17 - The Room

59K 4.1K 646
                                    

"Maafkan saya jika saya mengagetkan anda. Tuan Muda Jeno meminta saya mengantarkan anda ke tempatnya begitu anda bangun." Ujar pelayan itu dengan sangat sopan kepada Jaemin. Jaemin merasa seperti menjadi majikan dalam dunia fiksi.

Jaemin mengangguk dan mengikuti pelayan itu mengarahkannya ke tempat Jeno. Ia sedikit heran saat mereka menuju ke lantai bawah tanah, namun ia hanya bisa diam mengikuti arahan pelayan tersebut.

***

Pelayan membawa Jaemin hingga ke depan sebuah pintu besi yang sedikit terbuka. Tanpa mengatakan apa-apa pelayan itu mempersilahkan Jaemin untuk masuk ke dalam.

Jaemin sedikit ragu-ragu untuk masuk, saat ia mendekati pintu itu ia mencium bau aneh yang tidak nyaman di hidungnya. Samar-samar ia mendengar suara dari dalam yang akhirnya membuatnya membuka pintu tersebut lebih lebar. Pencahayaan di ruangan itu hanya berasal dari cahaya di sudut-sudut ruangan membuat bagian tengah ruangan itu lebih gelap. Namun hal itu tidak menghalangi Jaemin melihat apa yang ada di sana.

Di tengah ruangan itu ada sebuah tiang besar dan disanalah ia melihat beberapa sosok yang tidak ia kenali di rantai pada tiang tersebut dalam keadaan yang mengenaskan. Ia dapat melihat darah segar yang keluar dari tubuh mereka.

Saat itulah ia melihat Jeno dengan ekspresi yang tidak dikenalinya memberikan cambukan pada tubuh mereka, namun berbeda dari yang biasa Jeno lakukan padanya cambukan itu menembus dalam pada kulit mereka hingga langsung mengeluarkan darah dari bekasnya, bahkan mereka tak diberikan gag membuat mereka hanya bisa menahan sakit dengan menggigit bibir mereka sendiri yang sudah mengeluarkan darah.

Kaki Jaemin terasa lemas membuatnya ambruk begitu saja di lantai, perutnya mual hingga dirasa ia bisa muntah kapan saja. Saat ia mencoba menopang tubuhnya dengan tangannya, ia melihat bekas di lantai yang ia sentuh adalah bekas darah yang sudah kering dan menghitam.

"Ah, kau sudah datang?" Suara Jeno tiba-tiba mengarah pada Jaemin.

Jaemin menengadah untuk melihat Jeno, saat akan menggapai tangan Jeno ia melihat sedikit bercak darah yang membuatnya ragu untuk menyentuhnya. Namun, Jeno justru yang menarik tangan Jaemin dan membantunya berdiri.

"Kau tidak apa-apa? Apa ini terlalu mengejutkan untukmu?" Tanya Jeno.

Jaemin menggeleng lemah, ia tak ingin membuka mulutnya karena merasa akan muntah begitu ia membukanya. Jeno memapah Jaemin untuk duduk di sofa, Jaemin baru menyadari bahwa di sekeliling ruangan ini ternyata juga ada Lucas, Mark dan Haechan yang dengan tenang menikmati wine mereka.

Jeno mengambil jasnya dan hendak memakaikannya pada Jaemin, namun begitu melihat jas itu Jaemin justru langsung merebutnya begitu saja untuk digunakannya menutup hidungnya dari bau busuk yang mengelilinya. Aroma tubuh Jeno yang melekat di jas itu berhasil membuat Jaemin tenang.

"Apa kau yakin menunjukkan ini semua pada Jaemin, Jeno-ya?" Ujar Lucas dari sudut ruangan yang berbeda.

"Kau ini terlalu kejam atau terlalu bodoh untuk menunjukkan rahasia seperti ini pada anak selemah Jaemin?" Sahut Haechan yang dengan santai meneguk wine-nya diatas pangkuan Mark.

"Hentikan, kalian semua." Ujar Jeno dengan nada yang membuat Jaemin bergidik. Ia merasa semua orang di ruangan ini sangat berbeda dari yang ia kenal. Sikap, nada bicara bahkan perilaku mereka sangat berbeda. Ia seperti tak pernah mengenal mereka semua.

"Ini yang ingin kau tunjukkan padaku?" Suara pelan Jaemin membuat ketegangan dalam ruangan ini.

"En, ini yang ingin kutunjukkan padamu. Aku tak ingin membohongimu, tapi aku tidak sepenuhnya seperti yang kau bayangkan." Jawab Jeno sambil berlutut dihadapan Jaemin.

"Apa kau juga akan melakukan hal seperti itu padaku?" Tanya Jaemin lagi.

"Tidak, hal ini hanya kulakukan pada anak nakal. Apa Jaemin adalah anak nakal?" Balik tanya Jeno dengan meraih tangan Jaemin. Jaemin menjawab dengan gelengan kuat.

"Ya, Jaemin bukan anak nakal, kan? Apa Jaemin akan menjadi anak nakal?" Tanya Jeno lagi sambil memainkan jari Jaemin dan mengecupnya kemudian menatap Jaemin dari sudut pandang yang lebih rendah karena ia tengah berlutut. Jaemin kembali menggeleng.

"Apa kau takut padaku sekarang?" Pertanyaan Jeno kali ini tak bisa langsung dijawab oleh Jaemin, bohong jika ia bilang tidak takut tapi dibandingkan takut pada apa yang baru saja ia lihat, ia lebih takut lagi bahwa orang di depannya tak lagi di sampingnya.

Jaemin melakukan hal yang tak disangka oleh Jeno, ia dengan lembut memeluk leher Jeno tanpa aba-aba. Hal ini membuat Jeno membeku. Jeno tidak akan terkejut jika Jaemin memberi reaksi seperti menangis, mendorongnya ketakutan atau bahkan kabur darinya tapi disini Jaemin justru memeluknya erat, seseorang yang mengerikan seperti dirinya mendapatkan pelukan sehangat ini?

Suara siulan Lucas menyadarkan Jeno dari keterkejutannya.

"Dibandingkan Jaemin sepertinya kau lebih terkejut sekarang, Jeno-ya." Ujar Mark. Tak disadari, kini Mark, Haechan dan Lucas sudah berada di dekat mereka. Jaemin menatap Jeno yang masih terdiam.

"Syukurlah, Jaemin ternyata lebih baik dari yang diperkirakan." Ujar Haechan sambil menepuk pundak Jaemin.

"Bagus untukmu, man. Siapa sangka dia benar-benar pilihan yang tepat untukmu." Sahut Lucas dengan suara kerasnya. Suasana dalam ruangan ini berubah dengan cepat, membuat Jaemin sulit untuk menyesuaikan, baru saja ruangan ini begitu pengap baginya namun kini rasanya mereka seperti kembali seperti semula.

"Mulai sekarang sepertinya kau akan banyak terkejut tapi aku harap kau bisa menanganinya seperti kali ini, Jaemin-ah. Kupercayakan Jeno padamu." Tutur Mark pada Jaemin.

Jeno sejak tadi hany mengusap wajahnya dan tidak mengatakan apa-apa pada Jaemin. Jaemin melihat wajah Jeno dan satu hal yang menarik perhatiannya adalah telinga Jeno yang memerah. Jaemin menepis semua bayangannya, ia yakin itu hanya karena cahaya yang minim di ruangan ini membuatnya salah melihat itu, tidak mungkin Jeno yang seperti itu tersipu malu hanya dari pelukannya.

"Umm, jadi siapa mereka?" Pertanyaan Jaemin tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka kembali pada tiga orang yang masih terikat di tengah ruangan tersebut.

"Aah, mereka? Kau ingat hal yang terjadi pada mobil Jeno tadi siang? Mereka yang melakukannya, tapi karena Jeno mencurigai sesuatu jadi ia memaksa mereka berbicara." Jelas Lucas dengan santai.

"Lalu? Apa mereka menolak mengatakannya?" Tanya Jaemin lagi.

"Mana mungkin, mereka orang biasa. Tentu saja beberapa 'sambutan spesial' dari Jeno langsung membuat mereka ketakutan dan mengatakan semuanya." Jawab Lucas lagi.

"Apa yang mereka katakan?"

"Yaah seperti yang sudah diduga kalau mereka diperintahkan oleh Renj...Aaaakkk.." Ucapan Lucas terputus karena Mark menarik telinga Lucas dengan santai dan tenang.

"Renjunie? Mereka sungguh diperintahkan oleh Renjunie?" Jaemin sedikit tak percaya dengan yang dikatakan oleh Lucas.

"Kau terlalu banyak bicara Lucas." Ucap Jeno sambil ikut menarik telinga Lucas yang satunya lagi.

"Jadi apa yang akan kalian lakukan pada Renjun? Apa dia juga akan seperti itu?" Pertanyaan Jaemin tak ada habisnya.

"Well, itu belum ditentukan. Aku masih memikirkan apa yang harus kulakukan padanya... " Jeno berhenti dan melirik Jaemin sekilas "....Menurutmu, apa yang harus kulakukan?" Lanjut Jeno bertanya kembali pada Jaemin.

"Kau bertanya padaku?" Jaemin bingung saat Jeno balik bertanya padanya.

"Ya, kau bisa menentukan apa yang akan kau lakukan padanya. Aku akan menurutinya." Tegas Jeno.

"Menurutku, ...." 

To Be Continued...

Jangan Lupa Like and Comment nya yaa..

Update selanjutnya setelah 1,5k views, 500 likes dan 100 comment..

Yang belum nonton trailernya, cus ke IGTV quote_mykima

Bond IN Bondage | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang