3 - Mistakes

125K 7.3K 1.6K
                                    

Erangan Jaemin makin menguat seiring dengan tamparan Jeno di bokongnya. Mulut Jaemin yang terisi oleh gagball membuatnya hanya bisa mengerang. Air matanya mengalir tak henti begitu pula salivanya yang jatuh di dagunya.

"Apa kau tahu salahmu?" Tanya Jeno menghentikan tamparannya.

Jaemin masih mencoba menahan isakan tangisannya dengan menggigit kuat gagball di mulutnya sebelum ia bisa menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Jeno. Ia tak tahu apa yang sudah ia perbuat hingga mendapat perlakuan seperti ini.

Bukan hanya perlakuan seperti ini, Jaemin bahkan masih bertanya kenapa ia bisa sampai ditempat seperti ini. Dimana Renjun? Apa yang sebenarnya terjadi hari itu? Kenapa Renjun tak menyelamatkannya? Apa yang dikatakan Jeno bahwa Renjun lah yang menyerahkannya itu benar? Begitu banyak pertanyaan di kepalanya.

Jaemin masih menolak untuk mempercayai bahwa semua ini adalah perbuatan Renjun. Dalam hati, ia masih berharap Renjun akan segera membawanya pergi dari tempat ini.

"Apa kau lupa bahwa kau adalah propertiku? Dan kau masih menggumamkan nama orang lain di depanku?" Seru Jeno dan menampar kuat pantat Jaemin yang terlapis oleh latex.

Jeno berjalan kedepan Jaemin yang terikat kemudian ia menyamakan tinggi kepalanya dengan Jaemin. Awalnya Jaemin tak percaya bahwa orang yang menahannya saat ini adalah Jeno, teman satu angkatannya, namun selama ini Jeno merupakan anak yang biasa-biasa saja di kampus.

Jeno dikampus hanya melakukan hal-hal biasa yang dilakukan oleh kebanyakan orang, ia bukan tipe mahasiswa yang mencolok. Sama seperti yang lain, ia bermain dengan teman-temannya, masuk kuliah, ikut ekstrakulikuler, ikut kepanitiaan dan hal-hal biasa lainnya. Tak akan ada yang percaya bagaimana wajah asli Jeno saat ini.

Jaemin menatap tajam pada Jeno di depannya. Sungguh ia membenci pria di depannya, orang yang telah memperlakukan dirinya seperti peliharaan dan orang yang memakai nama Renjun untuk mengalihkan kebenciannya.

"Aaah, tatapan itu... tatapan itu sangat membuatku bergairah, Jaemin-ah. Berhati-hatilah saat menatapku, aku mungkin makin ingin menghancurkanmu." Ucap Jeno dengan wajah seperti psikopat yang selama ini Jaemin bayangkan dengan mengelus halus permukaan wajahnya.

Jeno kemudian melihat jam tangannya, ia sedikit berdecak lidah mengetahui bahwa ia tak punya waktu lain untuk bermain dengan mainan barunya.

"Aku harus pergi, selama itu cobalah refleksikan dirimu. Ketahui kesalahanmu dan jangan sungkan untuk menyerahkan diri padaku seutuhnya. Aku akan meninggalkanmu dengan ini, agar kau tidak bosan." Ucap Jeno sambil menunjukk sebuah mesin.

Jaemin menatap horoh pada mesin itu dan segera menggelengkan kepalanya mengatakan bahwa ia tidak menginginkan hal itu. Ia ingin memohon namun mulutnya tak bisa mengeluarkan kata yang ingin ia ucapkan.

Jeno memposisikan mesin itu ditempatnya, saat ia mulai menyalakannya. Jaemin mulai meronta agar benda itu dijauhkan darinya namun apa daya, dirinya terikat sepenuhnya.

"Ssshhh.. Tenanglah, ini agar lubangmu terbiasa dan kau pun juga akan menikmatinya." Ujar Jeno kembali ke hadapan Jaemin dan memasangkan topeng karet yang terbuat dari bahan latex ketat.

" Ujar Jeno kembali ke hadapan Jaemin dan memasangkan topeng karet yang terbuat dari bahan latex ketat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continued..

Pliss, siapapun yang ngga suka sama cerita kek gini, gak usah nyusahin orang.. Gak suka yaudah gak usah baca!!

Bond IN Bondage | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang