan Guan Lin berada.

"Hanya pemanasan saja. Tidak melakukan apa-apa." Jawab Jeno.

Jeno membukakan pintu pada Jaemin yang berdiri di belakangnya. Mata nya langsung tertuju pada tubuh polos yang terpajang di tengah ruangan tak bergerak dengan kepala yang tertutup oleh rubber mask.

"Waaah." Kagum Jaemin secara tak sadar. Salah satu sudut bibir Jeno terangkat saat mendengarnya.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Jeno pada Jaemin yang menatap lekat pada sosok tak dikenalnya itu.

"Entahlah, aku pernah melihat orang lain dirantai saat kau menunjukkannya waktu itu. Tapi entah kenapa dengan topeng itu, suasana nya berbeda. Bagaimana aku mengatakannya.. Aku pernah kau buat seperti itu, sekarang aku mengerti kenapa kau menikmatinya." Jawab Jaemin melangkah mendekati Guan Lin.

"Kau cukup bersenang-senang sepertinya." Ujar Jaemin setelah melihat bekas cambukan Jeno di kulit Guan Lin, Jeno hanya mengedikkan bahunya.

"Apa yang ingin kau coba lakukan pertama?" Tanya Jeno.

"Hm, mungkin aku akan mencoba cambuk. Sepertinya itu yang paling mudah." Jawab Jaemin namun Jeno yang mendengarnya justru terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Baiklah kalau begitu, kita lihat semudah apa itu." Ujar Jeno sambil mengambilkan Jaemin cambuk yang tadi ia pakai.

"Ngomong-ngomong siapa sebenarnya mereka? Karena memakai topeng, aku jadi tak mengenalinya." Tanya Jaemin sambil mengambil cambuk dari tangan Jeno.

"Kau akan mengetahuinya nanti. Mungkin kau kenal mereka, jadi aku menutup wajah mereka agar tidak mengganggu percobaanmu." Ujar Jeno. Jaemin mengangguk mengerti.

"Tapi mereka tenang sekali, bukankah seharusnya mereka sekarang dalam keadaan panic? Karena, aku sendiri histeris saat pertama kali dalam posisi mereka." Jaemin mengelilingi Guan Lin diikuti Jeno dari belakang.

"Aku memasangkan earplug dalam topeng mereka untuk membuat indra peraba mereka makin sensitive." Jawab Jeno langsung.

Jeno menghentikan langkah Jaemin di belakang Guan Lin. Ia berdiri di belakang Jaemin kemudian membisikkan, "Kau bisa mulai dari sini."

Jaemin meneguk ludahnya saat melihat punggung Guan Lin di depannya. Ia merasa dadanya berdebar kuat saat ini. Dengan itu, ia pun melayangkan cambukan pertamanya, namun hasilnya tidak seperti yang selama ini Jeno lakukan.

Guan Lin merasa terkejut meskipun tidak merasa sakit dari sentuhan cambuk yang diayunkan oleh Jaemin.

"Masih bilang mudah?" Ujar Jeno sambil tersenyum menggoda Jaemin. Sedangkan Jaemin hanya menggigit bibir bawah sambil melihat Jeno.

"Ckck, kau seharusnya dilarang melakukan hal seperti itu disini, Jaem. Atau aku bisa saja justru 'memakanmu' disini." Ujar Jeno tidak tahan dengan ekspresi Jaemin yang terlalu imut.

"Aku akan membiarkanmu melakukannya nanti malam, tapi sekarang sepertinya kau harus mengajariku dulu." Ujar Jaemin sambil menaik-turunkan alisnya pada Jeno. Jeno mendengus sambil tersenyum melihat Jaemin.

"Baiklah, tapi biarkan aku mencicipimu dulu." Balas Jeno sambil menarik tubuh Jaemin dalam dekapannya dan menyentuh rahang Jaemin untuk mulai mencium bibir Jaemin.

Jaemin tersenyum di sela-sela ciumannya. Tingkah Jeno akhir-akhir ini sangat menyenangkan untuknya. He looks more playful and spoiled, pikir Jaemin.

Disaat Jaemin sudah melingkarkan tangannya di leher Jeno untuk memperdalam ciumannya, namun Jeno justru menarik dirinya dari Jaemin dan dengan penuh senyum nakal ia berkata, "Kita lanjutkan nanti, sekarang aku akan mengajarimu."

"Waah, kau tidak adil sekali. Tak bisa dipercaya." Ujar Jaemin karena dibiarkan tergantung disana mengharapkan lebih.

Jeno terkekeh, "Kemarilah, aku akan mengajarimu." Ujar Jeno, ia mengambil alih cambuk yang dipegang oleh Jaemin. Jaemin mendengus sambil merengut menatap Jeno namun tetap mengikuti perkataannya.

"Saat kau melayangkan cambukmu, kau tidak bisa hanya melempar talinya begitu saja seperti saat kau melempar kail tapi kau juga harus menariknya kembali agar ada rasa sakitnya. Apa kau pernah memainkan dasimu saat di Sekolah dulu? Dimana kalian mengibaskan dasi agar dia membuat suara nyaring, kau bisa membayangkannya seperti itu. Nah, sekarang coba lagi." Ujar Jeno setelah mempraktekkannya sekali pada Guan Lin dan memberikan kembali cambuknya pada Jaemin.

Jaemin mengangguk mendengar penjelasan Jeno, ia pun mencoba melayangkan cambuk di tangannya. Kali ini Jaemin dapat mendengar suara khas pecutan itu ketika menyentuh tubuh Guan Lin meskipun tidak sekuat Jeno tadi.

"Kau bisa melakukannya lebih kuat lagi." Ucap Jeno dari belakang Jaemin.

Mendengar perkataan Jeno, Jaemin pun kembali melayangkan cambuknya. Ia menguatkan cambukannya kali ini, dan hasilnya suara cambukan itu mulai terasa benar di telinganya.

Jaemin tersenyum melihat tubuh Guan Lin yang menegang tiap ia melayangkan cambukannya. Rasanya ia makin ingin mencambuknya lebih keras.

Jaemin melakukan cambukannya sekuat tenaga, namun setelah ia mengayunkan tangannya ia tersadar bahwa tenaganya terlalu kuat dan menariknya di tengah-tengah. Alhasil cambuk itu justru menembus kulit Guan Lin.

Terlihat darah segar keluar dari bekas cambukan Jaemin. Ia melihat tangannya sendiri yang bergetar setelah melakukannya. Ia tak tahu kenapa tangannya bergetar tapi jantungnya terasa berdebar begitu kencang pula. Entah ini excitement atau hanya karena keterkejutannya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Jeno sambil menggenggam tangan Jaemin yang bergetar.

"Sepertinya aku sangat menikmatinya." Jawab Jaemin menatap Jeno dengan mata penuh semangatnya.

Jeno tersenyum puas mendengarnya, ia berjalan kearah salah satu dinding dan mengambik pecutan yang tergantung disana.

"Sekarang coba pakai ini." Ujar Jeno.

"Baiklah."Jawab Jaemin dengan senang hati mengambil pecutan di tangan Jeno.


To Be Continued..

Jangan Lupa Like and Comment nya ya...

Bagi yang masih mau ikut PO, masih bisa ya.. Tingga Hubungi kontak yang tersedia..

Bond IN Bondage | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang