Bab 3

57 8 4
                                    

Hari ini adalah pengumuman kelulusan kelas sembilan di SMP Garuda. sekolah tempat Azalea, menuntut ilmu di sana.  Dan hari ini juga Azalea, pergi sekolah untuk mendengar hasil kelulusannya. Azalea,  pergi dengan di antar sopir keluarga karna memang Azalea,  sekarang tidak di perbolehkan untuk berangkat ke sekolah sendiri oleh ibunya dan Azalea, juga tidak berkomentar untuk masalah ini.

Sesampainya di sekolah Azalea, langsung di sambut pelukan hangat dari sahabatnya Zera. Mereka akhirnya mereka  berjalan bersama menuju kelas mereka bersama. Setelah di dalam kelas semua orang melihat Azalea,  dengan pandangan aneh.  Namun, Azalea kini memilih untuk tidak peduli lagi dengan mereka semua.  Azalea,  ingin menjadi seseorang yang kuat dan bisa melawan mereka,  gar dirinya tidak lagi di tindas semena-mena. Di akhir masanya bersekolah Azalea,  ingin menunjukkan ketegarannya kepada semua orang yang membullynya.

“Liat ...  si Lea,  masih berani ya, berjalan seperti orang cantik gitu,” sindir teman sekelasnya.

“Iya,  masih berani dia tampil seperti itu, “ sahut yang lain sedang berkelompok membicarakan Azalea.

Namun,  Azalea, tidak akan berkomentar maupun menunduk malu dan sedih. Dia menegapkan kepalanya dan berjalan tanpa rasa takut. Tentu semua orang semakin kesal melihat sifat Azalea, seperti itu.

Azalea,  duduk di tempat duduknya bersama Zera.  Mereka lalu bercerita tentang banyak hal dan tertawa mendengar hal lucu dari temannya. Sesaat terdengar siaran dari kepala sekolah.

“Anak-anak hasil kelulusan bisa kalian lihat di mading,  lantai tiga di depan ruang guru.” Begitulah suara yang terdengar oleh semua orang di sekolah. Mereka pun langsung berlarian menuju lantai tiga untuk melihat hasil dari perjuangannya untuk mendapatkan kelulusan yang memuaskan, tak terkecuali Azalea, diapun dan Zera ikut berlarian kecil ke lantai atas. Namun,  ada perasaan tidak enak saat dia menginjak anak tangga terakhir di lantai tiga, dia merasa ada sesuatu yang mengikutinya tapi dia tidak tahu apa.

“Za, kamu tunggu sini ya,  aku yang akan menyelonong melihat nama kita,” ucap Zera,  dan mulai menyelonong di kerumunan anak-anak lainnya.  Azalea,  masih diam dia mencoba mencari tahu tentang perasaan yang mengganggunya.  Azalea,  melihat pembatas pagar yang terbuat dari besi,  matanya fokus melihat pembatas itu dengan bergantian menatap Zera.

Entah apa yang membuat Azalea,  begitu khawatir terhadap Zera,  dia lalu mengingat perkataan ibunya tadi malam, “Jika kamu tidak ingin menjauh biar takdir yang menjauhkan kalian.” Perkataan ibunya teriang terus di telinganya.

Sesaat Azalea, mendengar bisikan halus di telinganya, “Mati.” bisikan tegas tapi terdengar samar di telinga Azalea, membuatnya merinding dengan arti bisikan itu, dia bingung bisikan dari siapa sedangkan dirinya hanya berdiri di depan tangga seorang diri. Azalea, begitu bingung dengan apa arti kata mati, di telinganya. Dia melamun dengan semua hal yang berkecamuk di pikirannya.

Azalea, lalu memperhatikan Zera kembali. Dia mengawasi setiap gerakan Zera, yang berada di tengah kerumunan teman-teman sekelasnya. Teriak haru penuh bahagia terdengar di telinga Azalea, diapun ikut tersenyum melihat salah satu temannya lulus.  Tiba-tiba, terdengar teriakan Zera yang membuat Azalea memfokuskan menatap sahabatnya itu.

“Akh,  Za kita lulus!” teriak penuh bahagia dari Zera.
Zera pun berlari dari kerumunan yang menjepit tubuh mungilnya. Namun, ada sosok bayangan yang Azalea,  lihat tengah berada di belakang Zera. Saat Zera lolos dari kerumunan anak-anak lainnya ada sosok tangan yang mendorongnya dan tubuh Zera, terhuyung ke belakang hingga ke pembatas pagar. Seolah takdir yang tertulis pagar besi itu roboh tertimpa tubuh Zera. Gadis kecil itu terlempar begitu saja dan menjerit.

“Akh .... Tolong!” jerit lengkingan Zera, sebelum akhirnya dia terjatuh dari lantai tiga di sekolahnya.

Jeritan histeris dari semua siswa-siswi terdengar ketakutan, mereka semua menangis dan begitu syok melihat pemandangan yang tak seharusnya anak di usia seperti mereka melihat kejadian mengenaskan yang di alami Zera.

Semua anak yang berada di lantai tiga langsung turun untuk melihat keadaan Zera, yang baru saja terjatuh. Keadaan Zera, pun sangat mengenaskan. Tubuh putihnya yang lembut mengeluarkan darah, karna tertusuk kawat pada pagar pembatas yang berada di bawahnya. Kepala Zera, pun pecah hingga bagian otak belakangnya terlihat,  darah mengalir dari mulut,  hidung dan juga telinga Zera. Gadis yang memiliki wangi khas stroberi kini yang tercium hanya wangi amis dari darah yang memenuhi di tubuhnya.

Azalea, masih mematung berada di lantai tiga.  Dia masih memperhatikan sosok putih yang telah mendorong sahabatnya Zera,  sosok itu masih berdiri jelas di pinggir pagar tempat jatuhnya Zera. Sosok itu tertawa menang melihat Zera,  yang telah tergeletak tak bernyawa dengan keadaan mengenaskan.  Azalea,  merasa geram melihat wajah buruk sosok itu yang tengah tertawa.

“Apa yang kamu tertawakan?” tanya batin Azalea, seakan dia yakin bahwa sosok itu akan mendengarnya. Benar saja sosok itu membalikkan badan menghadap kepada Azalea. Gadis itu bergidik ngeri melihat sosok yang ada di depanya,  wanita dengan rambut panjang sepinggang, separuh wajahnya tersayat-sayat dan mengeluarkan belatung dari pipi yang robek serta darah yang menetes di lantai putih itu.

Sosok itu berjalan dengan senyum menyeringai kepada Azalea,  lalu dia berbisik di telinga Azalea, “Kematian pembawa uang.” Setelah mengucapkan hal itu, tiba-tiba sosok itu menghilang menjadi asap putih di udara. Azalea,  masih bingung dengan ucapan sosok wanita yang mendorong temanya, setelah itu Azalea, langsung tersadar saat melihat asap putih itu telah hilang. Dia lalu langsung berlari dari lantai tiga menuju tempat jatuhnya Zera.

Tubuhnya mematung melihat keadaan sahabatnya yang mengenaskan, wajah yang selalu tersenyum kini menjadi pucat kaku. Azalea,  membekap mulutnya tidak percaya,  sahabatnya yang begitu baik telah pergi untuk selamanya dengan cara seperti ini. Air matanya mengalir tidak tega melihat keadaan Zera, dia pun berlari menghampiri jasad sahabatnya.

“Zera!” teriaknya dengan air mata kesedihan.

“Ze,  bangun Ze! Ayo bangun Zera!” Azalea tidak mampu lagi menahan semua perasaannya,  dia begitu sedih melihat sahabatnya tak berdaya.

“Zera, kenapa kamu gak bangun! Kamu mau ninggalin aku sendirian? Ze,  ayo bangun!” Azalea tidak sanggup lagi melihat sahabatnya seperti ini. Dia hanya ingin Zera kembali hidup menemaninya selamanya di dunia ini.  Namun,  takdir malah merenggut Zera,  seperti ini.

Semua orang yang berada di sana hanya melihat kejadian ini dengan wajah sedu,  Zera adalah gadis baik di sekolah banyak yang menyayanginya kejadian ini sangat mengejutkan sekali bagi mereka.

“Jangan sentuh pacarku! Ini semua karna kamu kan?” teriak seorang cowok dengan mata sembab.

Azalea,  menoleh melihat laki-laki yang selalu dia pikirkan. Azalea sedih melihat Arkan, dengan tampilan lusuh dan air mata yang terus keluar dari mata tajam miliknya.

“Ini semua karnamu Lea!” teriak Arkan, lalu mendekat ke arah Azalea dan mendorongnya menjauhi jasad Zera.

Azalea, meringis saat didorong oleh Arkan,  sikunya lecet dan mengeluarkan darah.  Namun meski Arkan, melihat semua itu dia tetap tidak berempati kepada Azalea.

“Ar,  enggak aku gak tau apa-apa Ar,” lirih Azalea di depan Arkan. 

“Alah,  aku tahu ini perbuatanmu dan ibumu itu!” Arkan tidak ada berhentinya mencerca tuduhan kepada Azalea.  Semua orang yang ada di sana pun,  mulai berbisik-bisik bahwa penyebab jatuhnya Zera adalah Azalea.

“Ar ....”

“Pergi!”

Belum sempat Azalea, menyelesaikan ucapannya suara Arkan menyuruhnya untuk pergi. Namun, Azalea masih menggeleng, dia masih ingin tetap melihat sahabatnya sampai proses pemakaman Zera.

“Aku ingin mengantar Zera,  ke peristirahatan terakhir Ar,” ucap Azalea, tersedu-sedu.

Kemarahan Arkan,  semakin memuncak setelah mendengar perkataan Azalea,  dia lalu langsung menyeret tangan Azalea untuk pergi dari sana,  “Kamu gak pantes buat mengantar Zera!” teriaknya sambil menyeret Azalea. Di Dorongnya Azalea setelah menjauh dari jasad Zera, berbagai umpatan dari teman-teman di sekolah di berikan kepada Azalea, dia sangat tertekan dengan berbagai cemooh dari temannya.

Azalea, menatap mata Arkan memohon untuk mengizinkannya ikut mengantar Zera,  tapi Arkan hanya mengumpat dan meludah kepadanya.  Azalea merasa begitu malu dan hina, dia lalu berdiri dan berlari dari tempat itu.  Dia menangis sepanjang jalan, “Kenapa?  Kenapa aku tuhan yang di salahkan?”

ODOC30#DAY3
17 April 2020

Jangan lupa Vote ya, wkwkwkw

Cinta Khayalan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang