Bab 19

18 4 0
                                    

Azalea melancarkan rencananya,  tepat jam dua belas malam ini dia keluar dari dalam kamarnya.  Berjalan mengendap-endap bak seorang maling,  sedikit menoleh ke sekitar tempatnya. Dia lalu membuka garansi tempat penyimpanan motor, beruntung sekali ibunya selalu mengoleksi beberapa motor keluaran terbaru.  Dia lalu mengambil kunci yang menggantung di dinding sampingnya,  tidak butuh waktu lama Azalea memilih untuk memakai motor metic warna putih yang membuatnya terpesona.

Dia lalu mendorong motor itu untuk menuju ke jalan raya,  sedikit kesusahan karna motor yang dia bawa lumayan berat.  Di tambah lagi jarak dari bagasi rumahnya ke pintu keluar sangat jauh.

“Is,  berat banget sih,” keluhnya sesekali menyeka keringat yang ada di keningnya,  keringat karna lelah mendorong motor dan juga keringat dingin takut ketahuan ibunya.

Beruntung saat melewati pos penjaga pintu gerbangnya,  satpam itu sedang tertidur lelap sekali. Azalea tersenyum menang dan segera mempercepat dorongannya.

Cih,  dasar tidak bertanggung jawab jadi pekerja,” omel Azalea setelah jauh dari kawasan rumahnya.

Gadis itu segera menaiki motornya dan berjalan mengikuti kata hatinya,  sedikit berbelok lalu lurus,  belok lagi.  Hanya itu yang dia lakukan,  membuatnya bingung  harus kemana dirinya pergi?

“Ih,  aku nau kemana ya?” gerutunya di perjalanan.

Gadis itu melihat sekitar tempatnya berada saat ini. Sudah hampir satu jam dia menelusuri jalanan, lalu dia berhenti di prempatan yang di sebelah kirinya tampak begitu gelap,  dari pada bagian lainnya.  Melihatnya pun pasti semua orang akan ketakutan,  tapi gadis itu malah ingin memasuki kawasan itu. Dia lalu mendongak ke atas melihat papan nama jalan yang akan dia pilih kali ini, tapi tulisan itu tampak buram di netra coklat milik Azalea. Tidak memusingkan hal itu gadis itu langsung menarik pedal gas belok kiri ke tempat gelap tersebut.

Pemandangan pertama yang dia lihat hanyalah tumbuh-tumbuhan yang sudah kering dan mati. Jalanan yang sangat kotor dan seram. Ya, keseraman itu baru dia rasakan saat sudah masuk seperempat kedalam jalan itu.

“Kok serem jalan apa sih ini?” Azalea mengusap tengkuknya merasa merinding dengan keadaan di sini,  sejak dia merasa ada yang mengawasinya.  Dia melihat hal-hal aneh di jalan itu, “Apa ini? Kenapa semua pohon ini tumbang dan tidak ada yang merawatnya? Kenapa berasa tidak ada kehidupan di sini?” Azalea bingung sendiri,  selama dia masuk kejalan ini dia tidak melihat satupun orang yang muncul, hanya ada udara dingin yang berembus tubuh rampingnya serta suara burung gagak yang memekik telinganya.

“Jalan apa ini?” tanyanya pada keheningan.

Gadis itu terus memasuki jalanan gelap tak berpenghuni itu,  dan dia baru tersadar bahwa sejak tadi dia tidak pernah bertemu belokan jalan, malah hanya berjalan lurus saja.  Keringat dingin mulai bercucuran di kening , gadis itu tersadar bahwa semua ini aneh. Semua yang berada di sini sangat aneh.

Sesaat motor yang dia kendarai tiba-tiba mati. Gadis itu kebingungan dia menstater ulang motornya,  tapi tetap motor itu mati tidak mau menyala.

Azalea menggigil ketakutan,  dia takut saat dia tenggelam dalam kegelapan jalan yang sangat aneh. Dia memeluk tubuhnya merasakan sangat dingin,  suara burung gagakpun Saling bersauttan memekik telinganya dan sangat sakit,  seakan suara itu menembus gendang telinganya.

“Akh,  stop!” teriknya di malam sunyi itu.

Tiba-tiba ada yang mencekam kaki kanannya membuat Azalea memekik kaget.   Dia lalu langsung menunduk ke bawah, ternyata hanya sebatang ranting yang melingkar di kakinya.  Gadis itu lalu menghembuskan napas lega. Namun, saat dia hendak mengangkat kepalanya gadis itu nampak berpikir, “Dari mana ada ranting yang menempel di kakiku,  jalan ini dengan jarak pohon lumayan jauh? Lalu?” saat hendak menoleh, matanya langsung bertatapan dengan mata merah darah yang begitu menghipnotis. 

Sosok mata merah,  bertubuh besar dan memiliki gigi runcing hingga keluar dari mulutnya.  Bau tak sedap menguar seketika.  Napasnya memburu seketika,  jantungnya berdebar dua kali lipat, perutnya beraduk ingin memuntahkan semua isinya.

“Akh....!” teriak Azalea langsung turun dari motornya.

Namun,  saat hendak ingin berlari ternyata ranting pohon itu mengikatnya kuat hingga dia tidak dapat berlari dan malah terjatuh.

Azalea menangis ketakutan dia begitu takut dengan sosok itu,  mata merah yang menatapnya seolah tatapan nafsu lapar.  Tubuh Azalea bergetar hebat kala sosok itu berjalan mendekat kepada Azalea.

Sekuat tenaga Azalea melepaskan ranting pohon yang mengikatnya agar dia bisa leluasa melarikan diri. Namun,  bukan malah lepas ranting pohon itu malah semakin erat mengikat kaki kanan gadis itu. Tiba-tiba saat sosok itu menyeringai semakin erat kepadanya ranting itu menariknya kebelakang,  dia tertidur tertarik ranting pohon itu begitu cepat.  Azalea menjerit takut,  dia tak jarang terbentur dengan pohon-pohon yang berserakan.

“Tolong! Berhenti!” teriaknya begitu kencang.

Entah kemana ranting pohon itu membawanya membuat Azalea semakin ketakutan.  Tubuhnya sudah sangat lemas karna takut dan juga lelah.  Sedikit memegang kepalanya ternyata ada darah yang merembes keluar mungkin itu karna gesekan dari batu-batu yang dia lewati. Membuatnya menangis frustrasi.

“Berhenti!” kakinya menendang-nendang tak jelas karna berusaha untuk melepaskan diri.

Tepat saat itu,  tubuhnya terangkat sendiri saat sampai di depan sebuah pohon besar.  Seakan ada yang menarik tubuhnya mendekat pada pohon itu dan bersandar. Lalu semua ranting yang berada di sana berjalan mengikat tubuhnya melingkar pada pohon besar yang begitu aneh.

Mata Azalea terus mengeluarkan air mata.  Dia lalu mendongak melihat keatas pohon, betapa kagetnya dia saat pemandangan mengerikan tersaji di depan mata telanjangnya langsung.

“Akh....!”

Semua mayat wanita tergantung bebas di atas,  ada yang tertusuk ranting yang runcing di bagian perutnya,  ada juga yang mati tercekik ranting pohon itu dan ada yang seolah gantung diri.

Sekuat tenaga gadis itu berusaha melepaskan diri dari semua batang ranting yang mengikat tubuhnya. Dia tidak ingin nasibnya begitu sama dengan semua orang yang berada di atasnya.

Tetapi saat dia berusaha melepaskan batang ranting itu tiba-tiba—

Bruuuugh

Mayat wanita dengan tangan yang hampir lepas jatuh di depannya membuat jantungnya hampir lepas.

“Akh,  aku mohon lepaskan aku!” teriak Azalea,  lalu pingsan begitu saja.

Gadis itu langsung pingsan karna sudah tidak kuat lagi. Beruntung jantungnya tidak melompat dan berlari meninggalkan raganya.

Di sini lain,  Merisa ibunya tengah bingung mencari putri semata wayangnya yang menghilang dari kamarnya. Dia merasa sangat ceroboh karna tidak bisa menjaga putrinya dengan baik.

“Di mana kamu nak?  Ibu khawatir sekali.” Terlihat jelas sorot cemas dari wanita paruh baya itu.

Firasatnya saat ini sangat tidak enak kepada putrinya,  dia takut terjadi sesuatu kepada Azalea.
“Kamu dimana nak,  jangan pergi jauh sayang.” Wanita itu tak kuasa menahan air mata yang jatuh di pipi cantiknya.

“Cari anakku sampai ketemu. Jika tidak!  Kalian akan aku bunuh satu-persatu.” Ancamnya kepada semua pelayan di rumah istana itu.

ODOC30#DAY 19
3 Mei 2020

Cinta Khayalan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang