Jeongguk total pusing sekali. Hari ini ia sengaja mengosongkan jadwalnya hanya untuk pindah rumah. Dan ini terjadi atas perintah nyonya besar—ibunda Jeongguk tercinta.
Apalagi Jeongguk itu udah nyaman sekali di Apartemennya. Strategis dan dekat sama kantor. Namanya juga masih lajang, rumah itu kegedean buat Jungkook. Toh, dia cuma tinggal sendiri. Ibunda dan Ayahnya juga menetap di Bandung. Jadi buat apa dia tinggal di rumah besar?
Ini berawal dari arisan keluarga. Jeongguk masih ingat saat-saat itu. Saat dimana ia berkumpul dengan keluarga besarnya yang memang diadakan tiga bulan sekali untuk arisan dan silaturahmi. Awalnya ia datang dengan semangat. Ini sudah hampir enam bulan ia tak bertemu keluarga besarnya—arisan terakhir ia berhalangan hadir sebab ada perjalanan keluar negeri.
Kemudian acara kumpul-kumpul keluarga yang awalnya menyenangkan itu tiba-tiba berubah menjadi acara yang buruk—bagi Jeongguk.
Jeon Jeongguk itu cucu pertama dari Keluarga Jeon. Kemudian di susul oleh Jeon Hyesung, sepupu Jeongguk yang terpaut jarak satu tahun darinya.
Bertepatan dengan acara silaturahmi; dimana semua keluarga berkumpul, Jeon Hyesung mengumumkan berita bahagia. Dimana akhirnya ia memberi kabar mengenai pernikahannya yang akan diadakan tiga bulan lagi. Jeongguk tentu saja ikut senang. Apalagi calon suami sepupunya itu merupakan rekan kerjanya yang terkenal baik dan ramah.
Namun semua menjadi buruk—saat semua paman dan bibinya ikut menanyakan, kapan Jeongguk akan menyusul?
Bukankah menyebalkan?
Begitupula dengan sang ibunda yang ikut-ikutan menodongnya dengan pertanyaan yang sama. Lagipula ia merasa masih muda—terlalu cepat untuk memutuskan menikah diumur segini. Dua puluh empat tahun itu belum tergolong tua dalam kategori belum menikah.
Jadilah akhirnya Nyonya Jeon memaksanya untuk pindah rumah. Katanya lingkungan Apartemen itu kurang bagus dalam membina rumah tangga. Juga tak baik bagi tumbuh kembang anak yang butuh halaman lebih luas. Iya, ibundanya memang sudah berpikir sejauh itu.
Dan apa yang bisa Jeongguk lakukan—selain menjalankan perintah nyonya besar.
Disinilah Jeongguk sekarang. Berada di halaman rumahnya dengan setumpuk kardus-kardus yang berisi barang-barang pindahannya. Ia tak membawa banyak barang. Sebagian berisi peralatan kerjanya, alat-alat dapurnya, dan sisanya adalah pakaian dan sepatu.
Rumah ini ternyata tak terlalu buruk. Selain ukurannya yang terlalu besar. Karena jujur, Jeongguk lebih senang dengan rumah simple dan minimalis. Tapi berhubung jika sang ibunda tercinta yang menyuruhnya membeli rumah disini—tentu saja rumah ini merupakan type Nyonya Jeon sekali.
Ibunya memang tak main-main. Rumahnya lengkap dengan ruang gym pribadi, home theater, ruang bermain anak, private pool. Untung uang Jeongguk banyak.
"Gimana? Kamu suka kan sama rumah pilihan Mama?" Ibunda Jeongguk duduk di salah satu sofa di ruang tamu. Pekerja sudah kesana-kemari ramai memindahkan beberapa barang-barang. "Mama juga sengaja beli perabotan, supaya rumahmu gak sepi-sepi banget."
Itulah yang membuat Jeongguk bingung. Pantas saja rumah ini sudah full terisi perabotan—ternyata sang ibunda yang sudah membeli semuanya.
"Rumahnya kegedaan, Ma. Jeongguk kan cuma tinggal sendiri." Ujar Jeongguk ikut duduk di samping ibunda.
Nyonya Jeon menghela napas, "Ya sekarang kamu sendiri. Nantikan pasti ada istri sama anak-anakmu. Ya sudah pas lah ini rumahnya gak kegedaan. Kan mama mau minta cucu sepuluh." Lalu mendelik ke arah Jeongguk dan mengabaikan raut terkejut anak semata wayangnya itu.
Jeongguk dengernya langsung mimisan.
***
Rumah baru Jeon Jeongguk. Beda beberapa blok doang dari rumah Keluarga Kim.
***
Hope u like it!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓!
FanfictionKisah perjuangan Mas Jeongguk; sang CEO perusahaan ternama dalam mendapatkan hati gebetan manisnya bernama Kim Taehyung; seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki lima abang over protektif.