39 - The Truth

34.1K 1.8K 99
                                    


"Kau mau tidur di kamar?" Tanya Jeno yang masih mendekap Jaemin seperti membuai bayi di pelukannya. Jaemin mengerjapkan matanya kemudian mengangkat tangannya untuk menggapai leher Jeno, ia pun memeluk Jeno dan mengistirahatkan kepalanya di bahu Jeno sambil menikmati aroma tubuh Jeno.

"Kau masih ingin mendengar tentang kencan terakhirmu dengan Renjun itu?" Ujar Jeno lagi sambil menepuk-nepuk punggung Jaemin dengan lembut.

"Mm." Jawab Jaemin dan menatap Jeno dengan mata lelahnya.

"Baiklah, biar kujelaskan padamu apa yang terjadi saat itu." Balas Jeno sambil mengecup pipi Jaemin gemas sebelum melanjutkan perkataannya.

"Malam itu sebenarnya aku secara kebetulan perlu bertemu dengan seseorang disana, namun yang tidak kuketahui adalah kau juga disana. Aku hanya melihat Renjun yang berpapasan denganku saat di lift, meskipun dia tidak mengenaliku. Saat itu aku tidak ambil pusing melihatnya karena aku belum berpikir ada yang aneh. Tapi saat aku bertemu dengan klienku, aku melihatmu tak sadarkan diri dalam pelukannya." Ujar Jeno sambil menggertakkan giginya mengatakan kalimat terakhirnya. Jaemin pun menyentuh tangan Jeno lembut membuatnya sedikit lebih santai.

"Sungguh awalnya aku tak percaya atau berpikir mungkin hanya seseorang yang mirip denganmu. Tapi saat kuingat melihat Renjun di lift sebelumnya, aku pun tak mampu menahan diri. Jadi ya..." Jeno menghentikan kalimatnya sambil menatap Jaemin dalam.

"Kau membunuhnya?" Tanya Jaemin yang ditanggapi Jeno dengan senyuman sederhana.

"Tidak langsung.." Ucapan Jeno terhenti.

"Berarti kau benar-benar membunuhnya?" Jaemin menyela ucapan Jeno.

"Lalu kau berharap aku membiarkannya? Saat aku melihat ia mengusap wajahmu dengan tangannya saja sudah membuatku ingin mencincang jari-jarinya." Tukas Jeno yang masih kesal mengingat kejadian itu.

"Dia melakukan itu? Apa dia.. menyentuh tubuhku?" Jaemin ragu-ragu bertanya karena tak siap mendengar jawabannya, ia memeluk dirinya sendiri membayangkan apa yang sudah dilakukan oleh orang yang bahkan tidak dikenalinya pada tubuhnya.

"Tidak, saat dia mencoba untuk membuka bajumu aku sudah terlalu emosi dan tidak sengaja memotong tangannya." Ucap Jeno dengan santai dan tersenyum seperti psikopat.

"Baguslah." Balas Jaemin yang bersyukur Jeno melakukannya. Jika ia yang sekarang mendengar bahwa pria itu masih hidup mungkin ia sendiri yang akan membunuhnya.

"Kau terlihat santai saat mendengar aku membunuhnya." Ujar Jeno.

"Hm, karena jika kau tidak melakukannya maka aku yang akan melakukannya." Balas Jaemin.

"Kau mau membunuh seseorang? Tanganmu bahkan bergetar hanya karena menembak satu peluru kemarin." Ucap Jeno dengan nada mengejek Jaemin.

"Isssh." Jaemin mendesis sambil menatap Jeno kesal.

"Jangan menatapku seperti itu, kau tidak akan kuat jika aku melakukannya sampai besok pagi." Ujar Jeno membalas tatapan Jaemin.

"Kau ingin aku melanjutkan ceritanya?" Tanya Jeno lagi, kemudian diangguki oleh Jaemin.

"Setelah memotong tangannya, keadaan di ruangan itu langsung kacau karena adu tembak. Namun bisa kuatasi, setelah itu aku pun menanyakan alasan kau ada bersamanya. Dia pun menceritakan semuanya bahwa Renjun membuat kesepakatan untuk meminjamkanmu padanya untuk satu malam." Jeno berhenti dan menatap Renjun yang sudah tak sadarkan diri. Ia kembali menatap raut wajah Jaemin yang mulai kelam.

"Dia melakukan itu?"

"Seperti itulah. Karena itu aku membawamu ke tempatku. Sebelum kau sadar, aku bertemu dengan Renjun dan menghajarnya cukup parah. Saat itu ia dengan bangga mengatakan bahwa kau akan selalu menyetujui semua permintaannya dan aku sebagai orang luar untuk tidak ikut campur. Dia tidak tahu bahwa kau ada bersamaku selama ini. Dari sanalah aku memulai.. hmm, menghukummu." Jelas Jeno sebaik mungkin.

"Kau menggunakan cara itu untuk membuatku menjadi milikmu?" Tanya Jaemin.

"Yaah, karena akan aneh jika aku memulainya sebagai 'pria baik', jadi aku memilih peran sebagai 'pria brengsek' sejak awal. Sudah kubilang, kan? Bahwa aku separuh hati menginginkanmu di sisiku yang penuh bahaya ini. Kau bisa saja membenciku tapi kau justru memilih untuk menyukaiku, kau bisa saja memilih Renjun dibandingkan aku, kau bisa saja meminta Renjun untuk memuaskanmu saat itu tapi kau memilih kembali kepadaku, kau bisa saja kembali pada Renjun saat dia memintamu kembali namun kau justru berlindung dibalik punggungku." Jawab Jeno dengan tulus dan lembut sambil mengusap-usap kepala Jaemin.

"Jadi itu yang terjadi. Sepertinya aku memiliki selera yang buruk untuk pernah jatuh hati pada pria seperti Renjun. Dan aku sangat berterima kasih... pada diriku sendiri." Ucap Jaemin dan sengaja memotong ucapan terakhirnya.

"Pada dirimu? Bukan padaku?" Jeno menaikkan alisnya tidak senang dengan ucapan Jaemin.

"Kenapa padamu? Kau saja sejak awal sudah membuatku menderita." Ujar Jaemin sambil menatap Jeno sebelah mata.

"Aku berterima kasih pada diriku sendiri karena memilihmu, menyukaimu dan kembali padamu. Aku berterima kasih pada diriku sendiri yang tidak salah memilih." Lanjut Jaemin sambil tersenyum pada Jeno yang sudah hendak memasang muka kecewa namun berubah begitu mendengar lanjutan kalimatnya.

"Kalau begitu aku juga harus berterima kasih padamu yang memilihku, menyukaiku dan kembali padaku." Ujar Jeno sambil tersenyum lebar membuat matanya begitu tipis dan sangat lucu.

Jeno mulai menciumi wajah Jaemin dan tentu saja mereka berakhir di tempat tidur panas malam itu.


TO BE CONTINUED...

Jangan Lupa Like and Comment nya ya...


Bond IN Bondage | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang