EMPATBELAS

33.1K 1.2K 37
                                    


Happy reading....

Saatnya untuk pergi meninggalkan rumah tercinta. Viona diam merenungi sebuah kenyataan bahwa ia harus segera pergi dari sisi kedua orang tuanya. Kemarahan aminah dengan raut wajah menyeramkan juga tidak akan viona dapatkan, itu hanya akan membuat viona dilanda kerinduan. Menghela napasnya yang kini mulai terasa sesak, viona menatap tasnya yang ia simpan didepan lemari. Berapa lama lagi ia akan kembali ketempat ini?

" hati-hati dijalan, nak. Cepat pulang ya, bapak masih kangen sama kamu loh " ucap andra.

" hmm " vio hanya berdehem sebagai jawaban.

" ibuk gak mau ngomong apa gitu sama viona, kan dia udah mau pergi loh? " tanya ilham beralih pada aminah yang hanya diam saja seolah kepergian viona sama sekali bukan apa-apa baginya.

" hmm, hati-hati dijalan " hanya itu saja yang diucapkan oleh aminah.

" kamu disana jangan nakal. Mending kawin aja sekalian, calon kan udah ada kok malah dianggurin? " ilham kini angkat bicara, dan yang diucapkannya itu tidak lain hanya untuk meledek viona.

" diam, jomblo!!! " balas vio.

******

Didalam sebuah kamar apartemennya, yang lebih tepatnya milik aura. Viona segera merebahkan tubuhnya merasakan kelelahan yang begitu luar biasa menguasai dirinya. Saat ini benaknya terlalu banyak berpikir hal-hal yang seharusnya tidak ia pikirkan secara berlebihan. Namun, ia tidak bisa tenang jika andrian masih berada disekitarnya.

Sedangkan urusanya dengan pria itu tidak akan selesai hanya dengan sekali kedipan mata, butuh berjuta-juta kedipan mata untuk urusanya bisa segera selesai. Itu bukanlah waktu yang sebentar.

" baru pulang, gimana disana? "

" yaa begitulah.. "

" lo tau gak mak, andrian itu nekat banget bicara sama ibuk dan bapak kalau dia itu beneran mau nikahin gue! "

" hmm, terus? Orang tua lo restuin gak? " ucap aura sambil mengelus wajah viona. " sepertinya lo capek banget deh, "

" kalau bapak sih mau aja, ibuk? Belum tau pikirannya saat ini apa. Yang jelas gue itu belum mau nikah au, apalagi sama dia! " jelas vio.

" iya, gue paham. Ya udah, sekarang lo mandi dulu ya. Habis itu makan, terus tidur biar tuh raga bisa terkumpul semua. "

" aura? " panggil vio.

" iya? "

" thanks ya, udah mau kenal sama gue. Bahkan udah mau jadi teman gue, yaa walaupun sikap gue yang kayak gini, keras kepala. Tapi lo masih mau nampung gue disini, di jakarta. Intinya makasih banyak ya. Maaf kalau selama ini gue itu belum bisa balas semua kebikan lo ke gue, dan bahkan gue yang selalu nyusahin lo " ucap viona, seraya mengenggam hangat tangan aura.

" gak papa kali vio, gue mah gak butuh balasan apapun. Karena gue itu tau kalau suatu saat nanti pasti tuhan akan membalasnya. " ucap aura sambil tersenyum.

" dan, lo itu sama sekali gak nyusahin gue kok. Gue bangga bisa kenal sama lo, karena lo itu gue sekarang tau apa artinya seorang teman. Eh, bukan hanya sekedar teman biasa. Sahabat, iya sahabat. Lo itu bukan cuma hanya sekedar teman atau bahkan sahabat buat gue, tapi... Gue udah anggap lo itu kayak saudara sendiri. Lo selalu nguatin gue disaat gue lemah, apalagi disaat gue sedang galau karena cinta lo juga selalu ada buat gue dan mencoba menghibur. " sambungnya lagi, dan kemudian mereka berpelukan.

Setelah melepas pelukan " sstt.. Udah, jangan pada sedih gini dong. Gue mau buat makanan dulu ya, sana lo buruan mandi " ucap aura.

" iye mak, bawel amat elah.. "

Sejatinya tidak ada kecocokan diantara mereka, viona dan andrian. Sangat bertolak belakang, namun bukan berarti bisa untuk disandingkan atau disatukan. Hanya waktu dan komunikasilah yang bisa membantu mereka saat ini.

Diri mereka sendiri yang terlalu sibuk memikirkan hal-hal yang tidak perlu tanpa mau mencari tahu dulu apa yang sedang terjadi diantara mereka saat ini.

" serius lo?? " dengan antusias aura bertanya pada vio.

" ya serius gue. Tapi gimana mulainya ya?? Gue pikir cowok yang umurnya udah banyak kayak ia bakalan sama kayak cowok zaman sekarang, palingan gombalannya udah basi. Menurut lo gimana mak? "

" ya gak papa sih. Dia aja masih kelihatan enak loh, umur 30an itu bukanlah suatu hal yang nyeremin. Malah gemesin loh, lo coba aja bayangin deh cowok yang umur segitu tuh kalau diibaratkan buah mangga yang lagi mateng-matengnya tuh, uuhh bikin ngiler deh " ucap aura.

" ya kalau buah mangga harum manis, iya matengnya mantap. Kalau mangga yang asem mah sama aja mau mateng atau sampai busuk juga tetap asem. "

" lagian lo itu kenapa sih tiba-tiba ngebahas ini? Bukannya istirahat juga! Pakai mikirin jadi janda lagi, tau jadi juga kagak udah kayak mau kawin besok aja "

Viona terdiam, menatap aura dalam beberapa saat lalu kemudian berkedip dengan cepat dan meringgis. Diangkatnya tangan yang sejak tadi ia simpan dibawah meja, terdapat sebuah cincin yang melingkar dijari manisnya.

Viona menatap sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya, tidak percaya bahwa secara tidak langsung ia telah membukakan pintu dengan lebar pada andrian. Pilihan untuk menerima andrian bukanlah sebuah hal yang sangat mengerikan. Akan tetapi bayangan hidup bersama andrian sungguh berada diluar keinginan viona. Berkali-kali ia katakan bahwa ia masih mencintai alam kebebasan, tidak mau untuk mengorbankan kebebasannya yang begitu berharga demi sebuah ikatan yang rumit seperti pernikahan.

Merebahkan tubuhnya dengan perasaan lelah, kini viona meraih ponselnya lalu membuka kamera dan mengarahkannya pada tanganya yang ia angkat. Memang cincin itu tidak telalu buruk tersemat dijarinya. Ia tergelak akan pikirannya yang mengenai cincin itu, dan entah apa yang terjadi secara tiba-tiba viona membuka sebuah pesan dan melihat isi percakapannya dengan andrian yang terakhir kalinya, seminggu yang lalu mungkin.

Tidak ada yang spesial hanya percakapan kaku nan dingin yang andrian berikan. Terkadang jika diingat-ingat perbuatan viona yang begitu jahat kepadanya telah membuat ia kini merasa bersalah. Viona tertawa kecil ketika menemukan isi percakapan yang mungkin begitu konyol menurutnya.

*******

Di dalam sebuah ruangan kantor yang ber AC, andrian kini merasa kegerahan tatkala mengingat bagaimana ia melamar viona yang tanpa ia rencanakan. Memang ia ingin segera menghalalkan viona, namun tidak secepat itu pula dan tanpa perencanaan lagi.

Dia teringat bagaimana kejadian kemarin yang secara mendadak berubah menjadi proses lamaran. Pasalnya, andrian sudah akan menyiapkan serangkaian hal romantis yang akan ia lakukan nanti ketika akan melamar viona. Meski ia bukanlah seorang pria yang mau menguras otak untuk memikirkan hal semacam itu. Untuk alasan viona akhirnya mau menerima cincin pemberian darinya, andrian yang pada akhirnya bisa bernapas lega. Meski lamarannya yang sempat gagal karena tidak berkelas. Dan andrian sendiri tahu bahwa sekarang viona sudah mulai menerima untuk menjadi wanitanya. Hanya beberapa langkah lagi untuk menuju halal.










Maaf typo.
#makasih,😊

BabySitter Is Mother Of My Son [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang