tujuh belas.

6.4K 854 74
                                    

Jeongguk melihatnya. Melihat bagaimana wajah rupawan itu benar-benar menghipnotisnya. Renyah suara tawanya, manis senyumnya, binar matanya—benar-benar mengunci mata Jeongguk yang memandang.

Setelah asik bercengkrama yang tentunya diisi oleh sang mama yang mengupas habis kenangan masa lalu mereka, kini semuanya asik dengan urusan masing-masing. Seokjin dan Hoseok tentu saja masih asik berbincang dengan Mama Jeon di ruang keluarga. Sementara Yoongi dengan tak tahu malunya merebahkan diri di sofa, beralasan jika ia hanya tidur dua jam tadi malam.

Jeongguk melirik Taehyung yang asik berbincang dengan Jimin tak jauh dari tempatnya. Membuat Jeongguk yang sedari tadi memperhatikan mereka harus dengan sabar menahan diri untuk tidak menghampiri laki-laki manisnya itu. Oh kalau bisa ia mungkin akan menendang Jimin keluar agar dia bisa leluasa mendekati Taehyung.

Baru saja Jeongguk mendumel dalam hati. Tapi rupanya Tuhan mendengar doanya saat Jimin bangkit dan bergegas ke belakang rumahnya—mungkin ke kamar mandi. Dan tak ada alasan bagi Jeongguk untuk tak langsung menghampiri Taehyung yang sedang sendiri saat ini.

"Adek—?" Suara Jeongguk kejutkan Taehyung yang asik menunduk memandang ponselnya. Membuat mata bulat itu melebar disertai semburat merah pada pipinya. Ya ampun, gemas.

Taehyung mengedipkan matanya lucu saat Jeongguk duduk di sebelahnya. "Eh—Mas Gukkie?"

Kenapa setelah sekian lama mereka tak bertemu—Taehyung malah semakin menggemaskan? Tolong tahan Jeongguk untuk tak menguyel-uyel pipi gembil laki-laki di sampingnya itu. Jangan sampai Jeongguk mempermalukan dirinya sendiri di depan gebetan manisnya.

"Perasaan dulu kamu manggilnya Gukkie aja deh tanpa embel-embel mas." Tangan lancang Jeongguk bergerak menyingkirkan helai rambut Taehyung yang menutupi sebagian wajahnya. Mengabaikan tubuh Taehyung yang memaku sebab jarak keduanya yang begitu dekat.

Taehyung memalingkan wajahnya—mencoba menyembunyikan wajahnya yang ia yakini sudah merah padam. "M—mas gak suka sama panggilan adek?"

Jeongguk terkekeh kecil melihat Taehyung yang kini memilin ujung kaos yang ia kenakan. "Siapa bilang Mas gak suka?" Tanya Jeongguk seraya mengapit dagu Taehyung untuk ia bawa menatapnya. Sebab Taehyung senantiasa menunduk ke bawah ketimbang menatap wajahnya. "Mas suka, kok—asal adek yang manggil Mas begitu."

Kalau boleh berbicara fakta, Jeongguk ini sebenarnya tak suka dengan panggilan 'Mas' saat beberapa kali orang memangilnya dengan sebutan itu. Tak enak di dengar menurutnya kalau ada yang memanggilnya begitu. Berbeda saat mendengar Taehyung yang memanggilnya dengan sebutan 'Mas', Jeongguk jadi ingin mengajak Taehyung untuk—berumah tangga.

Ya ampun, Jeongguk mendadak kebelet kawin. Eh—nikah.

Taehyung mengangguk pelan. Mencoba menyembunyikan debaran jantungnya. "Iya, Mas."

Jeongguk tak dapat menahan tangannya untuk tak menyentuh pipi Taehyung. Mengelusnya pelan walau dalam hati Jeongguk memuji betapa indahnya hasil karya Tuhan ini. "Mas gak nyangka adek kecil Mas udah sebesar ini. Enam belas tahun gak ketemu—ternyata kamu gak banyak berubah."

Pikiran Taehyung kosong saat ibu jari Jeongguk bergerak mengelus permukaan bibirnya. Membuat Taehyung melirik abang-abangnya yang lain—yang untung saja sibuk dengan urusan masing-masing dan tak memperhatikannya.

"Masa sih, Mas?" Tanya Taehyung dengan bingung.

Jeongguk mengangguk pelan saat pandangannya yang tadi tertuju pada bibir Taehyung kini naik, mengunci netra laki-laki manis itu. "Kamu tetap adek Mas yang ngegemesin. Gimana caranya abang-abang kamu yang lain tahan gak uyel-uyel kamu gini? Mas aja tahan diri buat gak ngunyah pipi gembil kamu."

𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang