Bab 25

13 1 0
                                    

Setelah dari pasar Azalia langsung memasak bahan-bahan yang dia beli di pasar Dia membuat sayur Capcay dan telur dadar titik makanan yang sangat ia sukai serta dia juga tak lupa membuat susu yang dia beli dari Indomaret saat dia pulang. Dengan ceria Azalea memasak semuanya juga melebihkan masakannya untuk seseorang yang akan pulang nanti malam titik rasanya memang tidak seenak Oki yang berada di rumahnya dulu namun Azalea membuatnya penuh dengan cinta. “ semoga saja Fero menyukai masakanku, "gumamnya di sela-sela memasak. Dengan telaten Azalea menyiapkan masakannya di meja makan lalu dirinya duduk di kursi depan dab memakan masakannya.

“Lumayan, tidak mengecewakan,” ujarnya lalu mulai menghabiskan masakannya.
Dengan lahap Azalea memakan masakannya dan menyelesaikannya dengan waktu cukup singkat. Di rasa sudah selesai,  gadis itu lalu membereskan semua sisa onar saat memasak.

“Huff,  sangat lelah,” keluhnya saat sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Gadis itu lalu membersihkan kembali dirinya,  padahal jam masih menunjukkan pukul dua belas siang, karna bosan gadis itu lebih memilih untuk mandi saja.

Setelah selesai dia berbaring di sofa lantai bawah,  pikirannya melayang mengingat ibunya yang saat ini sendirian.  Sebenci-bencinya gadis itu dia masih menyayangi ibunya dan masih peduli.

“Ibu,  aku merindukanmu.” Tak terasa air matanya jatuh kala mengucapkan hal itu,  dia sangat rindu di manja oleh ibunya. Meski dalam keadaan mereka bertengkar ibunya tidak pernah lelah memanjakan dirinya,  tapi sekarang dia meninggalkan ibunya sendiri.

“Akh!” Azalea menjerit kaget karna sesuatu tiba-tiba menyentuh pundaknya. Atmosfer di sekitarnya pun berubah menjadi dingin menyelimuti tubuhnya.

“Si ... apa?  Siapa di sana?” dia bertanya dalam keheningan rumah yang sunyi.  Hanya ada dirinya sendiri.  Gadis itu tak berani menolehkan kepalanya ke belakang takut hanya itu yang dia rasakan, sangat takut.

Braaaak.

Dorongan keras pintu belakang di dapur sukses membuat jantungnya hampir copot. Dia sangat ketakutan, tubuhnya bergetar hebat tapi dia juga merasa ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Dengan langkah pelan gadis itu berjalan mendekati dapur untuk mengecek keadaan di sana,”Siapa?” tanyanya takut.

Prang...

Suara panci sekali lagi membuatnya hampir berlari, dengan diam dan pengamatan yang sangat teliti dia melihat seekor kucing tengah menjilati telur dadarnya yang dia simpan di atas meja. “Akh,  ternyata cuman kucing, pus-pus-pus sini aku beri kamu nasi juga biar kenyang.” Azalea menggendong kucing kecil itu dan mengelusnya lembut memberikan dia perhatian yang lebih, lalu membawanya menuju taman belakang di rumah.  Namun,  dia kurang memperhatikan sekitar kegelapan yang tengah menyeringai dengan mata merah.  Sosok yang akan terus memperhatikan dirinya di rumah itu.

“Kamu makan yang banyak biar cepat besar ya,” ujarnya berbicara kepada kucing putih yang hanya membalas dengan meongan kecil.

Azalea sangat senang bermain dengan kucing hingga dia membuat kucing itu patuh dengan suaranya,  gadis itu berlarian dengan kucing putih yang mengejarnya di belakang.  Membuatnya tertawa terpingkal-pingkal.  Kucing itu gemas dengan menarik-narik rok Azalea yang sebatas mata kakinya.

“Hahahaha,  kamu sangat lucu.” Gadis itu menggendong kucingnya untuk masuk ke dalam rumah karna sinar jingga telah bertahta di langit.

Dia lalu membersihkan diri bersama kucingnya yang saat tersiram air dingin langsung berlarian di dalam kamar mandi,  Berbagai cakaran di tangan Azalea dapatkan tapi bukannya mengadu sakit dan marah gadis itu malah tersenyum dan semakin gemas.

Dia lalu keluar dan memakai pakaiannya,  tentu pakaian kebesaran milik lemari coklat tua di kamar itu. “Saatnya menunggu tuan rumah pulang,” gumamnya senang.

Dia lalu merebahkan diri bersama kucing putih untuk menidurkannya, “Kasihan kamu seharian berlarian pasti lelah,  ayo tidurlah,” ujarnya lalu mulai mengusap tubuh kucing itu.

^^^CH^^^

Seorang wanita paruh baya tengah melamun dengan keadaan memeluk bingkai foto gadis yang mirip dengannya. Air matanya jatuh dari mata indah bernetra coklat. Tidak ada lagi yang dapat meremukkan hati dan perasaannya kecuali rindu pada sang buah hati yang telah menghilang.

“Kamu di mana nak? Ibu merindukanmu.” Air matanya jatuh, dia begitu tersiksa mencari sang anak,  tersiksa menahan rindu. Dia sangat menyayangi putrinya dan tak ingin kehilangan putrinya seperti saat ini.

“ Maafkan ibu,” ucapnya lagi dan terus menangis. Sudah beberapa hari ini dia hanya menangis terus menerus tanpa mau berhenti, keadaannya pun cukup terbilang sangat berantakan, mata sembab dengan tataan rambut yang tak beraturan dan sudah beberapa hari semenjak putrinya hilang dia sudah tak membersihkan dirinya lagi.

“Cepat pulang Azalea.”

^^^CH^^^


Azalea ikut terlelap bersama kucingnya, tapi dia di kejutkan dengan gedoran rumah yang keras. Gadis itu mencoba mengabaikan suara itu dan memilih untuk berdiam diri saja.

“Aku tidak peduli denganmu,” ucapnya lalu kembali memejamkan mata. Sekitar sepuluh menit kucing di sampingnya meraung,  dia meraung begitu keras membuat Azalea kaget dan segera bangun dari tidurnya.

“Kucing siapa?”
Tiba-tiba suara seseorang mengagetkannya,  dia lalu berbalik badan dan tersenyum menatap laki-laki tampan yang dia tunggu.

“Bawa dia keluar,” Perintah tegas Fero membuat Azalea menegang karna takut,  tuan rumahnya tidak menyukai kucing dan bagaimana bisa dirinya membawa seekor kucing tanpa bertanya terlebih dahulu? Azalea langsung menggendong kucingnya dan keluar. Tidak, tidak!  Azalea tidak turun ke lantai bawah dia hanya menaruh kucingnya di depan pintu dan menutupnya kembali,  ada sedikit rasa tak tega di hati Azalea.  Namun,  apa haknya dia hanya tamu.

Fero lalu keluar dari kamar mandi dan menghampiri Azalea yang tengah murung karna meninggalkan kucing itu di luar.

“Udah jangan sedih besok kamu masih bisa bermain dengannya, tapi jika malam jangan kamu taruh di kamar ini ya,” ucap Fero lembut menenangkan gadis di hadapannya.  Azalea tersenyum senang,  dengan manja dia melingkarkan lengannya di pinggang Fero yang tengah berdiri di depannya. Membuat laki-laki itu tersenyum senang.

“Aku lihat ada sepeda listrik di depan,” ucap Fero menangkup wajah Azalea. Sedangkan gadis itu hanya menganggukkan kepala.

“Bagaimana kalo kita jalan-jalan?”

Tentu dengan antusias Azalea mengangguk setuju. Fero lalu mengambil jaket yang tersimpan di lemari coklat, dan memakaikannya kepada Azalea.

“Yuk jalan,” ajaknya menggenggam tangan Azalea keluar dari kamar.

Setelah menutup pintu Fero menaiki sepeda listrik yang sangat kecil dengan tubuh gagah laki-laki itu. Azalea lantas tertawa melihat itu semua.

“Sepedanya cukup kecil,  sudah tak apalah ayo naik,” ajaknya yang melihat gadis itu masih diam dengan tawanya.

Azalea lantas naik dan melingkar kan tangannya berpegangan. Sepanjang perjalanan hanya sepi dan sunyi tapi mampu membuat keduanya berbunga-bunga penuh cinta.

“Lea I love You,” tiba-tiba kata itu terucap dari bibir Fero di tengah kesunyian, membuat gadis di belakangnya tersipu malu.

“I Love You Too, Fero.”

Mereka berdua lalu tersenyum senang dan Fero dengan aksi gilanya dia berteriak “Azalea,  aku mencintaimu!”

ODOC30 # DAY 25

Cinta Khayalan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang