Setelah kejadian satu minggu kemarin Azalea, sudah memutuskan untuk tidak lagi pergi ke sekolah, dia tidak berani lagi. Lea, sangat trauma dengan kejadian kemarin yang dia hadapi, gadis sekecil dia dikurung dalam ruangan sepi dan baru di buka pas subuh saat pak Sarman membersihkan gudang sebelah ruangan itu.
“Hiks, aku takut.” Lea, masih menangis ketakutan mengingat semua temannya yang telah membully dirinya. Tampilan Lea pun sudah berubah, wajahnya yang terlihat segar dan semangat setiap hari sekarang telah lusuh dan kucel. Tidak ada senyum yang semangat diwajahnya yang ada ketakutan.
“Kamu masih gak mau ke sekolah Lea?” tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang masih begitu cantik di usianya yang tidak lagi muda menghampiri Lea, dan duduk di samping ranjang Lea, dia adalah ibunya Merisa. Merisa kemudian mengelus lembut kepala anaknya dengan sayang.
“Masih mau di rumah?” tanyanya lagi.
Namun. Lea masih tidak mau menjawab pertanyaan ibunya. Lea, tentu sangat marah kepada ibunya, bagaimana dia tidak marah terhadap ibunya, semua itu karna ibunya yang penganut hitam dari kepercayaannya terhadap dukun.
“Kamu tetap gak mau sekolah? Ya, sudahlah tidak mengapa lagian juga kamu hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan, tidurlah bulan depan kamu akan masuk ke lingkungan baru. “ Setelah mengucapkan itu ibunya lalu pergi meninggalkan Lea, di kamarnya. Namun, sebelum ibunya beranjak Lea, langsung menarik tangannya mencegah ibunya untuk tidak pergi.
“Bu, aku tidak jadi sekolah di Merdika ya,” pintanya kepada Merisa.
“Kenapa? Bukannya kamu ingin sekali sekolah di sana?” Tanya Merisa merasa bingung, karna dari dulu Lea, ingin sekali bersekolah di Merdika.
“Jika aku sekolah di sana, aku akan mengalami hal ini terus menerus, hiks ,” ucap Lea dengan air mata yang kembali mengalir di pipinya. Dia mengingat kembali kejadian seminggu lalu, betapa ketakutannya Lea, jika kejadian itu terulang kembali.
“Ya, sudah tidak mengapa kamu pilih lagi sekolah yang menurutmu bagus, ibu akan mengurus pendaftarannya.” Lea, hanya diam setelah mendengar ucapan ibunya.
Lea, terhanyut dalam pikirannya, dia bingung sekolah mana yang akan jadi tujuannya karna Lea, selalu memikirkan bisa bersekolah di Merdika. Hanya saja sekarang dia harus mengubur impiannya yang untuk bisa bersekolah di sana dan mendapat pacar dari salah satu cowok tampan di sana. Ya, dalam hal inipun Lea, masih sempat-sempatnya berpikir tentang pacar.
“Akh, sekolah mana yang harus aku pilih, aku ingin sekolah yang banyak cowok tampan dan populer, tapi selain Merdika aku tidak tahu lagi sekolah yang mana,” kesal Lea, pada dirinya sendiri yang kebingungan sekolah mana yang harus dia singgahi untuk menuntut ilmu dan mendapat pacar. Sungguh anak yang aneh.
“Aku harus cari sekolah yang elit dan populer,” ucapnya lagi sambil berpikir sekolah mana yang bagus.
Saat Lea, sedang asyik berpikir untuk memilih sekolah mana yang menurutnya bagus ponselnya berdering, sedikit keheranan tidak biasanya ponsel bagus keluaran terbaru itu berbunyi, dengan rasa penasaran Lea, bangkit dari tidurnya dan berjalan mengambil benda pipih berwarna merah di meja belajarnya. Tertera nama Zera myfriend, Lea, langsung menepuk jidatnya. Dia terlalu terhanyut dengan kesedihan dan terlalu lama menyendiri hingga melupakan bahwa masih ada satu orang sahabatnya yang selalu ada untuk dirinya.
Azalea, lalu menggeser warna hijau di ponselnya untuk menerima panggilan dari sahabatnya itu, “Halo Ze,” sapa Lea, kepada Zera dan kembali duduk di tepi kasur empuknya.
“Halo Za, kamu kenapa gak masuk sekolah, kamu masih memikirkan hal kemarin? Maaf ya Za, aku gak bisa bantu kamu kemarin, aku terlambat hingga membuat kamu trauma seperti ini, aku emang bukan sahabat yang baik Za, maaf ya Za.” Zera langsung nyerocos begitu saja di saat bertelevon dengan Azalea, membuat Lea, tersenyum terharu dengan kekhawatiran sahabatnya. Lea, beruntung memiliki Zera sahabatnya yang mau menerima dirinya apa adanya dan sudi mengakui dirinya sebagai sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Khayalan ✔️
RomanceTahapan Revisi :) Aku hanya menginginkan cinta di hidupku, entah cinta dari sahabat, teman dan seseorang yang sangat spesial. Namun, kenapa mereka menolakku, menolak untuk mendekat denganku ataupun mencintaiku, aku hanya ingin sedikit cinta...