Bab 9

28 7 1
                                    

“Iya,  aku sama denganmu.” Ucapan itu membuat Azalea sangat terkejut.

“Jadi?” tanya Azalea.

Revan menatap Azalea, dengan senyuman.  Laki-laki itu jelas tahu apa yang terlintas di pikiran gadis di sampingnya. Dia lalu mengusap rambut gadis itu dengan sayang, mencoba membuat gadisnya merasa tenang.

“Iya,  aku tahu kamu melihat sosok itu kemarin.”

Azalea,  tidak berkomentar kembali.  Dia sudah merasa cukup dengan penjelasan Revan, karna terlalu banyak memikirkan bagaimana Revan bisa memiliki kekuatan sama sepertinya akhirnya dia tertidur di mobil Revan.

Dua puluh menit perjalanan,  tiba-tiba sesuatu jatuh dari atas mobil yang di kendarai Revan.  Membuat kedua orang itu terkejut. Ada cairan kental berwarna merah tua mengalir ke kaca depan, Azalea yang terbangun langsung kaget melihat semua.  Mereka berdua lalu saling memandang bertanya-tanya apa yang jatuh di atas mobilnya.

“Ayo kita lihat,” ajak Revan,  kepada Azalea.

Terlihat jelas Revan sangat cemas dan juga takut. Mereka berdua lalu keluar dan berjalan ke depan mobil. Azalea sangat terkejut dengan apa yang dia lihat, matanya memanas dia terduduk tak bertenaga melihat seorang gadis memakai seragam yang terjatuh di atas mobil Revan. Gadis cantik yang selalu menemaninya di lingkungan baru.

“Salsa!” lirihnya.

Azalea,  masih tidak percaya semua dengan apa yang dia lihat. Bagaimana bisa ini terjadi baru saja dia merasakan bahagia mendapat teman , tapi ternyata temannya bukalah manusia melainkan arwah.  Lalu bagaimana bisa dia bicara di depan umum dengan arwah.
Dia kembali mengingat hal yang terjadi di sekolah,  semua orang memandangnya aneh ternyata benar dia di pandang aneh karna bicara dengan arwah.

Azalea menangis sedih, Iya mengingat kembali kenangan nya tertawa bersama dengan Salsa. Bahunya bergetar menandakan dia tengah menangis dengan sangat lirik, “ kenapa? Kenapa kamu seperti ini Salsa Apa yang terjadi padamu Salsa? Aku tidak menyangka bahwa selama ini, aku bersamamu yang telah tiada.”

Revan sudah mengerti hal ini akan terjadi, dia lalu mengingat hal yang terjadi di sekolah tadi pagi sebelum membawa Azalea ke tempat ini.

“Apa maumu kenapa kamu berkeliaran di sini, kamu tahu karnamu Lea di jauhi teman-temannya?” Revan menatap sangar cewek di depannya,  tapi yang di tatap malah memasang wajah sedih. Revan sangat bingung dengan maksud cewek itu.  Jelas dunia ini tidak layak untuknya.

“Aku ingin merasakan memiliki teman,” lirih cewek itu hampir tak terdengar oleh Revan.  Beruntungnya keadaan di gudang sekolah sepi.  Ya,  mereka sedang berada di gudang karna Revan yang mengajak cewek itu.

“Ini bukan duniamu!” tegas Revan, ingin membuat cewek di depannya itu mengerti bahwa ini bukan tempatnya lagi.

“Tau apa kamu ini bukan tempatku! Semua bebas di sini dan aku juga bebas tinggal di sini!”cewek itu mengamuk dia menjerit tapi seketika dia terdiam di depan Revan.

Revan merasa bingung dengan cewek di depannya banyak sekali tingkah yang cewek itu lalukan,  Revan yakin mungkin cewek di depannya,  tidak tahu kalo dirinya bisa melihat wajah asli yang dia tutupi.

“Kamu tahu Revan,  aku sangan ingin memiliki teman orang cantik dan ya, Azalea orangnya.” Ucapnya lagi setelah mengamuk di depan Revan.

“Sadarlah Salsa!  Sadar ini bukan tempatmu,”

Revan memegang bahu yang tak kasat mata itu,  mencoba membuat sosok yang tak terlihat orang lain mengerti bahwa dirinya bukan di sini tempatnya.

Salsapun merenung di hadapan Revan,  dia mengingat kembali kenangan buruk yang terjadi padanya.  Dari mulai terbuly di sekolahnya hingga kematiannya yang sangat menyedihkan.

Air matanya jatuh begitu saja,  dia mengingatnya dengan jelas kematiannya yang tragis hanya karna ingin mendapatkan teman dan malah melakukan hal berbahaya.

“Apa kamu mau,  hal itu terjadi pada Lea?”

Pertanyaan Revan membuatnya menggeleng cepat,  tidak!  Tentu saja tidak.  Dirinya tidak ada keinginan sedikitpun untuk membuat Azalea celaka. Dia sudah menyayangi Azalea dan telah menganggapnya sebagai seorang sahabat terbaik.

“Maka dari itu kembalilah pada tempatmu yang seharusnya.”

Tetesan air mata jatuh begitu saja saat mendengar kata itu dari Revan,  dia masih belum sanggup untuk pergi meninggalkan Azalea.

“Ikhlaskan Sal,  kamu akan menyakitinya Jika masih memaksakan untuk tinggal di sini bersamanya.”

Salsa mengangguk paham dengan apa yang di ucapkan Revan,  dia telah mengambil keputusan memang harus pergi dari kenyataan untuk meninggalkan dunia ini.

“Aku mau,  asal kamu juga mau mengambil jasadku yang tidak pernah di temukan orang.”

Revan terkejut,  dia tidak pernah membayangkan bahwa ternyata jasad Salsa tidak pernah di temukan.  Dia merasa prihatin dan juga sedih melihat keadaan Salsa,  ternyata nasibnya sangat buruk.

“Di mana?” tanya Revan kepada Salsa.

“Ajaklah Lea,  ke Jakarta di perjalanan kamu akan bertemu dengan jasadku, aku ingin Azalea tahu kalo aku sudah meninggal,”

Matanya terus mengeluarkan tetesan bening,  dia tidak pernah menyangka akan terjadi sepeti ini. Dia masih ingin terus bersama dengan Azalea,  tapi dia harus pergi demi sahabatnya baik-baik saja.

“Pergilah Revan, ajak Lea.” Salsa lalu  keluar dari gudang untuk kembali menemui Azalea.

Revan lalu memeluk Azalea,  yang sedang menangis tersedu-sedu menatap jasad dengan perut yang tertusuk runcing pohon.  Entah bagaimana bisa sahabatnya itu bisa berada di atas pohon dengan perut yang terluka begitu parah.

“Kak,  Salsa kak,” tangis lirih Azalea di dekapan Revan.

“Aku tahu Lea,  kamu ikhlaskan dia ya,  agar dia tenang.” Revan mengusap punggung Azalea,  dia ikut merasakan kesedihan yang di rasakan Azalea.

“Kak, bagaimana ini bisa terjadi kepada Salsa,” tanya Azalea dengan tersedu-sedu.

“Ini sudah takdir Lea, ayo kita antar Salsa ke rumahnya.” Ajak Revan,  lalu membantu Azalea berdiri.

Revan lalu menelvon Ambulans untuk mengurus jasad Salsa,  berbagai macam pertanyaan yang Revan dapatkan dari polisi yang ikut di sana.  Lalu setelah selesai mereka mengikuti mobil Ambulans untuk mengantar jasad Salsa.

Di perjalanan  menuju rumah Salsa, Azalea terus menangis lirih. Dua terus menatap jendela luar dengan air mata mengalir tidak ada hentinya. Dia begitu sedih dengan keadaan ini, baru saja dia merasa senang karna mendapat seorang sahabat yang sangat baik padanya.  Namun, kini semua nya telah hilang semua hanyalah tinggal bayang-bayang tak nyata.

Sungguh dia merasa  sangat sakit  karna kejadian ini,  napasnya terasa tersengal mengingat semua kenangannya.

Revanpun merasa sangat sedih melihat Azalea,  yang terus-terusan diam menatap keluar jendela. Dia merasa tidak ada gunanya dalam hal ini,  dia tidak bisa menghibur apalagi menenangkan Azalea.

“Lea,  udah ya,  kamu yang sabar.” Revan memegang tangan Azalea, mencoba membuat Azalea tenang dan berhenti menangis.

Tapi respon gadis di sebelahnya malah diam tak menjawab pertanyaan Revan, membuat laki-laki itu prihatin dengannya.

“Sejak kapan Salsa meninggal?” tanya Azalea, membuat Revan menoleh bingung.

ODOC30#DAY 9
23 April 2020
Vote and comment

Cinta Khayalan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang