Park Jihyo.
Gadis manis itu terlihat tengah menuruni anak tangga rumahnya satu persatu.
Dia baru kembali dari sekolahnya.
Namun saat ia turun, pandangannya tidak sengaja melihat sang ayah yang sedang terduduk disofa sambil menumpu kepala dengan tangannya.
"Ayah? Kenapa? Apa ada masalah?" Tanyanya dengan lembut.
Gadis itu terlihat langsung menghampiri sang ayah lalu duduk di depannya
Sang ayah yang ditanya dengan lembutnya oleh putri kesayangannya itupun menoleh.
Ia mengulas senyumnya
"Tidak, nak"
"Ayah, mungkin mulut bisa berkata tidak, tapi mata tidak bisa berbohong. Ayah sedang ada masalah kan?"
Jihyo memang gadis yang pengertian.
Taelil tidak bisa lagi menyembunyikan penat dan masalahnya jika anak perempuannya sendiri sudah bertanya seperti itu padanya
"Iya, nak. Perusahaan ayah mengalami penurunan dan kerugian yang drastis. Ayah tidak tahu lagi harus berbuat apa" ceritanya
Gadis itu meraih tangan ayahnya lalu menatapnya dengan hangat.
"Ayah, pasti ada solusi untuk masalah ini"
"Iya kau benar. Dan hanya ada satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Dan kau tahu? Ayah tidak mau mengambil solusi itu"
"Kenapa? Jika memang ada solusinya kenapa ayah tidak mengambil solusi itu?"
"Karena ini menyangkut kehidupanmu. Ayah tidak mau hanya karena pekerjaaan dan perusahaan hidupmu dan masa mudamu menjadi hancur berantakan"
Jihyo terdiam sesaat, mencerna setiap kata yang ayahnya katakan itu
"Memangnya, apa solusinya?"
Park Taeil alias sang ayah menarik nafasnya lalu membuangnya kasar,
Ia lalu menatap putri kesayangannya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Mungkin rasa bersalah? Atau rasa tidak mau kehilangan? Entahlah
"Menikah dengan putra dari rekan bisnis ayah. Dia merupakan pengusaha yang paling berpengaruh di Korea. Kau tahu nak? Butuh dorongan dan kerjasama yang dilibatkan dalam kontrak tersebut. Dan jika kau menikah dengan putranya maka itu akan mempermudah kembalinya krisis keadaan perusahaan ayah. Dia juga merupakan teman baik ayah" jelasnya
"Apa ayah percaya padanya?"
"Tentu saja"
"Jika ayah percaya pada teman ayah itu, lalu apa yang ayah ragukan lagi? Dan jika memang itu satu satunya solusi, maka lakukanlah. Jangan memikirkan aku, ayah. Aku tidak keberatan"
"Tidak,nak! Ayah—"
"Ayah, jika ayah hanya mementingkan dan memikirkan masa depanku, berarti ayah egois. Apa ayah tidak memikirkan bagaimana dengan karyawan yang lain? Mereka jauh lebih penting. Jumlah mereka bukan main lagi bukan? Mereka juga butuh penghasilan setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing masing, apa ayah tidak memikirkan itu?"
Jihyo memang sangat baik hati.
Dia rela mengorbankan apapun demi orang lain yang lebih membutuhkan darinya
Lagi pula benar apa katanya.
Park Taeil akan dianggap tidak adil dan egois jika tetap diam dan tidak mengambil risiko.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry [Praquel]
Fanfiction⚠️WARNING⚠️ -Wajib follow akun author dulu sebelum membaca! -Usahakan tinggalkan jejak setelah membaca! -Plagiator? Jauh jauh lah ya! -Cerita murni hasil pemikiran saya! "Tangismu adalah senyumku, dan isakkanmu adalah kebahagiaanku. Semua itu sudah...