Azalea tak menyangka ucapan ibunya, ternyata benar bahwa semua adalah ulah dari ibunya ternyata . Mengapa ibunya bisa sekejam itu apa salah mereka? Azalea menggeleng menegaskan bahwa memang ibunyalah yang sangat kejam tak memiliki hati.
“Dasar wanita tak punya hati!”
“Kau memang gila!”
“Apa ini semua tujuan hidupmu? Kau bahkan tak pantas di sebut sebagai seorang manusia! Kau kejam, kau iblis!” Azalea lantas menjerit begitu nyaring kepada ibunya, membuat Merisa berada dalam emosi yang sangat tinggi.
“Kamu kira semua ini untuk siapa, kehidupan kaya dan nyaman untuk siapa? Semua untukmu Lea, semua untuk anak yang selalu melawan ibunya. Ingat Lea kau telah durhaka kepada ibumu! Apa ini yang kau dapat dari tinggal berasama Fero di rumah busuk itu!” Merisa lantas ikut mencerca putrinya yang menurutnya sangat kurang ajar berani berteriak di depannya.
Mereka berdua sama-sama dalam keadaan yang sangat emosi, dua orang yang sangat mirip memandang dengan rasa kebencian yang semakin mendalam. Rasa benci yang memang tidak bisa mereka hilangkan saat ini, entah sang ibu juga sanga anak sama-sama berego tinggi.
“Apa Ibu pikir aku butuh uang? Aku butuh kemewahan? Tidak! Aku tidak membutuhkan semua ini! Aku ingin hidup damai Ibu! Semua kesalahan Ibu yang melakukan tapi mengapa aku yang harus menderita Ibu!” Azalea menangis tersedu-sedu mengucapakan semua kalimat itu.
“Aku hanya ingin cinta dan di cintai Ibu,” ucapnya kembali.
Merisa lantas memalingkan wajah melihat tubuh bergetar dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti. Dia rapuh, dia juga sedih melihat keadaan putrinya yang seperti saat ini di depannya.
Namun, semua telah di butakan oleh amarah yang menguasainya.
“Toh kamu menikmatinya kan?” tanya Merisa dengan nada yang amat santai.
Putrinya hanya menatap dirinya dengan bengis seolah tidak akan ada lagi maaf untuk sang ibu.
“Cih, kamu memang menjijikan!”
“Pembunuh!”
“Dan kamu pulang yang telah membuat Fero agar dia tetap menjadi budakmu melancarkan semua urusan tumbalmu kan?!” Akhirnya semua pertanyaan yang dia inginkan keluar dari mulutnya.
Tetapi siapa sangka bahwa Merisa tidak merasa bersalah sama sekali, justru dirinya tampak begitu tenang dengan kenyataan yang anaknya ketahui saat ini.
“Ya, ibu memang sudah membunuh satu keluarga William yang telah menolak kehadiranmu dulu, kenapa? Kamu merasa kejam hanya untuk ibumu? Kenapa bukan untuk keluarga mereka semua juga? Mereka kejam kepadamu dulu waktu kecil Lea. Mereka membenci ibu,” balas Merisa ikut meneteskan air mata mengingat semua kejadian sewaktu dulu dirinya di hina oleh semua orang termasuk William.
“Ibu egois....”
“Aku membencimu Bu, sangat!” teriak gadis itu terduduk di lantai dengan tangisan yang sedari tadi tidak ada hentinya.
“Ibu melakukan semua ini demi kamu Lea!”
“Tidak! Semua ini adalah kemauanmu sendiri Ibu, semua kemauanmu untuk balas dendam bukan aku!”
Semua yang berada di dunia tidak selalu tentang uang, dan kecantikan bahkan Azalea sangat membenci dua hal itu karna dirinya hanya butuh cinta dan seorang teman yang menyayangi dirinya. Namun, mengapa ibunya tidak mengerti sama sekali. Mengapa ibunya sangat egois.
“Semua ini pasti karna pengaruh Fero terhadapmu, Pak cepat lakukan matra memusnahkan arwah itu,” perintah Merisa Kepada bapak yang selalu menjadi panutannya dalam ilmu hitam ini.
Azalea lantas menggeleng mendengar perkataan ibunya yang begitu kejam, dia lantas bangun dari duduknya dan berdiri di depan ibunya.
“Tolong jangan sakiti Fero,” Azalea memohon untuk menghentikan semua hal yang akan mereka lakukan pada kekasih yang masih sangat dia cintai.
Tetapi memang Merisa berwatakkah keras dia memang tidak akan peduli dengan Semua orang termasuk anaknya.
“Sekarang kamu tidak akan lagi mengingat Fero dan akan menjadi putri kecilku yang penurut.” Merisa lantas mengelus puncak rambutnya.
“Berhenti Bu, kamu menyakitinya,” ucap Azalea dengan suara yang nyaris habis karna berteriak terus-menerus.
“Ibu tidak peduli Lea, dia pengaruh buruk untukmu!” Merisa lantas membalikan badan menuju sang bapak. Dengan meninggakkan Azalea yang masih tidak dapat bergerak apapun saat kekasihnya yang dia cintai akan pergi.
Sekelebat pikiran hadir di benaknya, lantas gadis itu langsung berdiri untuk melancarkan idenya yang dia sempat terpikirkan.
“Baik, lakukanlah Ibu.” Azalea lantas langsung berlari keluar rumah dengan sebegitu cepat. Sembari menangis dengan sangat deras mengingat semua kenangan hidupnya, sedari kecil hingga saat ini. Semua sahabat dan seseorang yang dia cinta.
“Aku sudah tidak kuat Ibu, aku hanya ingin cinta.” Ucapnya tersedu-sedu.
“Maafkan aku Ibu, aku lebih memilih pergi. Aku tak mau hidup dengan orang yang sangat egois sepertimu Bu.”
Tiba-tiba di depan jembatan yang di bawahnya mengalir begitu deras. Lantas dia menarik napas dan berpikir lagi tentang apa yang ingin dia lakukan. “Kau ingin berdua denganku di surga dengan cinta? Matilah bersamaku Lea.” Bisikan suara Fero yang begitu terdengar lirih di telinganya membuatnya sedikit merasa yakin dengan pilihannya.
“Aku hanya mau cinta Fero dan selamanya akan mencintai dirinya.” Dengan begitu berani gadis yang saat ini telah berumur tujuh belas tahun berada tepat di tengah jembatan luas itu. Dia lantas berjalan menuju pagar pembatas dan menaikan kakinya dan berdiri di pinggir pagar . Banyak orang yang meneriaki dirinya tapi rasanya percuma.
“Jika ini aku bisa bahagia dengan cinta, maka aku rela.” Ucapanya dalam hati.
“Aku mencintaimu Fero,” ucapanya sebelum akhirnya—
Byuuur
“Akh!”
Gadis itu melompat ke bawah jembatan yang terdapat aliran air yang sangat deras, semua orang lantas langsung melihat tidak ada tanda dia muncul. Semua sangat histeris melihat gadis tujuh belas tahun berani bunuh diri.
Sudah tiga jam akhirnya Tim Sar menemukan mayat gadis cantik yang telah memucat di dalam air. Lantas mereka langsung mengambil barang identitas sang korban dengan nama Azalea Putri , lantas merekapun menghubungi nomor rumah yang gadus.
Kring-kring-kring
Merisa lantas mengambil telfon rumah yang berdering mengganggunya melakukan pemusnaan terhadap Fero. Lantas dengan kesal dia menerima panggilan.
“Kepada saudari Merisa, ibu dari saudari Azalea Putri benar?” tanya seseorang yang berada di sebrang sana.
“Iya benar. Ada apa?”
“Putri ibu meninggal dunia melompat dari jembatan, mohon untuk segera datang ke TKP.”
Bagai di sambar petir ternyata putri yang baru saja berbicara dengannya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Badannya begitu lemas dan oksigen di sekitarnya terasa menghilang
Dia menangis tersedu-sedu sembari meneriakki nama putrinya dan tanpa menunggu lama dia lantas langsung pergi melihat putrinya.
Ibu mana yang takkan sedih kehilangan sang putri tercinta, Merisapun sangat sedih dengan semuanya.
^Cinta hayalan ^
Tibalah dia, di depan jasad yang telah tebujur kaku dengan wajah pucat, tak bernapas. Merisa membekap mulutnya tidak percaya bahwa putrinya telah tiada.
“Bangun sayang, bangun!”
“Azalea bangun ibu suruh!”
Dia lantas menggerakkan tubuh beku yang tak bernapas, air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Apa gunanya sekarang dia hidup jika putrinya telah pergi.
“Ini semua karmamu,” suara tanpa wujud terdengar di telinganya, dia tahu jelas suara itu dan lalu menyesali semua perbuatannya.
Tapi bukankah itu terlambat?
“Aku tahu aku bersalah, tapi kenapa harus putriku? Mengapa?” tanyanya di dalam batin.
“Ibu menyesal Lea,” suarnya terdengar serak dan memeluk putrinya untuk terakhir kali.
End.... ^_^
Alhamdulillah bisa menyelesaikan kan tantangan ini dengan banyak sekali godaan saat menulis, tapi hamba senang dapat menyelesaikan semua ini.
Salam sayang WaWa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Khayalan ✔️
RomanceTahapan Revisi :) Aku hanya menginginkan cinta di hidupku, entah cinta dari sahabat, teman dan seseorang yang sangat spesial. Namun, kenapa mereka menolakku, menolak untuk mendekat denganku ataupun mencintaiku, aku hanya ingin sedikit cinta...